Merencanakan Berkeluarga, Apa Saja yang Harus Dipertimbangkan?

Skata
SKATA adalah sebuah inisiatif digital yang mendukung pemerintah Indonesia dalam membangun keluarga melalui perencanaan yang lebih baik. SKATA lahir tahun 2015 melalui kerjasama antara Johns Hopkins CCP dan BKKBN.
Konten dari Pengguna
20 Februari 2023 9:11 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Skata tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Merencanakan Berkeluarga, Apa Saja yang Harus Dipertimbangkan?
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Istilah perencanaan keluarga identik dengan merencanakan jumlah anak sebelum atau di awal pernikahan, sejak Keluarga Berencana dicanangkan pemerintah di tahun 1950-an. Pada saat itu, rata-rata keluarga memiliki anak 5-6 orang. Kini, rata-rata masyarakat Indonesia memiliki jumlah anak sebanyak 2-3 orang. Artinya, hal ini sudah cukup sesuai dengan target KB pada saat itu, yaitu 2 anak cukup. Sayangnya, jumlah anak sedikit tak serta merta membuat pernikahan menjadi lebih bahagia. Inilah mengapa, merencanakan keluarga harus dipahami lebih dari sekadar menentukan jumlah anak.
ADVERTISEMENT
Menurut Anastasia Satriyo, M.Psi., Psikolog, keputusan untuk memiliki anak ada konsekuensinya, yaitu mengasuh mereka secara optimal. Beberapa caranya adalah hadir secara fisik dan mental, senantiasa meng-upgrade pengetahuan tentang tumbuh kembang anak (tak hanya fisik-kognitif, tapi juga mental dan sosialnya), dan bisa menumbuhkan hubungan yang hangat dan aman dengan anak. Jika ini tercapai, maka anak akan tubuh menjadi manusia dewasa yang bisa mengelola emosi, mampu berpikir panjang, juga piawai berempati pada orang lain dan lingkungan.
“Kita nggak bisa menghabiskan hidup untuk pekerjaan tapi anak nggak ada yang ngasuh dengan baik di rumah. Semoga, setiap orang yang ingin punya anak juga merencanakan strategi hidup terutama di 5-7 tahun pertama kehidupan anak, karena kehadiran fisik orang tua & interaksi berkualitas sangat penting bagi anak. Bahkan, idealnya orang tua juga hadir di masa remaja anak yang penuh tantangan,” jelas Anas dalam akun Instagramnya.
ADVERTISEMENT
Jadi, memiliki anak memang bukan hanya soal kehamilan dan melahirkan, namun juga mengasuhnya dan memberikan kecukupan secara emosional serta sandang, pangan dan papan. Jika setiap calon pengantin maupun keluarga muda memahami hal ini, merencanakan jumlah anak pun akan lebih mudah (dan realistis).
Apa saja yang perlu dipertimbangkan saat merencanakan jumlah anak?
Setiap keluarga memiliki alasan yang berbeda-beda dalam menentukan jumlah anak. Biasanya dalam menentukan jumlah anak akan dibarengi dengan memikirkan faktor-faktor lainnya, seperti:
Tanyakan ini kepada diri sendiri: Apakah saya sudah sanggup membesarkan anak secara mental maupun finansial? Apakah saya dan pasangan sanggup memberi kasih sayang dan perhatian dengan takaran yang sama kepada setiap anak, termasuk pada pasangan kami? Apakah saya dan pasangan akan sanggup membiayai pendidikan anak-anak dan memenuhi kebutuhan dasar mereka?
ADVERTISEMENT
Jangan lupa, setelah sepakat mengenai jumlah anak, rencanakan pula jaraknya. Menurut WHO (Organisasi Kesehatan Dunia), jarak kehamilan yang ideal adalah 18-24 bulan, sementara BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional) menyarankan kehamilan berikutnya memiliki jarak 3 tahun dan persalinan sebelumnya.
Jarak yang ideal tak hanya membuat anak tercukupi gizi dan kasih sayangnya, namun juga memberi kesempatan ibu untuk memulihkan organ reproduksinya hingga siap mengandung lagi.
Secara finansial, jarak anak yang tak terlalu dekat akan lebih memudahkan orang tua untuk memastikan kebutuhan semua anggota keluarga terpenuhi.
Keluarga bahagia: hubungan yang sehat di dalamnya
Selain merencanakan jumlah anak, rencanakan juga membangun keluarga yang sehat dan bahagia. Kebahagiaan sebuah keluarga tidak selalu ditentukan oleh jumlah anak yang banyak. Memang ada keluarga yang merasa lebih lengkap dan saling mengisi jika memiliki lebih dari 3 anak, namun ada juga keluarga yang sudah bahagia dengan memiliki 1 anak. Bahkan, ada juga sudah merasa lengkap tanpa memiliki anak.
ADVERTISEMENT
Walaupun setiap keluarga berbeda-beda, namun sebuah hubungan keluarga yang sehat akan berisi dukungan, dorongan, dan pengertian yang dibutuhkan setiap anggota keluarga dari setiap orang yang ada dalam keluarga tersebut. Kira-kira inilah karakter umum keluarga bahagia:
- Memiliki komunikasi yang baik dan sehat antar anggota keluarga
- Memiliki komitmen bersama untuk keluarga
- Memiliki hubungan atau ikatan yang erat antar anggota keluarga
- Terjamin kesehatan jasmani dan rohani
Nah, sekarang sudah ada bayangan belum, perencanaan keluarga seperti apa kira-kira yang akan kamu dan pasanganmu buat?
Image by jcomp on Freepik