Konten dari Pengguna

Minta Bercinta Terlalu Sering, Tanda Suami Hiperseks?

Skata
SKATA adalah sebuah inisiatif digital yang mendukung pemerintah Indonesia dalam membangun keluarga melalui perencanaan yang lebih baik. SKATA lahir tahun 2015 melalui kerjasama antara Johns Hopkins CCP dan BKKBN.
21 Februari 2022 9:29 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Skata tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Minta Bercinta Terlalu Sering, Tanda Suami Hiperseks?
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
“Hai, aku Mawar. Aku merasa tidak bisa menjadi istri yang baik. Sering kali, aku menolak keinginan suamiku yang sedang ingin bercinta. Bukan tak ada alasan, aku menolak suamiku karena hampir setiap hari suamiku ingin bercinta. Bahkan, lebih dari sekali dalam sehari. Menurutku, keinginannya terlalu berlebihan. Atau jangan-jangan, suamiku itu hiperseks, ya?”
ADVERTISEMENT
Terkadang, keinginan seks kita dan pasangan berbeda, seperti kasus Mawar. Namun, sebelum menganggap pasangan hiperseks, kita perlu tahu dulu apa ciri-cirinya.
Hypersex atau disebut juga dengan hiperseksualitas didefinisikan oleh dorongan atau keinginan yang kuat untuk terlibat dalam berbagai jenis aktivitas seksual. Istilah "kecanduan seks" dan "perilaku seksual kompulsif" sering digunakan secara bergantian dengan gangguan hiperseksualitas.
Berhubungan seks adalah perilaku normal manusia. Seseorang yang senang memiliki banyak pasangan seks atau berbagai jenis pengalaman seks tidak selalu memiliki masalah.
“Masalah muncul ketika seseorang tidak dapat mengurangi fantasi dan perilaku seksual mereka meskipun telah berkali-kali mencoba untuk melakukannya,” kata Dr. Mitchell Hicks, seorang psikolog klinis berlisensi di AS.
Dikutip dari verywellhealth.com, ada penelitian yang memperkirakan bahwa ternyata ada antara 3%-6% dari populasi yang mengalami hiperseksualitas. Nah, ketika:
ADVERTISEMENT
menjadi fokus utama dalam hidup seseorang, sulit dikendalikan, dan mengganggu atau berbahaya bagi dirinya dan orang lain, mereka dapat dianggap mengalami hiperseks.
Tapi, mengapa seseorang bisa menjadi hiperseks?
Meskipun penyebab perilaku hiperseks tidak jelas, berikut beberapa kemungkinannya:
1. Ketidakseimbangan bahan kimia yang ada di otak dan terjadi secara alami. Bahan kimia tertentu di otak kita (neurotransmitter) seperti serotonin, dopamin, dan norepinefrin membantu mengatur suasana hati Kita.
2. Perubahan jalur otak. Perilaku hiperseks mungkin merupakan kecanduan yang seiring waktu dapat menyebabkan perubahan pada sirkuit saraf otak, terutama di pusat penguatan otak. Seperti kecanduan lainnya, konten dan stimulasi seksual yang lebih intensif biasanya diperlukan dari waktu ke waktu untuk mendapatkan kepuasan atau kelegaan.
ADVERTISEMENT
3. Kondisi yang memengaruhi otak. Penyakit atau masalah kesehatan tertentu, seperti epilepsi dan demensia, dapat menyebabkan kerusakan pada bagian otak yang memengaruhi perilaku seksual. Selain itu, pengobatan penyakit Parkinson dengan beberapa obat agonis dopamin dapat menyebabkan perilaku hiperseks.
Jadi, apa ciri-ciri hiperseks?
Untuk memastikan pasangan kita (atau kita) hiperseks, tentu kita harus mengetahui dulu apa cirinya.
1. Memiliki fantasi, dorongan, dan perilaku seksual yang berulang dan intens yang menghabiskan banyak waktu kita dan merasa seolah-olah itu di luar kendali.
2. Kita merasa terdorong untuk melakukan perilaku seksual tertentu, merasakan pelepasan ketegangan sesudahnya, tetapi juga merasa bersalah atau menyesal.
3. Kita tidak berhasil mencoba mengurangi atau mengendalikan fantasi, dorongan, atau perilaku seksual kita.
ADVERTISEMENT
4. Kita menggunakan perilaku seksual kompulsif sebagai pelarian dari masalah lain, seperti kesepian, depresi, kecemasan, atau stres.
5. Menggunakan perilaku seksual sebagai mekanisme menghadapi masalah
6. Terlibat dalam perilaku berisiko yang membuat rentan akan penyakit menular seksual
7. Menjadi tidak jujur tentang atau mencoba menyembunyikan perilaku seks
8. Kesulitan membangun atau mempertahankan hubungan yang sehat dan stabil
Apa dampaknya?
Walaupun hasrat dan aktivitas seksual adalah bagian dari sifat manusia, hal ini dapat menjadi masalah ketika perilaku tersebut menghasilkan konsekuensi yang merugikan bagi diri sendiri atau orang lain atau digunakan sebagai cara untuk menghadapi masalah atau pelarian. Sebab, pikiran, dorongan, atau perilaku seksual dapat memiliki konsekuensi negatif ketika seseorang disibukkan dengannya, dan mereka mulai mengambil lebih banyak ruang dalam pikiran dan kehidupan mereka.
ADVERTISEMENT
Hal ini pun akan berdampak pada hubungan suami istri, dimulai dari cekcok karena tak bisa melayani, keinginan untuk bercerai, atau bahkan bisa sampai mencari pelarian untuk berhubungan seks.
Kapan harus ke dokter?
Bila kita memang merasa bahwa diri kita atau pasangan kita hiperseks, cari bantuan. Perilaku ini cenderung meningkat dari waktu ke waktu, jadi pastikan kita konsultasikan ke dokter. Berikut ini adalah tanda bahwa kita harus segera ke dokter:
Dapatkah hiperseks diobati?
Ada banyak pengobatan yang tersedia, termasuk terapi individu dan support group.
ADVERTISEMENT
Terapi individu dapat membantu kita mempelajari apa yang memicu perilaku seksual kita. Kemudian, kita bisa menggantinya dengan perilaku yang lebih sehat. Kita juga dapat mempelajari cara mengelola stres atau membangun kembali hubungan yang telah rusak karena perilaku seksual.
Support group berupa komunitas dengan masalah yang sama juga dapat membantu. Orang-orang yang pergi ke kelompok semacam ini dapat bertemu orang lain yang berjuang dengan masalah yang sama. Nah, di situ kita bisa berbagi pengalaman dengan peserta yang ada.
Hiperseks dapat berdampak serius pada kehidupan kita. Kenali lebih awal hiperseks dan konsultasikan pada ahlinya!
Photo created by jcomp - www.freepik.com