Pengantin Baru, Jangan Lupa Bicarakan 4 Hal Ini dengan Pasanganmu

Skata
SKATA adalah sebuah inisiatif digital yang mendukung pemerintah Indonesia dalam membangun keluarga melalui perencanaan yang lebih baik. SKATA lahir tahun 2015 melalui kerjasama antara Johns Hopkins CCP dan BKKBN.
Konten dari Pengguna
12 Januari 2022 9:33 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Skata tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Pengantin Baru, Jangan Lupa Bicarakan 4 Hal Ini dengan Pasanganmu
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Selamat, ya! Akhirnya, berhasil juga menjadi pengantin baru di tengah pandemi Covid-19. Kini, setelah keriuhrendahan pesta pernikahan usai, sanak saudara kembali ke kota masing-masing, hari cuti pun telah habis, dan rutinitas sehari-hari telah kembali normal, kita pun mulai menjalani kehidupan pernikahan yang sesungguhnya. Memang betul, awal pernikahan adalah masa yang indah, masa bulan madu. Tapi, bukan berarti dijalani begitu saja tanpa rencana. Yuk, bicarakan 4 hal ini segera dengan pasangan!
ADVERTISEMENT
1. Buat perencanaan keluarga sedini mungkin
Merencanakan jumlah anak, berapa tahun jarak antaranak, dan kapan ingin punya anak harus dilakukan seawal mungkin. Sesuaikan dengan visi keluarga (segera buat bila belum punya!), keuangan, dan kebutuhan anak seperti masa emas pertumbuhannya, kebutuhannya akan kasih sayang, dan sebagainya.
Sebagai ilustrasi, katakanlah ada pasangan bernama Ardan (28) dan Maya (26) yang menikah di tahun 2021. Saat berbulan madu, mereka berandai-andai tentang jumlah anak. Maya bilang ingin punya 2 anak, sementara Ardan ingin punya 4 anak dan anak pertama harus laki-laki. Namun, Maya bilang 4 terlalu banyak. Akhirnya mereka sepakat mengambil jalan tengah, yaitu punya 3 orang anak.
Dengan jarak kelahiran 3 tahun antaranak, dan Maya bisa melahirkan anak pertama di usia 27, berarti pada usia 33 tahun Maya sudah memiliki 3 anak jika semua berjalan lancar. Target Maya, ia tak harus hamil di usia 35 tahun ke atas karena risikonya lebih besar. Untuk memastikan rencana jarak kelahirannya tercapai, ia dan Ardan akan mencari informasi tentang metode kontrasepsi yang tepat.
ADVERTISEMENT
Dari cerita tadi, kita bisa mengatur persiapan sekolah anak, rencana karir dan studi kita, dan juga mengatur rencana pensiun, sejak dini. Jika ini dipikir terlalu cepat, tidak sama sekali. Memiliki arah yang baik untuk masa depan adalah salah satu hal yang perlu dibicarakan sejak awal dalam keluarga.
2. Bicarakan cita-cita dan keinginan dalam hidup yang masih ingin dicapai
Sekarang karena sudah berdua, menggapai keinginan ini akan menjadi semakin mudah jika dibagi bersama bebannya. Namun, akan menjadi petaka jika tidak dibicarakan secara terbuka. Ingin sekolah lagi atau ingin memiliki bisnis sendiri atau ingin bisa menaikkan orang tua haji, ingin memiliki rumah sendiri, ingin mengganti mobil, dan sederet keinginan lainnya.
ADVERTISEMENT
Catatlah apa saja keinginan-keinginan tersebut, dan lagi-lagi masukkan dalam daftar rencana besar kehidupan. Sesuaikan ini dengan rencana memiliki anak. Nah, sekarang bisa dilihat kan bahwa tidak ada yang terlalu dini dalam merencanakan?
3. Lakukan sesuatu tentang keuangan: perencanaannya, pengelolaannya dan sumber pemasukannya
Sekarang, setelah kita dan pasangan memiliki daftar keinginan dan daftar rencana bersama, bandingkan dengan sumber pemasukan yang ada dan bagaimana itu dikelola saat ini.
Bicarakan secara terbuka sumber-sumber pemasukan yang ada, pengeluaran, termasuk kebutuhan untuk menabung dan berinvestasi. Kalkulasikan dan kalau perlu berkonsultasilah dengan perencana keuangan profesional agar semua keinginan dan kebutuhan bisa tercapai dengan baik.
4. Saling menghargai dan jujur satu sama lain
ADVERTISEMENT
Pada akhirnya, benang merah dari semua di atas adalah prinsip-prinsip saling menghargai dan kejujuran. Tidak ada manusia yang sempurna dan bersih dari kesalahan, dan yakinilah bahwa perbedaan itu pasti akan selalu ada.
Menyatukan dua manusia dengan latar belakang yang berbeda bukanlah sesuatu yang mudah. Ketika kita bisa mengakui dengan dewasa adanya perbedaan, ketidaksempurnaan, dan menerimanya sebagai bagian hidup berdua, segala sesuatu tantangan hidup berdua akan terasa lebih mudah.
Yang terpenting bukanlah mengharapkan kesempurnaan atau mengharapkan persamaan pada segala hal. Namun, keterbukaan, mau memahami kondisi, pikiran, dan perasaan satu sama lain, dan saling mendukung dalam tiap keputusan bersama yang diambil itulah yang lebih penting.
Nah, sudah makin siap ya menjalani kehidupan pernikahan yang penuh warna. Selamat menikmati hari-hari berdua!
ADVERTISEMENT
Wedding photo created by freepik - www.freepik.com