Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Saat Anak Mulai Sering Chat dengan Lawan Jenis
26 Maret 2021 9:35 WIB
Tulisan dari Skata tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Di tahun pertamanya di SMP, anak Anda terlihat senang bercerita tentang teman-teman barunya, baik teman perempuan maupun laki-laki. Anda pun tenang karena merasa ia terbuka dengan Anda. Namun, suatu hari Anda tak sengaja membaca chat dari lawan jenisnya yang kelihatannya sedang PDKT dengan Ananda yang beranjak remaja. Anak anda pun terlihat menyukainya. Rasa hati ingin memberi nasehat, tapi bukankah ia sedang beranjak remaja dan interaksi seperti ini tak bisa dihindari? Bagaimana orang tua harus bersikap setelah melihat chat anak dengan lawan jenis?
ADVERTISEMENT
Ingatkan tentang nilai keluarga
“Semua hubungan itu kan soal values, soal nilai apa yang kita percaya yang sebenarnya kita tumbuhkan sejak anak masih kecil. Apa yang boleh, apa yang nggak boleh. Jadi, nggak bisa mendadak pas remaja tau-tau nggak kita bolehin,” jelas pendidik dan psikolog Najelaa Shihab dalam acara Keluarga Kita: Parenting Teenagers Journey .
Family values atau nilai-nilai keluarga ini merupakan prinsip yang dipegang dalam sebuah keluarga, yang menjadi panduan perilaku anggotanya. Misal, anak sedari kecil diajari untuk menghargai dirinya dengan cara berani berkata tidak terhadap sikap orang lain yang membuatnya tidak nyaman atau melanggar batasan fisik.
Tentu saja, konteks hubungannya baru antara anak dan orang tua, belum menyangkut hubungan romantis atau pengaruh teman. Nanti, saat ia beranjak remaja, Anda bisa mengingatkan kembali nilai tersebut saat ia menjalin hubungan dengan siapapun, termasuk dengan lawan jenis.
ADVERTISEMENT
Meskipun nilai keluarga sering terbentuk tanpa disadari, ada baiknya Anda dan pasangan merumuskan prinsip yang harus dipegang oleh seluruh anggota keluarga. Hal ini penting bagi anak untuk memandunya menjalani kehidupan di luar keluarganya kelak, juga saat berinteraksi dengan lawan jenis. Begitu juga ketika masa menjelang pubertas tiba (atau ketika anak terlihat sudah memiliki ketertarikan dengan lawan jenis), buat kesepakatan bersama mengenai hal apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan.
Jangan “overreaction”
Salah satu tantangan ketika orang tua mengetahui anaknya berinteraksi ataupun menjalin hubungan dengan lawan jenis adalah bereaksi berlebihan.
“Kita seringkali overreaction karena udah bayangin macem-macem. Bisa jadi karena kita punya trauma tertentu atau kecemasan tertentu,” tambah Najelaa. Reaksi berlebihan inilah yang bisa memperkeruh suasana. Bayangkan ketika Anda langsung menginterogasi anak setelah melihat chat-nya dengan lawan jenis, besar kemungkinan Ananda tidak akan lagi bercerita tentang hubungannya dengan lawan jenis. Padahal, keterbukaan anak sangatlah penting di masa remaja.
ADVERTISEMENT
Fokus pada masalahnya
Reaksi lain biasanya muncul adalah menyalahkan anak. Hal ini akan membuat anak defensif. Sebaiknya, Anda fokus ke masalahnya. Misal, saat Anda menemukan chat dengan lawan jenis tersebut, katakan pada anak di mana salahnya, kalimat mana yang membuat Anda tidak nyaman. Kalimat seperti “kamu selalu ga nurut”, “kamu genit”, dan hanya akan mengaburkan fokus masalah. Anak tidak akan bisa melakukan refleksi di mana letak kesalahannya.
Jangan lupa evaluasi diri
Dalam kasus seperti ini, orang tua jarang sekali bertanya pada diri sendiri, apakah ada peran mereka hingga hal ini terjadi. Bisa jadi, respon positif anak terhadap PDKT lawan jenisnya adalah tanda kurangnya perhatian dari orang tua. Tak ada salahnya bertanya langsung pada anak apakah Anda kurang sering ngobrol dengannya, apakah Anda jarang memujinya, atau malah terlalu keras padanya.
ADVERTISEMENT
Jadi, mari melihat hal ini bukan semata kesalahan anak namun lebih ke efek interaksi yang terjadi di luar interaksi dgn lawan jenis. Kebutuhan untuk dekat dan mendapat pujian yang didapat anak dari orang lain sebenarnya merupakan hal penting yang sebaiknya anak dapat dari hubungannya dengan orang tua. Jika Anda bisa memenuhi kebutuhan ini, anak tidak anak mencarinya dari sosok lain di luar keluarganya.