Project S TikTok dan Keresahan UMKM Indonesia

M Pradana Indraputra
Staf Khusus Menteri Bidang Peningkatan Pengusaha Nasional Kementerian Investasi/BKPM RI
Konten dari Pengguna
25 Agustus 2023 20:02 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari M Pradana Indraputra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi TikTok (Nik/Unsplash)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi TikTok (Nik/Unsplash)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Baru-baru ini , fitur TikTok yang baru dirilis di Inggris yang dinamakan “Trendy Beat” tengah menjadi topik yang hangat di antara para UMKM Indonesia hingga pemerintah Indonesia. Fitur ini disebut “Project S” oleh pihak internal TikTok.
ADVERTISEMENT
Sejak tanggal 12 Juli 2023, sejumlah media massa seperti Metro TV, CNBC, CNN, dan sebagainya terus menyebarkan sentimen negatif mengenai fitur terbaru ini karena berpotensi menimbulkan dampak negatif pada ekosistem UMKM Indonesia.
Pasalnya, fitur ini menggunakan data pengguna dari fitur utama video pendek untuk mendeteksi barang yang sedang digandrungi masyarakat, dan menjual barang tersebut di fitur baru Tiktok "Trendy Beat". Akan tetapi, barang yang dijual adalah barang UMKM Tiongkok yang dikirim langsung ke konsumen melalui perusahaan Singapura, Seitu PTE. LTD.
Seitu diduga masih berhubungan erat dengan perusahaan induk TikTok yaitu ByteDance. Hal ini disebabkan oleh direktur Seitu sendiri adalah Lim Wilfred Halim yang juga menjabat sebagai kepala anti-penipuan dan keamanan e-niaga global TikTok di Singapura.
ADVERTISEMENT
Adapun 2 perbedaan antara TikTok Shop dan fitur Trendy Beat. yaitu yang pertama adalah pihak penjual; TikTok Shop memungkinkan pengguna, kreator, dan pedagang kecil seperti UMKM menjual produk hasil buatan sendiri di dalam aplikasi, sementara Trendy Beat hanya menjual barang yang diproduksi dan didistribusikan oleh TikTok saja, yang sumber barangnya sepenuhnya dari UMKM Tiongkok.
Yang kedua adalah model usaha; TikTok Shop berbentuk B2B (Business to Business) antara TikTok sendiri dengan para seller, sementara Trendy Beat berbentuk B2C (Business to Customer) antara TikTok sendiri langsung dengan pembeli atau end-user.
Beberapa media di Indonesia menyuarakan informasi bernuansa kecurigaan terhadap TikTok dan ketakutan atas adanya kemungkinan barang impor akan masuk ke Indonesia tanpa adanya kontrol dari pemerintah. Hal ini juga diperkuat oleh adanya desakan dari DPR RI Komisi VI yang mengadakan rapat pada tanggal 11 Juli 2023 yang lalu.
ADVERTISEMENT
Disebutkan bahwa fitur Trendy Beat yang berbeda jauh dengan TikTok Shop saat ini, bisa sangat membahayakan UMKM karena pendapatan mereka berpotensi akan berkurang, project S dari TikTok ini hanya akan menjual produk buatan Tiongkok, dan bukan produk UMKM Indonesia. Selain itu, Project S apabila tidak diatur, juga bisa membuat masyarakat Indonesia berbondong-bondong membeli barang buatan Tiongkok dikarenakan promosi besar-besaran dan harga barang yang lebih rendah dari pasar lokal Indonesia.
Menghadapi sentimen yang menyinggung mereka dari berbagai pihak, TikTok Indonesia pun buka suara. "Inisiatif e-commerce (Project S Tiktok Shop) tidak tersedia di Indonesia," demikian keterangan resmi Tiktok Indonesia yang diterima Kompas. Perwakilan TikTok Indonesia juga memastikan pihaknya tidak akan membawa Project S ke Tanah Air.
ADVERTISEMENT
Bahkan, perusahaan asal Tiongkok itu juga tak punya rencana untuk menghadirkan fitur tersebut di Indonesia. TikTok menyebutkan bahwa mereka berkomitmen untuk mendukung penjual lokal dan UMKM di Indonesia dan akan terus berinvestasi di Indonesia. Namun investasi tersebut juga dipastikan tidak berkaitan dengan Project S, namun diwujudkan dalam program TikTok Jalin Nusantara. Dalam praktiknya, program ini bakal menyediakan hubungan untuk akses internet di beberapa daerah pedesaan Indonesia.
Selain itu, pada kunjungan CEO TikTok di Kementerian Perdagangan pada hari awal Agustus lalu, beliau mengatakan TikTok akan mengutamakan keamanan dan keselamatan melalui kerja sama dengan regulator. Hal tersebut agar penggunaan TikTok tetap aman bagi masyarakat Indonesia.
Shou berharap produk UMKM dari Indonesia tidak hanya diperjualbelikan di dalam negeri, tetapi bisa menembus pasar luar negeri melalui platform TikTok. TikTok berkomitmen untuk terus berkembang dan melakukan investasi di Indonesia. Menurutnya, Indonesia merupakan salah satu pasar terpenting di dunia dan pasar terpenting kawasan Asia Tenggara.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, dari jumlah pengguna TikTok di Indonesia yang mencapai 107 juta, Tiktok dianggap menunggangi pasar Indonesia untuk keuntungan korporat. Menggunakan teknologi big data, Trendy Beat memang dapat mendeteksi barang yang sedang digemari pengguna dan menjual barang tersebut di lapak daring mereka.
Namun barang yang diperjualbelikan seluruhnya adalah produk UMKM asal Tiongkok. Walaupun pihak TikTok Indonesia mengatakan bahwa fitur ini tidak akan masuk ke TikTok Indonesia, namun pemerintah Indonesia harus mengambil langkah antisipasi jika terjadi skema “impor tak terkontrol” yang serupa untuk melindungi ekosistem UMKM Indonesia.
Di sisi lain, Indonesia dapat memperkuat pendataan produk impor dan produk lokal yang diperdagangkan di pasar dalam negeri untuk mendapatkan angka perbandingan yang tepat. Hal ini menjadi tolak ukur yang penting dalam mencapai supremasi produk lokal di pasar Indonesia. Terlebih keresahan yang terjadi dapat menimbulkan ketidakpastian di kalangan pelaku UMKM maka pembatasan impor mungkin perlu dilakukan agar UMKM Indonesia tetap terjamin keberlangsungan usahanya.
ADVERTISEMENT