Konten dari Pengguna

Review Asus Vivobook 14 A412DA

Skyegrid Media
Gamer's Daily.
1 Desember 2019 1:48 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Skyegrid Media tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

Review Asus Vivobook 14 A412DA

Review Asus Vivobook 14 A412DA
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Rasanya sudah cukup lama sejak Skyegrid Media merilis artikel tentang peluncuran Asus Vivobook 14 A412 series. Namun kala itu memang belum ditampilkan SKU yang mengusung prosesor AMD. Nah, dikesempatan kali ini, kita kedatangan unit review Asus Vivobook 14 A412DA untuk kita kupas tuntas. Check it out!
ADVERTISEMENT
 
Nilai jual A412DA secara kosmetik sama dengan A412F yang menggunakan prosesor Intel. Sebab itu, saya akan lebih banyak mengulas sisi internal laptop ini,- khususnya performa dan manajemen daya. Mari kita mulai.
 
 
 
Seluruh keluarga Vivobook 14 A412 punya nilai jual pada dimensi yang ringkas jika dibandingkan dengan laptop 14 inch pada umumnya. Secara persentase, A412 series lebih kecil hingga 25% jika menggunakan metode perbandingan fisik dengan menumpukan A412 di atas sebuah laptop 14 inch.
 
Kamu bisa lihat spesifikasi detail terkait dimensi, hingga screen-to-body ratio tinggi sebab penggunaan fitur NanoEdge technology yang ditawarkan laptop ini pada laman resminya,- di sini. Yang kedua adalah fitur ErgoLift yang secara umum, fungsinya membuat permukaan bottom-case terdongkrak dan menciptakan area terbuka sebagai jalan masuk Udara segar dari bagian bawah.
ADVERTISEMENT
 
Keseluruhan sasis unit review Asus Vivobook 14 A412DA ini menggunakan polycarbonate dengan warna dibuat senada kecuali bagian bottom-case,- dan bingkai LCD tentunya. A412 series sendiri hadir dalam tiga (3) pilihan warna yakni Biru, Abu – abu dan silver. Sedangkan warna orange, hanya ada di seri A412F (Intel)
 
Tapi yang saya rasakan, laptop ini menawarkan kontruksi sasis yang cukup solid sekalipun tidak ada campuran bahan logam pada sasisnya. Terkait sertifikasi US Military-grade yang absen pada seri ini, saya perkirakan lebih kepada startegi penjualan agar seri di atas vivobook 14 ini, memiliki nilai jual lebih di luar performa spesifikasi masing – masing.
 
ADVERTISEMENT
 
 
 
 
 

 
Sebuah SoC dari AMD yakni Ryzen 3-3200U ber-TDP 15 Watt dipercaya sebagai otak utama unit review Asus Vivobook A412DA ini. Dengan konfigurasi 2 core 4 thread, base clock CPU Ryzen 3 ini diseting lebih tinggi yakni 2,6 GHz, dibanding Ryzen 5 3500U (2,1 GHz).
 
Ini menguntungkan di berbagai jenis komputasi, terutama yang menggunakan pola high-performance with short periode seperti mengkompresi file misalnya. Karena itulah, untuk beberapa skenario, performa single core Ryzen 3-3200U ini tidak jauh berbeda dengan Ryzen 5-3500U, seperti yang ada pada unit Zenbook UM462DA yang sebelumnya saya review.
ADVERTISEMENT
 
Vega 3 GFX
 
Performa chip grafis yang baik tentu akan sangat membantu processor, terutama di jenis aplikasi yang sudah mendukung pararel computing. Dan di dalam AMD Ryzen 3-3200U ini, tertanam Radeon Vega 3 dengan kemampuan olah grafis yang di atas kertas, sedikit lebih baik dari Intel UHD 620 yang ada pada processor Intel Core generasi ke-8. Dengan catatan, RAM berjalan di dual-channel ya.
 
Sedangkan untuk spesifikasi komponen lain pada unit review Asus Vivobook 14 A412DA ini, saya bisa bilang sudah cukup OK kecuali penggunaan RAM yang secara default hanya 4 GB single channel, dan HDD konvensional 5400 rpm. Tapi untuk itu, saya akan buatkan konten khusus terkait apa saja yang bisa dimaksimalkan dari laptop ini mulai dari upgrade komponen, modifikasi thermal compound hingga kalibrasi layar LCD yang masih menggunakan teknologi TN.
ADVERTISEMENT
 
Stay tuned!
 
 
 
 
 
Asus membuat beberapa fitur yang awalnya hanya ada di seri Zenbook atau Vivobook kelas atas, hadir di seri A412 yang notabene bermain disegmen starter. Selain NanoEdge Display dan ErgoLift disisi kosmetik sasis, contoh di area workstation ini adalah backlit keyboard dengan tiga (3) tingkat iluminasi dan finger-print sensor.
 
Walau ukuran key-cap pada papan keyboard tidak dibuat maksimal dengan area workstation yang ada, tapi experience yang saya rasakan tidaklah mengecewakan. Kecuali penempatan tombol power yang masih menyatu dengan papan keyboard utama.
 
Yang di luar predilksi, touchpad-nya saya rasakan sangat nyaman digunakan. Selain mendukung Windows Precission driver, sensitifitas-nya pun bisa diandalkan untuk bekerja tanpa mouse eksternal. Begitupun finger-print sensornya, tidak sekalipun saya dapati menyulitkan proses login.
ADVERTISEMENT
 
Oiya, secara default, tombol fn berfungsi sebagai tombol shortcut kebeberapa seting seperti volume, brightness dan level iluminasi keyboard. Tapi pengguna bisa langsung mengembalikan fungsi aslinya dengan menekan tombol fn + esc.
 
Koneksi dan Koleksi I/O
 
 
Saya sebenarnya tidak banyak keluhan dengan koleksi I/O yang ditawarkan laptop ini. Absennya LAN Port bukan lagi masalah sejak era WiFi merajalela. Sedangkan SD Card yang diubah menjadi Micro-SD di laptop ini, malah lebih membantu sejak saya banyak mengandalkal smartphone sebagai sumber footage untuk artikel review saya.
 
Secara posisi dan jarak antar port juga cukup proposional. Tidak ada yang terlalu rapat hingga berpotensi mengamputasi salah satu port.
ADVERTISEMENT
 
 
 
 
 
Seperti biasa, kita bahas dahulu poin prosesor dalam hal ini AMD Ryzen 3-3200U yang secara klasifikasi, akan berhadapan dengan Intel Core i3-8130U. Di atas kertas, R3-3200U menang dari sisi clockspeed baik base clock maupun turbo clock. (2,6 ~ 3,5 GHz / up to 1200 Mhz melawan 2,2 ~ 3,4 GHz / up to 1 GHz).
 
 
Fakta di atas membuat Ryzen 3-3200U berhasil mengungguli Core i3-8130 di pengujian 3D Mark walau dengan selisih sangat tipis. Itupun, i3-8130U digandeng dengan Geforce MX130. Jika dibandingkan dengan sistem core i3-8130U yang hanya mengandalkan Intel UHD 620, physics score R3-3200U unggul hingga 25%.
ADVERTISEMENT
 
Begitupun untuk Vega 3, di benchmark sintetis seperti 3D Mark, unggul hampir 30% dibanding Intel UHD 620 yang ada pada Intel Core i3-8130U.
 
Untuk Gaming gimana bang?
 
Sejatinya, Vega 3 tidak didesain untuk gaming. Tapi melihat nama Radeon yang selalu dikaitkan dengan sebuah kartu grafis gaming, saya akan infokan di mana posisi Vega 3 ini saat turun di pengujian game,- terutama jika dibandingkan dengan Intel UHD 620.
 
Fifa 18 Radeon Vega 3 1080p Med 30 FPS UHD 620 1080p Med 33 FPS
CS: GO Radeon Vega 3 1080p High 30 FPS Intel UHD 620 1080p High 37 FPS
Battlefield 1 Radeon Vega 3 720p low 26 FPS Intel UHD 620 720p low 30 FPS
ADVERTISEMENT
 
Hasilnya, cukup mengecewakan sih untuk Radeon Vega 3,- sekalipun sudah dijalankan dalam mode dual-channel. Secara keseluruhan, Intel memang masih selangkah lebih maju dalam hal optimasi kinerja gaming. Adakah yang bisa kita lakukan untuk membuat performa Vega 3 ini lebih baik dari Intel UHD 620? Tipsnya juga akan saya sampaikan pada artikel optimasi Vivobook A412DA mendatang.
 
 
 
Vivobook Ultra A412DA ini mengandalkan sebuah kipas dan sebuah heatpipe untuk mendinginkan SoC Ryzen 3-3200U sekaligus Radeon Vega 3 di dalamnya. Secara desain, tidak ada yang spesial dengan layout sistem pendingin laptop ini, Pun dari sisi software, tidak ada yang bisa diubah terkait kecepatan kipas, maupun opsi mode sistem pendingin yang lebih agresif.
ADVERTISEMENT
 
 
Ini membuat sistem pendingin laptop ini tidak mampu membuat uji stress test Sky Diver menunjukan angka 97%. Score hanya mencapai 86,4% yang cukup jauh dari harapan. Tapi secara keseluruhan, saya sangat yakin sistem pendingin laptop ini masih bisa ditingkatkan.
 
Buktinya, performa Ryzen 3-3200U bisa dihandle dengan cukup baik selama looping test Cinebench 15 sebanyak 10x. Seperti bisa dilihat, tak terjadi perubahan score yang terasa. Bahkan score akhir di test ke 10, jadi score yang paling baik.
 
 
Saya lihat, selama Stress Test, R3-3200U hanya mengkonsumsi 12,4 watt dari 15 Watt yang ditakdirkan untuknya. Sedangkan posisi idle, prosesor ini mengkonsumsi daya sekitar 1,5 hingga 2,8 watt. Kesimpulannya, sistem manajemen daya laptop ini saya rasa belum optimal. Hal yang juga menjadi target saya untuk menjadikannya lebih optimal di artikel selanjutnya.
ADVERTISEMENT
 
 
Kemampuan baterainya saya lihat sangat baik. Di pengujian PCMark 8 Home Accelerated Battery Test, laptop ini mampu mencetak skor nyaris 3 jam.
 
Namun saya khawatir dengan panas yang mendera power adaptor laptop ini saat laptop di ajak bekerja lama. Juga kemampuan chargingnya yang agak di bawah rata – rata, sebuah laptop keluaran 2019. Tapi melihat dimensi power adaptornya yang super ringkas, menurut saya kita tidak bisa terlalu berharap banyak.
 
 
 
 
 
Selama seminggu saya menggunakan unit review Asus Vivobook 14 A412DA ini, saya lihat sangat banyak celah yang belum tergali untuk mengeluarkan semua kemampuan hardware di dalamnya. Paling urgent tentu saja performa storage dan RAM yang masih single-channel. Lalu manajemen daya juga sistem pendinginnya
ADVERTISEMENT
 
Tapi untuk dana 6,5 juta, saya yakin laptop ini sangat potensial untuk menjadi workstation portable untuk berbagai kebutuhan multimedia menengah. Walau bukan untuk aplikasi dengan skala komputasi rumit seperti Premiere Pro CC, apalagi CAD. Juga jika melihat standar TDP sang prosesor, jangan terlalu berharap laptop ini bisa menemani kamu bermain game dalam jangka waktu lama, apalagi game kelas AAA.
 
Jika kamu mencari sebuah laptop ringkas, modis dan terjangkau tentunya, tapi masih menawarkan opsi upgrade yang baik untuk dioptimalkan dikemudian hari, A412DA ini target produk yang sulit diabaikan. Kecuali kamu menjadikan kualitas LCD sebagai prioritas, saya sarankan kamu mempertimbangkan seri Zenbook UM series, yang dibanderol mulai dari 9,9 juta rupiah.
ADVERTISEMENT
 
Â