Review Film Frozen 2 – Dengan Cerita dan Visual yang lebih Kompleks

Review Film Frozen 2 – Dengan Cerita dan Visual yang lebih Kompleks

Film animasi besutan Disney ini saya akui merupakan salah satu film yang sangat ditunggu,- terutama untuk penonton usia dini.

 

 

Menghidupkan kembali cerita yang berakhir happy-ending emang punya kesulitan tersendiri. Dan hal ini yang saya rasa menjadi alasan pihak Disney, untuk menjadikan cerita utama dalam film Frozen 2 ini mundur kebelakang.

 

Yap, di sekuelnya kali ini. Film bercerita lebih detail tentang bagaimana Elsa mendapat kekuatan cryokinetic-nya. Hal yang di film pertama, hanya digambarkan dengan visualisasi kebingungan Elsa dan orang tuanya. Tapi jika saya boleh memperkirakan, jika nantinya film ini hadir dengan sequel keduanya,- bisa jadi cerita yang akan diangkat adalah seputar prediksi Grand Pabbie, sang sesepuh suku Troll.

 

Inti cerita film ini adalah proses pencarian fakta tentang kekuatan Elsa yang ditwist menjadi petualangan Elsa, Anna, Olaf sang manusia salju, Kristoff dan rusanya, Sven. Merekapun melakukan perjalanan jauh dari. Arandalle untuk mencari tahu tentang sumber kekuatan besarnya dan menyelamatkan kerajaan

 

 

Selain Elsa, Anna, Olaf, Kristoff dan Sven, bakal hadir beberapa karakter baru seperti Letnan Destin Mattias, pemimpin tentara yang terjebak di hutan enchanted selama bertahun-tahun. Ada juga Queen Iduna dan King Agnarr, orangtua Elsa dan Anna yang sebelumnya hadir di film pertama, namun juga akan dihadirkan beserta versi kecil dari karakter keduanya.

 

Selain itu bakal ada juga beberapa karakter seperti Yelana, Ryder dan Honeymaren yang merupakan anggota dari suku Northuldra. Northuldra sendiri merupakan suku yang tinggal di hutan ajaib yang memiliki kedekatan dengan roh-roh alami. Bahkan, Honeymaren sendiri bisa dikatakan seorang arwah penasaran.

 

 

Ada beberapa pengisi suara di sekuel Frozen ini yang mengalami pergantian, misalnya raja Agnarr, ayah dari Elsa dan Anna yang dulu di suarakan Maurice LaMarche, kali ini disuarakan oleh Alfred Molina.

 

Namun ada juga beberapa Voice actor yang melakukan double job seperti Alan Tudyk yang memerankan The Duke of Weselton, seorang penjaga, pemimpin Northuldra, dan seorang tentara Arendelle.

 

Film Frozen 2 ini juga diisi oleh banyak voice actor kecil seperti Eva Bella sebagai Elsa muda, Libby Stubenrauch sebagai Anna muda dan Rose Stein sebagai ratu Iduna muda.

 

 

Sekalipun Elsa punya kekuatan mengontrol hawa dingin (cryokinetic), namun film kali ini menggunakan latar yang didominasi musim semi. Hal ini ternyata membutuhkan proses pembuatan yang lebih rumit dari versi pertama. Sebagai info, versi awal punya kesulitan merender elemen es beserta objek yang direfleksikannya hingga 132 jam. Edisi ini butuh animator yang jauh lebih banyak untuk membentangkan visualisasi padang rumput dan hutan yang kompleks.

 

 

Audio dan efek pada film ini juga tak kalah megah dibanding versi perdana. Jika sebelumnya efek angin es mendominasi. Di sekuelnya kali ini, angin puting beliung dan reruntuhan gunung akan banyak mengiasi momen – momen ketegangan.

 

Efek – efek suara dari sihir yang diperlihatkan juga akan banyak menghiasi film yang mulai tayang kemarin ini.

 

 

Di luar cerita film ini yang menggabungkan nuansa magis, perjuangan dan persahabatan yang penuh pesan moral positif, tetap ada segelintir scene yang agak keluar dari standar batas layak tonton anak – anak, khususnya area Indonesia. Tapi saya sendiri menilai, tidak terlalu ofensif.

 

Secara keseluruhan, film ini mampu memuaskan para penonton khususnya penggemar setia Elsa dan Anna yang telah menunggu cukup lama. So, langsung aja cek ketersediaan tiket film ini untuk jadwal nonton kamu.

The post Review Film Frozen 2 – Dengan Cerita dan Visual yang lebih Kompleks appeared first on Skyegrid Media.