news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Review Film Judy – Kisah Kelam Dibalik Indahnya Pelangi

Skyegrid Media
Gamer's Daily.
Konten dari Pengguna
12 Februari 2020 22:46 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Skyegrid Media tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

Review Film Judy – Kisah Kelam Dibalik Indahnya Pelangi

Review Film Judy – Kisah Kelam Dibalik Indahnya Pelangi
zoom-in-whitePerbesar
Review Film Judy – Kisah Kelam Dibalik Indahnya Pelangi (1)
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Review film Judy kali ini saya akui banyak membawa emosi personal. Bisa dibilang, film ini merupakan film paling berkesan yang hingga waktunya saya menulis artikel, psikologis saya masih sedikit terguncang.
ADVERTISEMENT
 
Film Judy bisa dikatakan gambaran biografi tokoh masa lalu yang divisualisasikan tanpa sedikitpun menghilangkan sisi kharismatis tokoh aslinya. Walau juga diselipkan penampilan pribadi Judy yang secara sosial tidak baik, tapi secara keseluruhan film ini menjadikan gambaran sosok selebritis yang selalu menjaga image nya dengan cara dan dalam tekenan sebesar apapun. seorang wanita petaruang yang layak jadi panutan.
 
 
Menceritakan penggalan kisah hidup seorang bintang tarik suara, aktor sekaligus dancer bernama Judy Garland, direntang usia senjanya yakni sekitar 45 hingga 47 tahun. Cerita perjuangan Judy melawan banyak rintangan dalam hidupnya, baik yang datang dari luar maupun datang dari dalam dirinya.
 
Film ini dibuka dengan flashback Judy muda (Darci Shaw), yang saat itu masih berusia 14 tahun. Saat dimana Ia menjadi ikon dari sebuah drama fantasi musikal berjudul The Wizard of Oz. Judy diceritakan mulai merasakan tekanan menjadi seorang bintang saat menerima kritik yang cenderung menghina, dari seorang eksekutif studio. Orang tersebut mengatakakan, Judy hanya beruntung karena suaranya yang bagus. Selebihnya, Ia tak jauh berbeda dengan bintang lain.
ADVERTISEMENT
 
Sejak itu, Judy mulai sering depresi hingga seorang kenalan menawarkannya solusi berupa pil penenang yang akan membantunya mengatasi nafsu makan dan kesulitannya tidur di malam hari. Hal ini terus membuatnya tak bisa jauh dari obat-obatan dan alkohol hingga dewasa, hingga akhir hayatnya ditahun 1969.
 
Pernyataan Judy yang cukup terkenal kala ditanya tentang usahanya mengatasai masalah depresi akut adalah, “Punya empat suami-pun ternyata tidak berhasil.” Ini terjadi sebelum dia menikah dengan suami kelima atau suami terakhirnya.
 
Dari audisi Oz yang saya ceritakan di atas, sang sutradara Rupert Goold memindahkan plot ke tahun 1968,- setahun sebelum kematian Judy. Dengan kondisi terlilit hutang, tak punya rumah dan putus asa untuk mempertahankan hak asuh kedua anaknya, Judy Garland (Renée Zellweger) memutuskan hijrah ke London.
ADVERTISEMENT
 
Ia berharap, kontrak kerja di London bisa membuatnya kembali berkumpul bersama anak-anaknya. Tapi kenyataan berkata lain. Sekalipun sudah banyak yang mengetahui akhir kisah hidup Judy Garland yang kelam, namun film ini memvisualisasikan dengan penuh penghargaan.
 
 
Selain kehidupan panggungnya, film ini juga mengangkat penggalan-penggalan kehidupan pribadi Judy, termasuk visualisasi kondisi kesehatan serta kehidupan rumah tangganya. Di sini banyak juga dilibatkan orang-orang yang pernah berjasa bagi kehidupan Judy, maupun sebaliknya,- membuatnya terpuruk.
 
Dari ke-empat suami Judy, hanya dua (2) yang ditampilkan dalam film, yakni Sid Luft (Rupert Sewell) dan Mickey Deans (Finn Wittrock). Sementara tiga suami lainnya tidak diangkat dalam alur cerita. Anak ketiganya, Liza Minnelli (Gemma-Leah Deveraux), hanya muncul sekilas lalu dalam satu adegan.
ADVERTISEMENT
 
 
Renee memerankan sosok Judy dengan sangat fantastis. Amat sangat wajar Ia memenangkan Oscar lewat film ini. Penghayatannya saat bernyanyi memang tidak terlihat dan terdengar seperti Judy. Tapi keseluruhan tidak juga buruk. Terutama untuk yang sama sekali tidak mengetahui sosok Judy Garland sama sekali.
 
Selain Renee, pemeran kunci dalam film ini adalah Jessie Buckley yang sebelumnya juga mengisi film Dolittle. Di sini Ia memerankan Rosalyn Wilder, asisten pribadi terakhir Judy yang menangani kontrak-kontrak Judy sebelum meninggal.
 
 
Film ini mengambil latar tempat beberapa negara terutama Amerika, London dan Denmark. Tentu, visualisasi nuasa zaman dulu untuk masing-masing negara akan menjadi sajian spesial sepanjang film ini selain alur ceritanya yang penuh konflik.
ADVERTISEMENT
 
Hal lain yang luar biasa adalah, scoring yang mengiringi setiap adegan dalam film ini. Terdengar sangat magis dan serasi baik dengan latar waktu, tempat juga adegan. Detail-detail kecil seperti properti lampu di panggung dan auditorium, juga tone warna yang dibeberapa adegan tidak sinkron, tertutupi dengan penataan adegan yang seolah-olah menggambarkan kejadian aslinya.
 
Ada baiknya langsung nonton aja. Karena agak sulit mendeskripsikan dalam bentuk tulisan dalam artikel review film Judy kali ini.
 
 
Terlepas dari gambaran publik figur yang depresi dan kehidupan rumah tangga yang sama sekali tak patut dicontoh, film ini menghadirkan banyak pesan moral terutama fakta-fakta dibalik megahnya panggung hiburan. Tekanan atas seorang selebritis yang selalu dituntut lebih oleh penggemarnya. Judy yang menjadi objek ekploitasi sejak kecil diilustrasi seperti proses terjadinya pelangi yang tak seindah warna-warninya.
ADVERTISEMENT
 
Film ini tidak hanya untuk mereka yang mengenal Judy Garland, tapi untuk kita semua,- terutama yang selalu merasa takut ditinggalkan oleh orang-orang yang mencintai kita. Yap, tidak ada lagi yang bisa saya utarakan lewat review film Judy kali ini selain mengingatkan bagaimana Renee mendapat Oscar lewat film ini.
 
Selamat menonton.