Review Film Rembulan Tenggelam di Wajahmu

Skyegrid Media
Gamer's Daily.
Konten dari Pengguna
14 Desember 2019 13:12 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Skyegrid Media tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

Review Film Rembulan Tenggelam di Wajahmu

Review Film Rembulan Tenggelam di Wajahmu
zoom-in-whitePerbesar
Review Film Rembulan Tenggelam di Wajahmu (1)
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Review film Rembulan Tenggelam di Wajahmu ini akan mengangkat sebuah pertanyaan besar yang selalu disampaikan oleh sang tokoh utama.
ADVERTISEMENT
 

“Apakah hidup ini adil?”

 
Film ini merupakan sebuah film yang diadaptasi dari novel laris karya Tere Liye,- yang menceritakan tentang banyak pertanyaan-pertanyaan yang lalu lalang dalam fikiran manusia selama menjalani hidupnya.
 
 
Film diawali dengan plot saat Rayan dewasa (Arifin Putra), seorang pemilik perusahaan besar berusia 60-an tahun, sedang sekarat di sebuah rumah sakit. Dalam kondisi antara hidup dan mati. Tiba-tiba ia diajak oleh seseorang tak dikenal, untuk kembali menyusuri jalan hidupnya di masa lalu,- hingga akhirnya menjadikan Ia seperti sekarang ini.
 
Momen tersebut divisualkan dengan rekam adegan yang seperti di ulang dalam fikiran Ray, dan membuka banyak hal yang merupakan jawaban atas semua yang selama ini belum ia dapatkan.
ADVERTISEMENT
 
Apa yang ada dalam film secara keseluruhan sesuai dengan cerita dan pesan yang tersirat di dalam buku, walau tidak semuanya ditampilkan juga sih. Jadi bagi yang sudah membaca dan belum, akan tetap bisa mengikuti alurnya dengan cukup baik kok.
 
Film ini memang terkesan serius, dan ditambah lagi terdapat adegan baku hantam yang cukup banyak. Namun selipan dialog lucu tetap ada,- dan cukup berhasil mengurai ketegangan selama penonton mengikuti alur cerita. Dan menurut saya, lelucon yang dilempar cukup pas dan tidak berlebihan.
 
 
Film ini jelas menggambarkan flash-back sang tokoh utama. Pembentukan karakternya sejak kecil, remaja hingga dewasa menjadi tema dari film ini. Sedangkan karakter lain tidak banyak dihighlight,- sekedar menjadi ‘properti’ dari perjalan hidup sang tokoh utama.
ADVERTISEMENT
 
Membosankan? Oww.. tidak. Sang penulis cerita nampaknya telah berdiskusi intensif dengan sang penulis novel. Hingga membuat komposisi para pemeran pendukung selalu bisa menghadirkan sesuatu yang baru dari setiap fase hidup Ray.
 
Contoh besarnya seperti hadirnya Donny Alamsyah yang kita tahu lekat dengan film bergenre action, berhasil menghadirkan gambaran hidup keras Ray saat menginjak remaja.
 
 
Saya melihat, Donny Alamsyah juga Aryo Wahab banyak membatu banyak pemeran lain mengeluarkan kemampuan terbaik mereka. Wajar, untuk mensejajarkan peran mereka dengan Doni, mau tidak mau, mereka harus mengeluarkan semua kemampuan yang mereka miliki.
 
Walau tetap ada beberapa pemeran yang masih terlihat sekali kaku dan belum maksimal memerankan peran mereka. Kita tidak bicara pemeran figuran di sini, yang saya maksud ada dilevel pemeran yang cukup penting. Yang ingin tahu, langsung aja nonton film nya.
 
Daftar pemeran lengkap film ini bisa kamu lihat di laman berikut.
ADVERTISEMENT
 
 
Film ini mencoba menyederhanakan bahasa novel dalam bentuk visual, yang lebih bisa dinikmati oleh semua orang. Yap, seharusnya memang semua film yang berangkat dari novel, punya tujuan seperti itu. Dan menurut saya, film ini berhasil membuat saya, mungkin juga semua penonton yang hadir, menyerap inti cerita tanpa harus banyak berfikir seperti jika kamu membaca novel aslinya.
 
Penggunaan properti untuk mendukung visualisasi lini masa sang pemeran utama saya lihat cukup baik, walau terkadang ada saja glitch yang menjadikannya sedikit tidak konsisten. Sedikit aja sih.
 
Secara kualitas sinematografi film ini masih banyak yang terlihat kurang maksimal,- terutama penggunaan latar yang memanfaatkan green-screen. Tapi secara keseluruhan, tidak mengganggu penonton menikmati film ini.
ADVERTISEMENT
 
Sedangkan untuk audio, saya pribadi juga tidak terlalu banyak komplain. Dialog hingga suara efek yang terdengar, hadir pada momen dan komposisi yang pas.
 
 
Secara cerita, saya angkat empat (4) jempol untuk film ini. Ringkas padat dan minim hal yang bertele-tele. Pesan yang ingin disampaikan dikemas dalam visualisasi dramatis yang menyentuh,- dengan bumbu aksi dan dialog humor yang natural.
 
Tapi sang sutradara nampaknya belum puas dengan hanya menghadirkan satu versi film. Hingga akhirnya, membuat ending tidak lengkap alias menggantung. Mungkin sekali, akan ada sequel lanjutan untuk menjawab banyak pertanyaan dan kisah hidup sang tokoh utama yang terlewat.
 
Seperti biasa, semoga review film Rembulan Tenggelam di Wajahmu ini menarik untuk kamu, dan bisa menjadi referensi dalam menentukan keputusan memilih film akhir pekan ini.
ADVERTISEMENT