Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Review Film The Courier (2019)
30 Januari 2020 7:49 WIB
Tulisan dari Skyegrid Media tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Review Film The Courier (2019)


ADVERTISEMENT
Agaknya, cukup jarang film aksi yang menjadikan profesi jasa pengantar sebagai dasar karakter. Salah satunya yang paling terkenal mungkin The Transporter. Nah, lewat review film The Courier versi 2019 ini, saya tertarik untuk membandingkan eksploitasi profesi kurir dengan yang sudah kita lihat pada The Transporter.
ADVERTISEMENT
Sebelum lanjut ke sinematografi,- lebih spesifik ke penataan adegan aksi yang menurut bayangan saya, akan mengkombinasikan kemahiran beladiri dan keahlian mengendarai,- seperti biasa kita singkap dulu sedikit info terkait alur cerita, karakter yang ada, hingga pemeran yang ikut ambil bagian.
Yehezkiel Mannings (Gary Oldman) merupakan bos kejahatan ganas yang ingin membunuh Nick (Amit Shah), saksi tunggal yang ditetapkan untuk bersaksi melawannya.
Yehezkiel menyewa seorang kurir sepeda motor wanita misterius (Olga Kurylenko), untuk mengirimkan bom gas beracun untuk membunuh Nick. Bukan membunuhnya ia malah menyelamatkan Nick dari kematian. Kedua orang ini pun harus menyelamatkan diri dari buruan para pembunuh bayaran yang kejam.
ADVERTISEMENT
Secara persentase, film ini menyajikan lebih banyak adegan yang menahan adrenalin penonton tetap tinggi sepanjang film. Sesi ketegangan diselipkan dalam alur cerita secara bertahap, dengan intensitas ancaman pada sang tokoh utama yang makin ketengah cerita, makin merangkak naik.
Baca juga: Review Film Playing With Fire
Dari poster, awalnya saya mengira The Courier akan menggunakan pendekatan karakter yang sama dengan Transporter-nya Jason Statham,- yang menghadirkan karakter profesional, yang akan melakukan apapun untuk sebuah imbalan.
Memang, ada beberapa kemiripan antara keduanya. Terutama dari sisi dramatisasi pertentangan antara profesionalitas dan rasa kemanusiaan. Tapi terkait karakter “evil” dalam film ini, cenderung lebih fokus pada sosok Yehezkiel Mannings, dan penggambaran pengaruhnya, hingga kelevel bintang tiga.
ADVERTISEMENT
Namun, jagoan kita di film ini digambarkan lebih natural sebagai seorang manusia biasa tambah lagi seorang wanita, yang harus melawan tekanan bertubi-tubi dari musuh. Hal ini yang akan membuat emosi penonton, terus menerus berada dititik ‘tegang’.
Pembentukan karakter-karakter dalam film ini juga cukup menyenangkan dengan hadirnya beberapa plot twist, terkait dipihak mana karakter yang di-“spoiler”. Juga adanya pengembangan karakter ke arah karakter baik di akhir cerita.
Film ini nampaknya jadi salah satu film yang membuat nama Olga Kurylenko banyak dikenal netizen. Sebelumnya, film-film Olga patut diakui seperti kekurangan dana promosi. Saya prediksi, sejak film Ia akan mulai sibuk membintangi film-film baru, berkat totalitasnya.
ADVERTISEMENT
Begitupun Amit Shah, merupakan nama yang masih terhitung jarang bersliweran di layar lebar. Ia lebih sering mondar-mandir di serial TV sebagai bintang tamu,- termasuk The Withcer di Netflix.
Sedangkan Gary Oldman adalah sosok figur yang sudah sangat melekat sebagai Commissioner Gordon, sejak ikut tampil dalam The Dark Night Rises. Menurut saya, tampang bijaknya tetap terlihat jelas sekalipun ditambahkan penutup mata ala bajak laut sebagai ciri khasnya di film ini.
Tidak seperti Transporter yang sepanjang film didominasi adegan luar ruangan, visual film ini mayoritas diambil di lahan-lahan sempit seperti ruang perkantoran, tempat parkir basement, hingga ventilasi udara.
Di film ini, profesi kurir sang jagoan merupakan permintaan dari sang klien, dalam hal ini Mannings,- dan bukan sisi profesional-nya sejak awal. Dan itupun terlihat sekali menggunakan lebih dari satu orang stunt-man.
ADVERTISEMENT
Untuk menghadirkan kesan brutal, sang director Zackary Adler lebih memilih menumpahkan banyak darah baik untuk memoles adegan baku hantam tangan kosong, maupun adegan tembak menembak
Tapi dari penataan gerak, terutama adegan aksi terutama perkelahian tangan kosong, saya bisa bilang cukup memuaskan walau masih jauhd ari harapan saya dengan standar film seorang pembunuh bayaran profesional.
Judul hingga properti film ini yang diangkat dalam poster utama erat dengan sebuah profesi yang umumnya mengandalkan kendaraan, roda dua khususnya. Hal ini yang menjadikan film ini menyajikan sinematografi yang tak kalah menarik dari Anna.
Dan hal itu didukung oleh scoring yang menurut saya sangat maksimal mengawal sisi visualnya. Memang, Adler terkenal dengan permainan surround sound yang menjadikan film-filmnya lebih dramatis.
ADVERTISEMENT
Keseluruhan, film ini menceritakan pertentangan antara profesionalitas dan naluri kemanusiaan. Namun yang menjadikan film ini unik tentu saja kebesaran jiwa yang diceritakan film ini adalah milik seorang wanita.
Tapi pembentukan karakter yang dibuat lebih sempit, membuat alur ceritanya kurang berisi. Jika dibagi antara pihak yang baik dan yang jahat, masing-masing pihak hanya divisualisasikan dalam karakter kuat, lemah, jujur dan culas. Hmm.. Tipikal film aksi banget sih.
Yap, itu saja sih yang bisa saya sampaikan lewat review film The Courier versi 2019 ini. Seperti biasa, jika kamu suka artikel review film Bad boys : For Life ini, jangan pelit untuk sharing ya. Follow juga akun kita di Instagram dan Facebook untuk update film-film terbaru lainnya.
ADVERTISEMENT
The post Review Film The Courier (2019) appeared first on Skyegrid Media.