Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Review Game Pamali: Indonesian Folklore Horror
8 Mei 2019 19:18 WIB
Tulisan dari Skyegrid Media tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Game besutan StoryTale Studios asal Bandung ini merupakan game genre horor yang mengangkat cerita dari legenda-legenda mistis Indonesia. Diluncurkan Des 2018 lalu, Pamali membungkus cerita-cerita seperti Kuntilanak, Pocong, Tuyul dan Leak, dengan nuansa detektif.
ADVERTISEMENT
Kumpulan surel yang dikirimkan oleh berbagai korespenden yang memiliki pengalaman atau yang pernah bersinggungan dengan hal-hal gaib, digabungkan kedalam sebuah riset independen tentang alam lain. Hasilnya, penuturan Pamali terasa begitu nyata bagi kita, khususnya bagi orang asli Indonesia. Karena mengangkat tema yang biasanya, “tabu” untuk diceritakan.
Dalam cerita “White Lady” atau Kuntilanak, Protagonis kita, Jaka, yang berprofesi sebagai wartawan di Jakarta, pulang ke rumah masa kecilnya. Hidup sebatang kara setelah kematian kedua orang tua dan kakak perempuannya, Jaka memutuskan untuk menjual rumah tersebut. Lama terbengkalai, Jaka harus membersihkan rumahnya agar layak untuk di huni sebelum menjualnya.
ADVERTISEMENT
Baca juga: Review Game Sekiro: Shadow Die Twice
Dalam proses membersihkan rumah, Jaka sambil bernostalgia menemukan kalau ia ternyata tidak sendiri. Kakak perempuannya ternyata memiliki penyesalan yang masih belum selesai di dunia fana ini. Jaka pun mencoba menggali lebih dalam tentang apa yang membuat kakaknya masih memiliki keterikatan dengan alam manusia. Sekuat tenaga, Ia mencoba membuat agar arwah kakaknya tenang dan dapat meneruskan ke akhirat. Setidaknya, itu adalah salah satu skenario yang ada dari 32 ending yang bisa kamu temui di cerita “White Lady”.
Tidak adanya keterikatan atas alur cerita membuat kita bebas berinteraksi dengan objek yang ditawarkan di dalam level permainan. Pola bermain 1st person prespective dan digabungkan dengan investigasi detektif, Pamali menawarkan berbagai ending sesuai dengan interaksi pemain selama permainan. Genre 1st person Adventure ini mungkin hanya di lirik segelintir orang yang biasa memainkan genre ini atau jenis game point and click.
ADVERTISEMENT
Dibuat menggunakan game engine Unreal Engine 4, tampilan grafis in-game dibuat sedemikan rupa menyamarkan detail environment dengan suasana gelap malam. Hasilnya Pamali sukses menyajikan suasana kengerian kepada para pemain. Suasana rumah terbengkalai yang di tampilkan di Cerita “White Lady”, mungkin akan membuat kamu begidik untuk tinggal lebih lama di rumah ini.
Kamu mungkin tidak akan menemukan BGM dalam game ini, seperti dalam kebanyakan game bergenre horor lainnya. Pamali, hanya menghadirkan sound efek sederhana seperti “background noise“, suara decit pintu atau lemari, suara saklar lampu, hingga suara kaca lampu petromax.
ADVERTISEMENT
Efek inilah yang memberikan kesan nyata ketika kita berinteraksi dengan berbagai macam objek yang ada. Selain itu, line Voice Acting dalam bahasa Indonesia mungkin akan ada yang berasa kurang pas ketika kita berinteraksi dengan benda-benda yang ada di dalam game. Namun narasi yang diberikan, cukup membuat saya menyelami / immerse kedalam cerita game Pamali ini.
Pamali bisa kamu dapatkan seharga 49.999 atau 50 ribu rupiah via Steam. Tambahan cerita-cerita yang lain seperti “The Tied Corpse”, “The Little Devil” dan “The Hungry Witch”, ada dalam DLC terpisah yang bisa didapatkan dengan harga Rp.49.999, untuk masing-masing DLC.
ADVERTISEMENT
Adapun bundle untuk keempat cerita sekaligus dengan harga Rp.149.000. Hemat 50 ribu, kalau kamu ingin mengkoleksi dan memainkan seluruh cerita yang ditawarkan Pamali.
The post Review Game Pamali: Indonesian Folklore Horror appeared first on Skyegrid Media .