Konten dari Pengguna

Adab kepada Guru: Penghormatan Mulia, Bukan Feodalisme!

Ahmad Fahmi Fadilah
Mahasiswa Aktif - S1 Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
23 Januari 2025 16:10 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ahmad Fahmi Fadilah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
https://cdn.pixabay.com/photo/2020/12/14/17/40/studying-5831644_960_720.jpg (Ilustrasi anak mengaji)
zoom-in-whitePerbesar
https://cdn.pixabay.com/photo/2020/12/14/17/40/studying-5831644_960_720.jpg (Ilustrasi anak mengaji)
ADVERTISEMENT
Adab kepada guru adalah bagian penting dari nilai-nilai yang diajarkan dalam budaya kita. Sayangnya, tidak jarang penghormatan ini dianggap sebagai bentuk feodalisme terselubung. Namun, pandangan seperti ini perlu diluruskan. Adab kepada guru bukanlah praktik feodal, melainkan wujud penghormatan dan pengakuan atas peran penting mereka dalam kehidupan kita.
ADVERTISEMENT

Adab kepada Guru dalam Tradisi Budaya dan Islam

Dalam banyak budaya di Indonesia, guru selalu dianggap sebagai figur yang mulia. Mereka bukan hanya menyampaikan ilmu, tetapi juga membentuk karakter dan nilai-nilai moral muridnya. Ungkapan seperti “guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa” mencerminkan rasa hormat yang mendalam terhadap peran mereka. Tradisi ini tidak dimaksudkan untuk menempatkan guru dalam posisi yang tidak dapat disentuh atau dikritik, tetapi lebih kepada pengakuan bahwa mereka adalah pembimbing yang berkontribusi besar dalam perjalanan hidup kita.
Dalam Islam, penghormatan kepada guru memiliki landasan yang kuat. Nabi Muhammad SAW bersabda,
Hadis ini menegaskan bahwa menghormati orang yang berilmu, termasuk guru, adalah bagian dari adab yang dianjurkan dalam Islam.
Bahkan, dalam sejarah Islam, para ulama selalu mengajarkan pentingnya beradab sebelum menuntut ilmu. Imam Malik, salah satu imam mazhab, dikenal berkata kepada murid-muridnya,
ADVERTISEMENT
Penghormatan kepada guru dalam Islam juga diwujudkan melalui sikap rendah hati. Dalam kitab-kitab klasik, seperti Ta’limul Muta’allim, dijelaskan bahwa murid hendaknya bersikap tawadhu’ di hadapan guru dan tidak bersikap sombong. Hal ini bukan berarti murid tidak boleh bertanya atau berdiskusi, tetapi adab dalam menyampaikan pendapat tetap harus dijaga.

Memahami Perbedaan Antara Adab dan Feodalisme

Untuk memahami mengapa adab kepada guru berbeda dari feodalisme, kita perlu melihat definisi keduanya. Feodalisme adalah sistem sosial yang menempatkan individu dalam hierarki yang kaku berdasarkan status. Dalam sistem ini, penghormatan diberikan bukan karena keahlian atau jasa, tetapi karena kedudukan sosial yang diwariskan atau dipaksakan. Sebaliknya, adab kepada guru adalah bentuk penghormatan yang didasarkan pada kontribusi nyata mereka dalam membangun generasi yang lebih baik.
ADVERTISEMENT
Misalnya, menghormati guru tidak berarti kita harus tunduk tanpa pertanyaan. Dalam pendidikan modern dan ajaran Islam, adab kepada guru tetap bisa berjalan beriringan dengan diskusi kritis. Guru yang baik justru mendorong murid-muridnya untuk berpikir kritis, bertanya, dan mencari jawaban. Penghormatan di sini tidak menghalangi kebebasan berpikir, tetapi membangun hubungan yang sehat antara guru dan murid.
Selain itu, penghormatan kepada guru tidak bersifat memaksa atau eksklusif. Murid menghormati guru karena rasa hormat yang tumbuh secara alami, bukan karena tekanan sosial. Dalam feodalisme, penghormatan sering kali dituntut tanpa alasan jelas. Sementara itu, adab kepada guru adalah wujud kesadaran bahwa mereka telah berkontribusi dalam kehidupan kita.
Mengapa Adab kepada Guru itu Penting?
Di era modern, di mana hubungan sosial semakin demokratis, beberapa orang mungkin merasa bahwa adab kepada guru adalah sesuatu yang kuno. Namun, nilai-nilai ini tetap relevan karena mengajarkan kita untuk menghargai orang lain, terutama mereka yang telah membantu kita tumbuh dan berkembang. Adab kepada guru adalah cerminan dari sikap rendah hati dan rasa terima kasih.
ADVERTISEMENT
Dalam Islam, menuntut ilmu adalah ibadah. Nabi Muhammad SAW bersabda,
Oleh karena itu, menghormati guru sebagai orang yang membimbing kita dalam menuntut ilmu juga menjadi bagian dari ibadah. Penghormatan ini tidak hanya mempererat hubungan antara guru dan murid, tetapi juga menambah keberkahan dalam proses belajar.
Tanpa adab, proses belajar bisa kehilangan esensinya. Guru yang dihormati tidak hanya akan merasa dihargai, tetapi juga lebih termotivasi untuk memberikan yang terbaik kepada murid-muridnya. Sebaliknya, jika hubungan antara guru dan murid hanya didasarkan pada prinsip egaliter tanpa rasa hormat, hubungan tersebut berisiko kehilangan rasa saling menghargai.

Menghapus Stigma Feodalisme dalam Penghormatan kepada Guru

Salah satu alasan mengapa adab kepada guru sering dikritik sebagai feodalisme adalah adanya kesalahpahaman. Beberapa orang mungkin menganggap bahwa murid harus selalu menuruti guru tanpa bertanya. Padahal, adab kepada guru tidak berarti meniadakan diskusi atau kritik. Sebaliknya, adab kepada guru berarti menyampaikan kritik atau pendapat berbeda dengan cara yang sopan dan konstruktif.
ADVERTISEMENT
Guru juga manusia yang bisa salah, dan mereka yang memiliki pemahaman tentang adab tidak akan menempatkan diri mereka di posisi yang tak tersentuh. Justru, guru yang memahami nilai-nilai penghormatan akan membuka diri terhadap masukan dari murid. Dalam konteks ini, penghormatan menjadi hubungan dua arah yang saling mendukung.
Selain itu, masyarakat perlu memahami bahwa penghormatan kepada guru tidak bertujuan untuk menciptakan hierarki sosial. Sebaliknya, ia adalah bentuk pengakuan terhadap peran penting yang dimainkan oleh guru. Dalam pendidikan, hubungan ini lebih bersifat kemitraan daripada hubungan atasan-bawahan.

Menjaga Nilai-Nilai Penghormatan di Era Modern

Di era modern, kita perlu menjaga agar adab kepada guru tetap relevan tanpa kehilangan esensinya. Salah satu caranya adalah dengan menyesuaikan nilai-nilai ini dengan kebutuhan zaman. Penghormatan kepada guru tidak harus diwujudkan dalam bentuk formalitas yang kaku, tetapi bisa dalam bentuk tindakan kecil yang menunjukkan rasa terima kasih.
ADVERTISEMENT
Misalnya, murid bisa menunjukkan rasa hormat dengan bersikap sopan di kelas, mendengarkan dengan baik saat guru mengajar, dan berterima kasih atas ilmu yang diberikan. Guru juga bisa menunjukkan rasa hormat kepada murid dengan mendengarkan pendapat mereka dan memberikan ruang untuk berdiskusi. Dengan cara ini, hubungan antara guru dan murid menjadi lebih sehat dan produktif.
Adab kepada guru bukanlah feodalisme. Ia adalah bentuk penghormatan yang didasarkan pada rasa syukur dan pengakuan atas jasa guru dalam membimbing kita. Dalam Islam, penghormatan kepada guru bahkan menjadi bagian dari ajaran agama yang dianjurkan. Meski zaman terus berubah, nilai-nilai ini tetap relevan karena mengajarkan kita untuk menghargai orang lain dengan tulus.
Dalam dunia pendidikan, penghormatan kepada guru dan kebebasan berpikir bukanlah dua hal yang saling bertentangan. Keduanya bisa berjalan beriringan, menciptakan lingkungan belajar yang lebih inklusif dan produktif. Jadi, mari kita lestarikan adab kepada guru sebagai tradisi yang mulia, sambil terus membuka ruang untuk dialog dan perubahan.
ADVERTISEMENT