Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Bahaya Pergaulan Bebas Pada Anak yang Sering Diabaikan Orang Tua
13 April 2025 18:16 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Ahmad Fahmi Fadilah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Bahaya pergaulan bebas pada anak, diantaranya:
ADVERTISEMENT
Semua bahaya itu bukan cuma teori. Ini nyata dan banyak orang tua baru sadar setelah semuanya terlambat.
Awalnya mungkin tampak sepele, anak sering nongkrong di luar, main sampai larut malam, mulai tertutup, sering bohong. Orang tua kadang menganggap itu bagian dari fase tumbuh dewasa. Tapi kalau dibiarkan, itu bisa jadi pintu masuk ke pergaulan yang salah. Anak mulai ikut-ikutan tren yang tak sehat. Konten-konten vulgar jadi hal biasa di ponsel mereka. Dari rasa penasaran, mereka mulai coba-coba. Dan ketika tak ada yang mengingatkan, itu jadi kebiasaan.
Banyak anak yang awalnya hanya ingin diterima dalam lingkaran pertemanan, rela menukar nilai dan batasan yang dulu mereka pegang. Mereka merasa harus ikut agar tak dianggap aneh. Akhirnya, prinsip goyah, batas-batas dilanggar. Seks bebas terjadi tanpa pemahaman, tanpa rasa takut. Kehamilan remaja dan penyakit menular bukan lagi cerita orang lain—itu bisa jadi kisah mereka sendiri.
ADVERTISEMENT
Belum lagi soal zat adiktif. Rokok yang dulu tabu, kini jadi simbol "dewasa". Alkohol dicicipi saat nongkrong. Dan ketika rasa penasaran tak dibatasi, narkoba pun mulai dicoba. Anak-anak yang seharusnya sedang menyusun masa depan, malah perlahan menghancurkannya sendiri.
Sekolah tak lagi penting. Mereka mulai bolos, malas belajar, dan kehilangan semangat. Di kelas cuma duduk, pikiran melayang entah ke mana. Akhirnya, prestasi anjlok. Anak yang dulu punya potensi besar, pelan-pelan kehilangan arah.
Mental pun ikut terguncang. Anak merasa makin jauh dari keluarga, tapi juga tak benar-benar dekat dengan teman. Banyak dari mereka menyimpan kecemasan, rasa bersalah, dan kebingungan soal jati diri. Mereka tak tahu harus bicara ke siapa. Kadang mereka hanya ingin dimengerti, tapi malah dimarahi. Inilah yang membuat hubungan anak dan keluarga makin jauh. Kepercayaan rusak, komunikasi putus. Anak merasa sendiri, dan kesepian itu bisa mendorong mereka makin dalam ke jurang pergaulan yang salah.
ADVERTISEMENT
Tak sedikit dari mereka yang akhirnya ikut tawuran, geng motor, bahkan terlibat kasus pencurian atau pelecehan. Awalnya cuma ikut-ikutan. Tapi satu kesalahan bisa berujung ke laporan polisi. Nama baik rusak, masa depan hancur. Dan keluarga? Hanya bisa menyesal sambil bertanya-tanya: “Kapan anakku mulai berubah?”
Anak bukan robot. Mereka tumbuh dengan rasa ingin tahu yang besar. Tapi kalau tidak diarahkan, rasa ingin tahu itu bisa menjerumuskan. Pergaulan bebas bukan hal sepele, apalagi di usia anak-anak yang masih labil. Orang tua, jangan cuma sibuk kerja atau menyerahkan semuanya ke sekolah. Jadilah tempat pulang yang hangat, tempat cerita yang aman.
Dekatlah sebelum anak mencari kedekatan di tempat yang salah. Dengarkan sebelum mereka merasa tak didengar. Dan awasi dengan cinta bukan dengan curiga, karena menjaga anak dari pergaulan bebas itu bukan mengekang, tapi menyelamatkan.
ADVERTISEMENT