Konten dari Pengguna

Jangan Telan Mentah-mentah Kebijakan Pemerintah Wahai Mahasiswa

Ahmad Fahmi Fadilah
Mahasiswa Aktif - S1 Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
15 Februari 2025 14:16 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ahmad Fahmi Fadilah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
https://cdn.pixabay.com/photo/2019/04/18/08/42/books-4136388_1280.jpg (Ilustrasi mahasiswa)
zoom-in-whitePerbesar
https://cdn.pixabay.com/photo/2019/04/18/08/42/books-4136388_1280.jpg (Ilustrasi mahasiswa)
ADVERTISEMENT
Menjadi mahasiswa bukan hanya soal datang ke kelas, mengerjakan tugas, dan lulus dengan nilai bagus. Mahasiswa adalah bagian dari masyarakat yang punya tanggung jawab lebih besar dari sekadar mengejar gelar. Mereka adalah suara bagi mereka yang tidak bisa bersuara, terutama bagi mereka yang tertindas. Maka, ketika ada kebijakan pemerintah, baik itu terlihat baik atau buruk, mahasiswa tidak boleh sekadar menerima dan mengangguk setuju. Sebab, dalam setiap kebijakan, selalu ada pihak yang dirugikan.
ADVERTISEMENT
Bayangkan sebuah negara di mana 80% masyarakat hidup nyaman dan bahagia karena kebijakan pemerintah, sementara 20% lainnya harus berjuang mati-matian untuk bertahan hidup. Apakah ini bisa disebut keadilan? Pemerintah mungkin mengeklaim kebijakan mereka sudah membawa kesejahteraan, tapi mahasiswa harus melihat lebih dalam, ke sudut-sudut yang jarang disorot, ke wajah-wajah yang tidak pernah masuk berita utama. Bukan tugas mahasiswa untuk memihak mayoritas yang sudah diuntungkan, tapi justru memperjuangkan yang tersisihkan.
Banyak yang berpikir bahwa selama kebijakan pemerintah membawa dampak positif bagi sebagian besar rakyat, maka itu sudah cukup. Tapi, bagaimana dengan mereka yang tidak terjangkau oleh kebijakan itu? Mereka yang masih berjuang di bawah garis kemiskinan, yang haknya dirampas, yang suaranya tak pernah terdengar? Mahasiswa harus berani bertanya: Siapa yang sebenarnya diuntungkan? Siapa yang harus membayar harga dari kebijakan ini?
ADVERTISEMENT
Bersikap kritis terhadap kebijakan pemerintah bukan berarti selalu menolak atau membangkang tanpa alasan. Ini soal mempertanyakan, menganalisis, dan memahami dampak nyata dari kebijakan tersebut. Jika ada kebijakan yang tampaknya menguntungkan banyak orang, mahasiswa harus mencari tahu siapa yang dikorbankan dalam prosesnya. Jika pemerintah menaikkan harga bahan bakar dengan dalih meningkatkan pembangunan, mahasiswa harus bertanya, siapa yang paling menderita akibat kenaikan ini? Jika subsidi pendidikan dikurangi dengan alasan efisiensi anggaran, mahasiswa harus menyuarakan nasib mereka yang akhirnya tidak bisa kuliah karena biaya semakin mahal.
Mahasiswa yang membawa poster #ReformasiDikorupsi. Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
Ketika mahasiswa memilih untuk selalu mendukung pemerintah tanpa mempertanyakan kebijakan yang dibuat, mereka kehilangan esensi dari peran intelektual yang seharusnya mereka jalankan. Tidak ada kebijakan yang sepenuhnya sempurna, dan mahasiswa harus menjadi garda terdepan dalam mengkritisi segala bentuk kebijakan yang tidak berpihak pada kepentingan rakyat kecil. Jangan terbuai oleh janji-janji manis atau keberhasilan yang hanya dirasakan oleh segelintir orang. Tugas mahasiswa adalah memastikan bahwa mereka yang tidak memiliki akses untuk bersuara tetap mendapatkan keadilan.
ADVERTISEMENT
Banyak yang akan berkata bahwa mahasiswa hanya tahu mengkritik tanpa menawarkan solusi. Tapi justru di situlah peran mahasiswa menjadi penting: Menciptakan diskusi, mencari alternatif, dan memberikan tekanan agar pemerintah tidak hanya melihat dari sudut pandang mereka sendiri. Pemerintah sering kali terjebak dalam kebijakan yang berpihak pada kepentingan ekonomi, investasi, dan kepentingan politik, tanpa mempertimbangkan dampak sosial yang lebih luas. Mahasiswa harus berdiri di antara kesenjangan ini, menjadi suara bagi mereka yang dipinggirkan.
Jangan sampai mahasiswa menjadi bagian dari sistem yang hanya mengiyakan kebijakan tanpa berpikir panjang. Jika mahasiswa berhenti bertanya, berhenti kritis, dan hanya ikut arus, maka mereka tidak lebih dari sekadar alat yang digunakan untuk melegitimasi kebijakan yang bisa jadi tidak adil. Mahasiswa harus berani mengambil sikap, bahkan jika itu berarti berseberangan dengan arus utama.
ADVERTISEMENT
Dunia butuh mahasiswa yang tidak hanya pintar secara akademis, tetapi juga memiliki keberanian moral untuk membela mereka yang tertindas. Karena di balik setiap kebijakan yang terlihat baik, selalu ada celah yang bisa merugikan mereka yang paling rentan. Mahasiswa bukan sekadar penerima kebijakan, tapi pengawal keadilan. Maka, jangan pernah menjadi bagian dari mereka yang hanya diam dan menerima. Lawan jika ada ketidakadilan, suarakan jika ada yang terpinggirkan, dan jangan pernah berhenti bertanya: Siapa yang sebenarnya diuntungkan?