Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.98.1
Konten dari Pengguna
Ketika Anggaran Beasiswa Pendidikan Dikalahkan Oleh Makan Bergizi Gratis
4 Februari 2025 15:22 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Ahmad Fahmi Fadilah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Keputusan pemerintah untuk mengalihkan anggaran beasiswa demi mendukung program makan bergizi gratis menjadi perbincangan hangat. Instruksi ini langsung datang dari Presiden terpilih Prabowo Subianto kepada Menteri Keuangan Sri Mulyani, yang diminta menyesuaikan kebijakan fiskal untuk mengakomodasi program ambisius ini. Kebijakan tersebut menuai pro dan kontra, terutama karena beasiswa selama ini menjadi penyokong bagi mahasiswa yang berasal dari keluarga kurang mampu.
ADVERTISEMENT
Prabowo berargumen bahwa program makan gratis adalah bagian dari upaya memastikan kesejahteraan rakyat, khususnya anak-anak dan generasi muda. Menurutnya, tanpa pemenuhan gizi yang baik, kualitas sumber daya manusia tidak bisa berkembang optimal, sehingga pendidikan tinggi pun tidak akan mencapai hasil yang maksimal. Namun, kebijakan ini mendapat kritik tajam dari berbagai pihak yang menilai bahwa pengalihan anggaran dari beasiswa dapat menghambat akses pendidikan bagi mereka yang bergantung pada bantuan finansial tersebut.
Di sisi lain, Sri Mulyani sebagai Menteri Keuangan dihadapkan pada dilema besar. Sebagai pengelola keuangan negara, ia harus memastikan bahwa program makan bergizi gratis ini tidak mengganggu stabilitas anggaran negara dan tetap memungkinkan sektor lain, seperti pendidikan, berjalan optimal. Sri Mulyani terkenal sebagai teknokrat yang berhati-hati dalam mengelola fiskal negara, dan tidak sedikit yang menunggu langkah yang akan diambilnya terkait instruksi dari Prabowo ini.
ADVERTISEMENT
Instruksi ini juga menimbulkan pertanyaan mengenai prioritas kebijakan pemerintah. Jika beasiswa dikurangi atau bahkan dihilangkan, maka ada potensi besar peningkatan angka putus kuliah, terutama di kalangan mahasiswa dari latar belakang ekonomi lemah. Ini bisa berdampak pada menurunnya kualitas tenaga kerja di masa depan, melemahkan daya saing global, dan berujung pada masalah ekonomi yang lebih besar.
Sementara itu, pihak pendukung kebijakan ini menegaskan bahwa langkah Prabowo bukanlah penghapusan pendidikan, melainkan penyesuaian prioritas. Menurut mereka, pendidikan tetap penting, tetapi tanpa kondisi dasar seperti nutrisi yang cukup, belajar pun akan menjadi tidak efektif. Program makan gratis dinilai sebagai investasi dalam jangka panjang bagi kesehatan dan kecerdasan generasi muda.
Namun, kritik lain juga muncul dari sudut pandang efisiensi anggaran. Banyak pihak berpendapat bahwa ada alternatif lain yang bisa ditempuh tanpa harus memangkas anggaran beasiswa. Misalnya, pemerintah bisa mencari sumber pendanaan lain, seperti optimalisasi pajak atau menggandeng sektor swasta dalam program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR). Langkah-langkah ini memungkinkan program makan gratis tetap berjalan tanpa harus mengorbankan akses pendidikan tinggi.
ADVERTISEMENT
Seiring waktu, Sri Mulyani diharapkan mengambil keputusan yang tidak hanya mempertimbangkan kepentingan jangka pendek, tetapi juga memperhitungkan dampak jangka panjangnya terhadap pembangunan bangsa. Bagaimanapun juga, keseimbangan antara kesejahteraan dan pendidikan harus dijaga agar generasi muda tidak hanya sehat secara fisik, tetapi juga memiliki kesempatan yang setara untuk berkembang dan berkontribusi bagi negara.
Masyarakat kini menunggu langkah konkret dari pemerintah dalam menjalankan kebijakan ini. Apakah ada revisi terhadap instruksi Prabowo, atau Sri Mulyani akan mencari jalan tengah yang lebih seimbang? Yang jelas, pendidikan dan kesejahteraan tidak boleh menjadi dua hal yang dipertentangkan, melainkan harus berjalan beriringan untuk membangun masa depan yang lebih baik bagi Indonesia.