Konten dari Pengguna

Makan Bergizi Gratis di Sekolah: Membangun Generasi Emas atau Pemborosan Negara?

Ahmad Fahmi Fadilah
Mahasiswa Aktif Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
18 Januari 2025 10:37 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ahmad Fahmi Fadilah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
https://cdn.pixabay.com/photo/2017/06/21/09/19/new-year-background-2426623_1280.jpg (ilustrasi sendok dan garpu)
zoom-in-whitePerbesar
https://cdn.pixabay.com/photo/2017/06/21/09/19/new-year-background-2426623_1280.jpg (ilustrasi sendok dan garpu)
ADVERTISEMENT
Program makan bergizi gratis di sekolah yang diluncurkan oleh Presiden Prabowo telah menjadi salah satu kebijakan yang paling disorot akhir-akhir ini. Inisiatif ini didesain untuk memberikan akses makanan bergizi kepada siswa, khususnya mereka yang berada di daerah dengan tingkat kemiskinan tinggi. Dengan harapan dapat meningkatkan kualitas pendidikan melalui pemenuhan kebutuhan gizi, program ini dinilai sebagai langkah besar dalam membangun masa depan bangsa. Namun, di tengah optimisme yang menyertainya, muncul berbagai perdebatan terkait implementasi dan dampaknya.
ADVERTISEMENT
Indonesia sudah lama berjuang melawan masalah gizi buruk yang mengancam kesehatan anak-anak, terutama di daerah terpencil. Tingginya angka stunting menjadi salah satu alasan utama mengapa pemerintah merasa perlu bertindak cepat. Program ini menjanjikan makanan yang dirancang sesuai standar gizi seimbang untuk setiap siswa di sekolah yang terlibat. Dengan menu yang disesuaikan berdasarkan kearifan lokal, kebijakan ini diharapkan tidak hanya mengatasi masalah gizi tetapi juga meningkatkan kehadiran siswa di sekolah.
Di lapangan, dampak positif sudah mulai terlihat. Banyak orang tua merasa terbantu karena tidak perlu lagi mengkhawatirkan makan siang anak-anak mereka. Kehadiran siswa pun meningkat, sementara guru melaporkan adanya peningkatan fokus dan energi anak-anak saat belajar. Selain itu, keterlibatan petani dan penyedia lokal sebagai pemasok bahan pangan juga memberikan dampak ekonomi yang signifikan di daerah. Langkah ini tidak hanya membantu anak-anak, tetapi juga memberdayakan masyarakat setempat.
ADVERTISEMENT
Namun, tidak semua berjalan mulus. Tantangan terbesar datang dari aspek implementasi. Beberapa sekolah mengalami insiden keracunan makanan yang memicu kekhawatiran tentang kualitas dan kebersihan makanan yang disajikan. Hal ini menimbulkan kritik bahwa pelaksanaan program terlalu terburu-buru tanpa persiapan matang, terutama dalam hal pengawasan dan pelatihan penyedia makanan.
Selain itu, distribusi anggaran menjadi isu lain yang kerap mencuat. Laporan tentang keterlambatan dana atau alokasi yang tidak merata di beberapa daerah menunjukkan bahwa sistem yang ada belum sepenuhnya efisien. Ini memunculkan kekhawatiran tentang keberlanjutan program, terutama jika nantinya anggaran pemerintah tidak cukup untuk mendukung skala besar.
Perdebatan juga muncul dari kalangan yang merasa bahwa anggaran besar untuk program ini bisa saja dialihkan untuk memperbaiki aspek lain dalam pendidikan, seperti infrastruktur sekolah atau pelatihan guru. Mereka berargumen bahwa tanpa dukungan fasilitas yang memadai, manfaat program makan gratis tidak akan optimal.
ADVERTISEMENT
Namun, pendukung program ini percaya bahwa langkah ini adalah bentuk investasi jangka panjang. Mereka melihat kebijakan ini sebagai fondasi untuk menciptakan generasi emas Indonesia yang sehat dan cerdas. Tanpa nutrisi yang cukup, mustahil anak-anak bisa belajar dengan baik atau tumbuh secara optimal.
Kritik yang muncul sebenarnya bisa menjadi masukan berharga untuk penyempurnaan. Pengawasan yang lebih ketat terhadap kualitas makanan harus menjadi prioritas. Selain itu, pemerintah perlu memastikan distribusi anggaran yang adil dan tepat waktu. Keterlibatan masyarakat, baik melalui komite sekolah maupun kelompok lokal, juga dapat membantu menjaga transparansi dan kualitas pelaksanaan.
Dalam konteks ini, program makan bergizi gratis di sekolah menjadi refleksi tentang bagaimana sebuah kebijakan besar dihadapkan pada berbagai tantangan. Meskipun membawa banyak manfaat, pelaksanaan yang tidak sempurna bisa menimbulkan masalah baru. Namun, dengan komitmen untuk terus memperbaiki, program ini tetap memiliki potensi besar untuk menjadi tonggak perubahan bagi masa depan generasi muda Indonesia.
ADVERTISEMENT