Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
Konten dari Pengguna
Memahami Aturan Islam: Mengapa Laki-Laki Mendapat Bagian Waris Lebih Besar?
4 Januari 2025 16:57 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Ahmad Fahmi Fadilah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Dalam kehidupan bermasyarakat, warisan sering kali menjadi isu yang sensitif dan penuh emosi. Tak jarang pembagian waris memicu konflik keluarga. Islam sebagai agama yang menyeluruh memberikan panduan rinci mengenai pembagian waris, yang diatur dalam Al-Qur’an. Salah satu hal yang sering menjadi perbincangan adalah perbedaan porsi warisan antara laki-laki dan perempuan. Mengapa hal ini terjadi, dan bagaimana Islam menjelaskannya?
ADVERTISEMENT
Pada dasarnya, sistem pembagian warisan dalam Islam bertujuan untuk menjaga keseimbangan dan keadilan. Kata kunci di sini adalah keadilan, bukan kesetaraan. Dua hal ini sering kali dianggap sama, padahal memiliki makna yang berbeda. Kesetaraan berarti memberikan hal yang sama tanpa memperhatikan kondisi atau kebutuhan, sedangkan keadilan mempertimbangkan berbagai aspek untuk memberikan hak sesuai dengan tanggung jawab dan kebutuhan masing-masing individu.
Dalam Islam, laki-laki biasanya mendapatkan bagian dua kali lipat dibandingkan perempuan, seperti yang tercantum dalam Al-Qur’an Surah An-Nisa ayat 11:
Bagi sebagian orang, aturan ini mungkin terasa tidak adil. Namun, untuk memahaminya, kita perlu melihat konteks tanggung jawab yang diemban oleh laki-laki dan perempuan dalam Islam.
Tanggung Jawab Finansial dalam Islam
ADVERTISEMENT
Dalam sistem sosial Islam, laki-laki memiliki tanggung jawab yang lebih besar dalam hal finansial. Seorang laki-laki bertanggung jawab atas nafkah keluarganya, baik itu istri, anak-anak, maupun orang tua jika mereka masih membutuhkan dukungan. Rasulullah SAW bersabda:
Artinya, meskipun laki-laki menerima bagian warisan yang lebih besar, beban pengeluaran mereka juga jauh lebih banyak. Sebaliknya, perempuan dalam Islam memiliki hak untuk menyimpan dan menggunakan hartanya sesuai keinginannya tanpa kewajiban untuk menanggung beban finansial keluarga. Misalnya, jika seorang perempuan menerima warisan, ia tidak diwajibkan menggunakan uang tersebut untuk keperluan rumah tangga. Hal ini memberikan perempuan kebebasan finansial yang jarang ditemukan dalam sistem hukum lainnya.
Perspektif Historis dan Sosial
Ketika Islam datang, masyarakat Arab pada masa itu memiliki budaya yang sering kali merugikan perempuan. Dalam banyak kasus, perempuan bahkan tidak mendapatkan bagian warisan sama sekali. Islam kemudian hadir membawa reformasi besar dengan menetapkan bahwa perempuan berhak mendapatkan bagian warisan, meskipun porsinya berbeda dengan laki-laki. Langkah ini adalah sebuah lompatan besar menuju pengakuan hak perempuan pada masanya.
ADVERTISEMENT
Jika kita bandingkan dengan konteks masa kini, aturan ini tetap relevan karena prinsip dasarnya tidak berubah: pembagian warisan didasarkan pada tanggung jawab sosial dan kebutuhan. Meskipun perempuan dan laki-laki memiliki hak yang berbeda, ini bukan berarti salah satu lebih rendah daripada yang lain. Sebaliknya, pembagian ini mencerminkan keadilan yang proporsional.
Menjawab Kritik Modern
Kritik terhadap aturan pembagian warisan dalam Islam sering kali muncul dari perspektif modern yang mengedepankan kesetaraan gender. Ada yang berpendapat bahwa aturan ini tidak lagi relevan karena perempuan kini juga bekerja dan memiliki penghasilan sendiri. Namun, penting untuk diingat bahwa hukum Islam tidak hanya berfokus pada kondisi individu, tetapi juga mempertimbangkan dinamika sosial secara keseluruhan.
Dalam banyak kasus, perempuan yang bekerja tetap tidak diwajibkan untuk menanggung beban finansial keluarga. Sebaliknya, laki-laki tetap memiliki tanggung jawab tersebut, terlepas dari apakah istrinya memiliki penghasilan atau tidak. Dengan kata lain, peran tradisional laki-laki sebagai penanggung jawab finansial keluarga tetap menjadi dasar dari aturan pembagian waris ini.
ADVERTISEMENT
Islam mengajarkan bahwa keluarga adalah unit dasar masyarakat. Dengan menetapkan aturan yang jelas dalam pembagian warisan, Islam berusaha mencegah konflik yang dapat merusak harmoni keluarga. Ketika aturan ini dipatuhi, setiap anggota keluarga mengetahui hak dan kewajibannya, sehingga potensi perselisihan dapat diminimalkan. Rasulullah SAW bersabda:
Namun, dalam praktiknya, pelaksanaan hukum waris ini membutuhkan pemahaman yang mendalam dan penerimaan dari semua pihak. Tidak jarang terjadi salah tafsir atau ketidakpuasan yang justru memperumit situasi. Oleh karena itu, penting bagi umat Islam untuk terus mempelajari dan memahami esensi dari aturan ini, bukan hanya dari segi teknis tetapi juga filosofis.
Pembagian warisan dalam Islam bukanlah soal angka semata, melainkan soal tanggung jawab, kebutuhan, dan keseimbangan. Dengan memberikan porsi yang berbeda kepada laki-laki dan perempuan, Islam sebenarnya sedang menegaskan prinsip keadilan, bukan mendiskriminasi salah satu pihak.
ADVERTISEMENT
Kita juga perlu melihat aturan ini sebagai bagian dari sistem yang lebih besar. Islam tidak hanya mengatur warisan, tetapi juga banyak aspek kehidupan lainnya, termasuk hubungan keluarga, tanggung jawab sosial, dan etika bermasyarakat. Semua aturan ini saling terkait dan saling melengkapi, sehingga menciptakan kerangka kerja yang harmonis bagi kehidupan manusia.
Dengan memahami konteks dan tujuan dari aturan ini, kita dapat melihat bahwa pembagian warisan dalam Islam adalah salah satu bentuk keadilan yang berlandaskan pada tanggung jawab dan keseimbangan. Daripada melihatnya sebagai ketidakadilan, mari kita pahami bahwa setiap ketetapan dalam Islam memiliki hikmah yang mendalam, yang sering kali baru dapat kita rasakan jika kita mau merenungkannya dengan hati yang terbuka.