Konten dari Pengguna

Mengkritik Kebijakan Bukan Cuma Turun ke Jalan, Ini Cara Lain yang Lebih Elegan!

Ahmad Fahmi Fadilah
Mahasiswa Aktif - S1 Hukum, UIN Jakarta
26 Januari 2025 15:46 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ahmad Fahmi Fadilah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
https://cdn.pixabay.com/photo/2023/02/27/14/51/protest-7818627_1280.jpg (Ilustrasi berdemo)
zoom-in-whitePerbesar
https://cdn.pixabay.com/photo/2023/02/27/14/51/protest-7818627_1280.jpg (Ilustrasi berdemo)
ADVERTISEMENT
Mengkritik kebijakan pemerintah adalah salah satu bentuk ekspresi demokrasi yang sah. Tapi, mari kita akui, tidak semua orang merasa nyaman turun ke jalan untuk menyuarakan pendapat. Entah karena alasan keamanan, ketakutan pada stigma, atau sekadar karena mereka ingin mencari cara yang lebih produktif dan kreatif. Lalu, bagaimana sebenarnya kita bisa menyampaikan kritik tanpa harus berdemo? Jawabannya mungkin lebih sederhana dari yang kita bayangkan: ubah cara kita menyuarakan opini.
ADVERTISEMENT

Memanfaatkan Media Sosial Secara Bijak

Media sosial itu seperti pedang bermata dua. Kalau dipakai dengan baik, dia bisa jadi alat yang luar biasa untuk menyuarakan kritik. Tapi kalau asal pakai, malah bisa bikin pesan kita hilang di tengah drama atau noise yang nggak penting. Jadi, gimana caranya?
Pertama, mulailah dengan data. Kritik tanpa dasar sama aja kayak melempar batu tanpa target, nggak jelas mau ke mana arahnya. Misalnya, kalau kamu nggak setuju dengan kebijakan pemerintah soal subsidi BBM, cari dulu data yang relevan. Berapa harga minyak dunia sekarang? Seberapa besar anggaran subsidi yang dihabiskan? Dengan data, kritikmu nggak cuma jadi opini mentah, tapi argumen yang kuat.
Selain itu, gunakan bahasa yang sopan. Kamu nggak harus jadi sastrawan buat menulis kritik, tapi coba hindari kata-kata kasar atau emosional. Ingat, tujuanmu adalah menyampaikan pesan, bukan memancing keributan. Ketika pesanmu disampaikan dengan elegan, peluang untuk didengar jadi lebih besar.
ADVERTISEMENT
Kalau kamu merasa media sosial kurang cukup untuk menyuarakan pendapatmu, coba deh menulis di media massa. Banyak koran, majalah, atau situs berita online yang membuka ruang untuk opini masyarakat. Nah, ini kesempatan emas buatmu untuk menuangkan kritik dengan lebih mendalam.
Menulis opini itu butuh struktur. Mulailah dengan memperkenalkan masalahnya. Misalnya, kalau kamu ingin mengkritik kebijakan pembangunan infrastruktur, jelaskan dulu kenapa itu jadi masalah. Apakah anggarannya terlalu besar? Apakah ada proyek yang mangkrak? Setelah itu, jelaskan argumenmu dan, yang paling penting, tawarkan solusi. Kritik yang baik adalah kritik yang nggak cuma menyalahkan, tapi juga memberikan alternatif.

Bergabung dengan Komunitas atau Forum Diskusi

Nggak semua kritik harus disampaikan sendirian. Kadang, bergabung dengan komunitas yang punya visi sama bisa jadi cara yang efektif untuk menyuarakan pendapat. Di Indonesia, ada banyak komunitas yang aktif berdiskusi soal kebijakan publik, mulai dari yang berbasis online sampai offline.
ADVERTISEMENT
Misalnya, kamu bisa bergabung dengan forum diskusi seperti Kelas Kebijakan Publik atau komunitas literasi yang sering mengadakan diskusi kritis. Di sana, kamu nggak cuma bisa menyampaikan pendapatmu, tapi juga belajar dari orang lain. Kadang, perspektif baru bisa muncul dari diskusi yang sehat. Dan siapa tahu, dari komunitas ini kamu bisa menemukan jalan untuk mengajukan kritikmu langsung ke pengambil kebijakan.

Menggunakan Petisi Online

Petisi online adalah alat yang underrated di Indonesia. Padahal, di banyak negara, petisi sering jadi cara efektif untuk menunjukkan ketidaksetujuan terhadap kebijakan tertentu. Platform seperti Change.org atau situs petisi lokal bisa jadi tempat buatmu menyuarakan pendapat.
Tapi, buat petisi itu nggak sekadar mengumpulkan tanda tangan. Kamu harus jelas soal tujuannya. Jelaskan apa yang kamu ingin ubah dan kenapa itu penting. Tambahkan data pendukung atau cerita personal yang relevan supaya orang merasa terhubung. Dan yang nggak kalah penting, promosikan petisimu dengan baik. Bagikan di media sosial, kirim ke teman-teman, atau bahkan ajukan langsung ke pejabat terkait kalau sudah terkumpul cukup banyak dukungan.
ADVERTISEMENT

Memanfaatkan Seni sebagai Media Kritik

Kalau kamu merasa menulis terlalu kaku atau formal, seni bisa jadi jalan keluar. Seni adalah salah satu cara paling kreatif dan powerful untuk menyampaikan kritik. Banyak seniman di Indonesia yang menggunakan karya mereka untuk menyuarakan ketidakpuasan terhadap kebijakan tertentu.
Misalnya, kamu bisa membuat mural, video pendek, atau lagu yang mengangkat isu yang ingin kamu kritik. Atau, kalau kamu lebih suka sesuatu yang personal, tulis puisi atau buat komik sederhana. Yang penting, pastikan pesanmu tersampaikan dengan jelas dan mudah dipahami.

Mengajukan Audiensi atau Dialog Publik

Kalau kamu benar-benar ingin didengar langsung oleh pengambil kebijakan, coba ajukan audiensi. Audiensi adalah pertemuan resmi antara masyarakat dengan pemerintah untuk membahas suatu isu. Ini mungkin terdengar formal, tapi sebenarnya cukup mudah dilakukan asalkan ada niat dan koordinasi.
ADVERTISEMENT
Mulailah dengan menyusun agenda. Jelaskan apa yang ingin kamu bicarakan dan kenapa itu penting. Ajak teman-teman atau komunitasmu untuk ikut serta, supaya pesanmu punya lebih banyak dukungan. Dan yang paling penting, siapkan solusi atau usulan yang konkret. Ketika pemerintah melihat bahwa kamu serius dan punya argumen yang solid, peluang untuk didengar akan lebih besar.

Menggunakan Humor untuk Menyampaikan Kritik

Humor adalah senjata yang sering diremehkan. Padahal, dengan humor, kritik bisa terasa lebih ringan tapi tetap mengena. Banyak komika atau kreator konten di Indonesia yang berhasil menyampaikan kritik lewat lelucon atau sketsa lucu.
Kamu nggak harus jadi pelawak profesional untuk melakukan ini. Kadang, meme sederhana atau video singkat di TikTok sudah cukup untuk menarik perhatian. Yang penting, pastikan humor yang kamu pakai nggak menyinggung atau menjatuhkan pihak tertentu. Kritik yang cerdas adalah kritik yang bisa membuat orang tertawa sekaligus berpikir.
ADVERTISEMENT

Memberdayakan Pendidikan untuk Meningkatkan Kesadaran

Terakhir, salah satu cara paling fundamental untuk mengkritik kebijakan adalah dengan meningkatkan kesadaran masyarakat. Kadang, masalahnya bukan pada kebijakannya, tapi pada kurangnya pemahaman masyarakat tentang isu tersebut. Jadi, coba mulai dengan edukasi.
Buatlah webinar, kelas online, atau bahkan diskusi kecil di lingkunganmu. Jelaskan isu yang ingin kamu soroti dengan cara yang sederhana dan mudah dipahami. Ketika lebih banyak orang sadar, kritikmu akan punya dampak yang lebih besar. Karena pada akhirnya, perubahan nggak pernah datang dari satu orang saja. Dibutuhkan kesadaran kolektif untuk benar-benar mengubah sesuatu.

Kritik yang Bijak, Perubahan yang Nyata

Mengkritik kebijakan pemerintah itu bukan tentang siapa yang paling lantang suaranya, tapi siapa yang paling cerdas menyampaikan pesannya. Di era digital seperti sekarang, kita punya begitu banyak cara untuk menyuarakan pendapat tanpa harus berdemo. Mulai dari media sosial, tulisan opini, seni, hingga dialog langsung, semua itu bisa jadi alat yang ampuh jika digunakan dengan bijak.
ADVERTISEMENT
Yang terpenting, selalu ingat tujuan akhir dari kritik: memperbaiki, bukan menghancurkan. Dengan pendekatan yang positif dan solusi yang jelas, kritikmu nggak cuma akan didengar, tapi juga punya peluang untuk benar-benar membawa perubahan. Jadi, ayo terus bersuara, tapi dengan cara yang cerdas dan elegan.