Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.98.1
Konten dari Pengguna
Percobaan Kejahatan Tetap Dipidana?
9 Februari 2025 16:27 WIB
ยท
waktu baca 3 menitTulisan dari Ahmad Fahmi Fadilah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Dalam hukum pidana, seseorang tetap bisa dihukum meskipun kejahatan yang direncanakan tidak berhasil dilakukan. Pasal 53 KUHP menyatakan bahwa percobaan melakukan kejahatan tetap dipidana, meskipun hukumannya lebih ringan dibandingkan jika kejahatan itu benar-benar terjadi. Hal ini didasarkan pada adanya niat dan tindakan nyata untuk melakukan kejahatan, meskipun akhirnya gagal karena suatu hal di luar kendali pelaku.
ADVERTISEMENT
Banyak orang mungkin berpikir bahwa jika suatu kejahatan tidak selesai, maka pelakunya seharusnya tidak dihukum. Namun, hukum melihatnya secara berbeda. Jika seseorang berniat membunuh orang lain dengan menembakkan senjata tetapi pelurunya meleset, dia tetap harus bertanggung jawab karena niat jahat sudah ada dan tindakan sudah dilakukan. Jika hukum hanya menghukum mereka yang berhasil melakukan kejahatan, maka pelaku kriminal bisa terus mencoba hingga akhirnya berhasil tanpa konsekuensi hukum sebelum itu terjadi.
Meskipun hukuman bagi percobaan kejahatan lebih ringan, bukan berarti pelaku bebas dari tanggung jawab. Hukum tetap memberikan konsekuensi agar pelaku berpikir ulang sebelum mencoba kembali. Ada pertimbangan bahwa akibat dari percobaan kejahatan tidak sebesar kejahatan yang berhasil, sehingga hukuman dikurangi. Misalnya, dalam kasus percobaan pembunuhan, jika korban selamat karena pertolongan medis, pelaku tetap dihukum tetapi dengan ancaman yang lebih ringan dibandingkan jika korban benar-benar meninggal.
ADVERTISEMENT
Tidak semua percobaan kejahatan bisa dipidana. Hukum mensyaratkan tiga unsur utama agar seseorang bisa dihukum atas percobaan kejahatan: adanya niat, tindakan nyata yang memulai kejahatan, dan kegagalan akibat faktor luar. Jika seseorang hanya berniat tetapi belum bertindak, dia tidak bisa dihukum. Namun, jika sudah ada tindakan nyata, seperti membeli senjata dan mendatangi lokasi korban tetapi dihentikan sebelum bertindak lebih jauh, maka percobaan kejahatan sudah dianggap terjadi.
Dari segi moral dan hukum, perdebatan masih terjadi. Beberapa orang berpendapat bahwa niat jahat saja sudah cukup untuk dihukum, sementara hukum menegaskan bahwa tidak mungkin seseorang dihukum hanya berdasarkan pikirannya tanpa tindakan nyata. Inilah sebabnya percobaan kejahatan mendapatkan pengurangan hukuman, karena meskipun ada niat jahat, akibat akhirnya tidak terjadi sepenuhnya.
ADVERTISEMENT
Aturan ini penting untuk menjaga keseimbangan dalam sistem hukum. Jika tidak ada ketentuan ini, orang bisa beralasan bahwa selama mereka tidak berhasil, mereka tidak bisa dihukum. Hal ini bisa menjadi celah bagi pelaku kriminal untuk terus mencoba. Oleh karena itu, hukum tidak hanya bertindak setelah sesuatu terjadi tetapi juga bisa bertindak untuk mencegah kejahatan sejak awal. Dengan adanya aturan ini, keadilan bisa ditegakkan, bahkan sebelum suatu kejahatan benar-benar terjadi.
Aturan ini menjadi kompromi antara keadilan dan pencegahan. Hukuman tetap ada untuk mereka yang sudah berniat jahat dan mulai bertindak, tetapi tidak seberat bagi mereka yang berhasil melakukan kejahatan. Ini adalah bentuk keseimbangan dalam hukum, yang memastikan bahwa kejahatan tidak hanya dicegah setelah terjadi tetapi juga sejak masih dalam tahap percobaan.
ADVERTISEMENT