Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
Hati-hati, Fenomena 'Doomscrolling' Marak Terjadi di Tengah Pandemi
19 November 2021 16:41 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Slamet Fita Diana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Pandemi COVID-19 yang melanda dunia termasuk Indonesia dalam kurun waktu dua tahun belakangan, menimbulkan banyak sekali dampak negatif. Mulai dari kematian, kehilangan pekerjaan, kurangnya sosialisasi, bahkan depresi. Sejak itulah banyaknya berita-berita mengenai kasus COVID-19 beredar di televisi, media sosial, atau di media cetak. Berita yang disampaikan menjelaskan perkembangan kasus COVID-19 di Indonesia seperti, jumlah jiwa yang terinfeksi virus, jumlah yang sembuh, dan jumlah kematian akibat virus COVID-19.
ADVERTISEMENT
Adapun berita lain berupa gejala jika terinfeksi virus dan cara untuk terhindar dari paparan COVID-19. Berita-berita yang dimuat di media sosial atau media cetak, semata-mata agar masyarakat mengetahui kabar terkini mengenai COVID-19. Tetapi di sisi lain, berita-berita tersebut juga bisa membuat para pendengar atau pembaca ingin terus mencari tahu lebih banyak tentang informasi tersebut meskipun informasi buruk yang akan menimbulkan perasaan ketakutan dan cemas. Karena saat membaca berita buruk di media sosial dan kurang lengkapnya data yang dikonsumsi, membuat seseorang menjadi resah. Fenomena tersebut kerap dikenal dengan sebutan doomscrolling.
Doomscrolling atau juga dikenal sebagai doomsurfing adalah pengaruh negatif yang mengacu pada kondisi di mana seseorang akan terus-menerus melihat berita buruk (Alshaabi et al., 2021). Selama masa pandemi ini, kita diharuskan untuk selalu menggunakan internet dalam pekerjaan dan sekolah, sehingga saat ini internet telah menjadi alat utama dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, doomscrolling menjadi fenomena yang makin umum pada masa pandemi ini.
ADVERTISEMENT
Banyaknya platform di media sosial yang direkayasa untuk membuat kita percaya dengan berita-berita yang belum tervalidasi. Hal ini menunjukkan bahwa doomscrolling diakibatkan oleh platform penyebar berita yang tidak bertanggung jawab dan diri sendiri. Manusia memiliki kecenderungan untuk mencari tahu atau memperhatikan berita negatif. Karena tanpa disadari, manusia terprogram secara alami untuk terus mencari berita negatif.
Pada dasarnya, bermedia sosial dengan durasi yang lama dapat memengaruhi cara kerja otak untuk mengatur emosi, terlebih lagi doomscrolling yang dilakukan dengan cara bermedia sosial untuk mencari berita buruk saja. Tentu saja dampak yang diperoleh akan lebih berbahaya. Diantaranya akan memengaruhi kesehatan mental karena menimbulkan kecemasan dan emosi negatif.
Berdasarkan dampak dari emosi negatif adalah melemahkan semangat, mengganggu konsentrasi belajar, serta terganggu penyesuaian sosial. Selain itu juga bisa menyebabkan gangguan tidur pada penderitanya. Laporan awal menunjukkan bahwa perubahan pada kehidupan sehari-hari yang disebabkan oleh pencarian berita buruk secara kolektif, akan meningkatkan psikopatologi termasuk depresi dan kecemasan (Fullana et al., 2020). Dampak doomscrolling dalam jangka panjang dapat meningkatkan kadar kortisol dan adrenalin, yang keduanya merupakan hormon stres.
ADVERTISEMENT
Menurut Rutledge, kesadaran diri akan kebiasaan doomscrolling adalah cara terbaik untuk menghentikannya. Langkah yang bisa diambil yaitu memasang pengatur waktu dengan tujuan agar tetap waspada terhadap berapa lama saat menghabiskan waktu untuk bermain gadget atau memasang pengingat saat waktu yang sudah ditentukan untuk bermain ponsel sudah habis. Sebenarnya langkah-langkah tersebut belum relevan untuk menjamin terhindarnya perilaku doomscrolling. Ternyata masih ada beberapa cara yang lebih relevan untuk memulihkan diri dan menghindari dari perilaku doomscrolling. Berikut beberapa diantaranya:
Kehidupan pada masa pandemi dengan tekanan yang meningkatkan keresahan bagi masyarakat, disertai dengan berita-berita buruk tanpa adanya kebenaran yang valid. Sebagai masyarakat yang pandai akan bermedia sosial, seharusnya harus ditingkatkan sikap yang bijak untuk menyaring berita-berita yang tidak ada data yang valid. Lebih cermat saat membaca berita khususnya berita buruk, dengan menekankan pada data valid yang tertera. Jika penjelasan dari berita tersebut tidak mencantumkan data valid, maka perlu disaring ulang mengenai kebenaran berita tersebut.
ADVERTISEMENT
Pemikiran yang positif dan bijak, diciptakan karena kondisi seseorang yang sehat secara jasmani dan rohani. Pentingnya menjaga kesehatan jiwa dan fisik adalah hal mendasar yang harus diterapkan seseorang untuk melakukan sesuatu. Terlebih saat sudah mengalami doomscrolling yang bisa berpengaruh terhadap emosi, kesehatan mental, dan hormon manusia.
Komunikasi dan konektivitas positif dengan orang lain juga akan menghindari dari perilaku doomscrolling, karena akan menimbulkan pikiran yang positif juga kepada diri sendiri dan orang lain. Banyaknya komunikasi memberikan informasi yang lebih dapat dipercaya dan juga banyaknya konektivitas dapat meningkatkan pemahaman mengenai sumber berita buruk yang tidak ada pembenarannya.
Seringkali saat menggunakan gadget untuk bermedia sosial dilakukan saat ada waktu senggang atau banyaknya waktu yang terbuang sia-sia tanpa melakukan kegiatan apapun. Hal ini juga mendorong seseorang untuk mudah mendapatkan berita buruk di media sosial. Oleh karena itu, memperbanyak aktivitas dan melakukan hobi bisa mengurangi waktu bermalas-malasan agar tetap produktif disaat tidak adanya aktivitas lain. Waktu yang digunakan untuk bermedia sosial akan jauh lebih sedikit jika seseorang tersebut sibuk melakukan kegiatan yang lebih bermanfaat.
ADVERTISEMENT
Ayo, cegah terjadi doomscrolling pada diri kita dengan tidak menghabiskan waktu hingga berjam-jam untuk membaca berita atau unggahan di media sosial yang cenderung sifatnya negatif. Karena tidak semua yang kita baca bisa bermanfaat untuk kedepannya. Namun cobalah untuk mencari berita positif dan membuat komitmen bahwa, "Saya tidak akan mencoba mencari berita-berita buruk lagi".
References
Alshaabi et al. (2020). Storywrangler: A Massive Exploratorium for Sociolinguistic, Cultural, Socioeconomic, and Political Timelines using Twitter. https://arxiv.org/abs/2007.12988
Auxier, B., & Anderson, M. (2021, April 29). Social Media Use in 2021. Technical Report.
Contractor, A. A., Weiss, H. N., & Elhai, D. J. (2019). Examination Of The Reation Between PTSD Symptoms, Smartphone Feature Uses, and Problematic Smartphone Use. Social Science Computer Review, 37(3), 385-403.
ADVERTISEMENT
Fullana, M., Hidalgo, M., Vieta, E., & Radua, J. (2020). Coping Behaviors Associated with Decreased Anxiety and Depressive Symptoms During the COVID-19 Pandemic and Lockdown. Journal of Affective Disorders, 275, 80-81.
Heffner, J., Vives, L. M., & FeldmanHall, O. (2021). Emotional Responses to Propocial Messages Increase Will-Ingness to Self-Isolate During teh COVID-19 Pandemic. Personality and Individual Differences. 170:110420