Doa untuk 2022

Suhito
Direktur Eksekutif Rumah Sosial Kutub, Pelopor Gerakan Sedekah Minyak Jelantah, dan Pembina Relawan Indonesia Tersenyum (RIT)
Konten dari Pengguna
8 Januari 2022 10:44 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Suhito tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Program Yatim Tersenyum Rumah Sosial Kutub. Foto: Dok. Rumah Sosial Kutub
zoom-in-whitePerbesar
Program Yatim Tersenyum Rumah Sosial Kutub. Foto: Dok. Rumah Sosial Kutub
ADVERTISEMENT
Tanpa terasa, sepertiga sudah perhitungan hari yang terlewati pada bulan pertama di 2022. Tentunya, berbagai resolusi, target, dan doa untuk tahun ini sudah tertulis dengan rapi. Mulai dari target pribadi, keluarga, organisasi, perusahaan, sampai negara pun mempunyai rencana baru untuk capaian baru yang lebih baik.
ADVERTISEMENT
Banyak optimisme yang menghiasi. Banyak semangat yang menyertai. Banyak dukungan yang diberi. Harapannya satu yakni semua yang tertulis dengan rapi itu berjalan dengan rapi pula. Sesuai rencana, bahkan melampaui.
Tapi dan tanpa harus meluapkan semangat yang ada, kita harus saling membuka mata atas berbagai mimpi prestisius. Kita bersama juga harus menyadari akan banyak tantangan baru di hari-hari mendatang. Tantangan tersebut sebenarnya mulai terlihat dengan hadirnya era new normal yang istilahnya mendadak hadir itu. Era yang telah membuahi berbagai pola hidup baru.
Kehadiran pandemi akibat serangan corona plus arus perkembangan teknologi yang semakin deras, menjadi faktor besar yang menyebabkan banyak terjadi perubahan. Termasuk gaya hidup kita misalnya.
Suka atau tidak, perubahan ini sepertinya menuntut kita untuk bergerak cepat sekaligus tertatih-tatih dalam memahaminya. Juga dalam menjalankanya. Walau di antaranya, kita tidak menyadari bahwa kita sendiri telah berubah.
ADVERTISEMENT
Banyak pihak yang mengkhawatirkan akan beratnya tantangan hidup ke depan. Bukan tanpa sebab, bukan tanpa gejala. Salah satu kondisi nyata adalah tentang bagaimana tingginya kesenjangan hidup. Bahkan, pandemi yang telah berjalan selama 2 tahun ini disinyalir bukan hanya menghadirkan angka-angka kemiskinan baru, tetapi juga menghadirkan nilai-nilai kekayaan baru bagi yang lainnya.
Tidak hanya menyebabkan hadirnya berbagai gejolak sosial. Tingginya tingkat kesenjangan ini juga menjadi 'PR' besar yang tidak bisa diselesaikan dengan mudah dan seketika.
Maka tidak heran, ikhtiar dalam target pembangunan 2022, Pemerintah hanya sanggup mematok angka rasio gini sebesar 0,376 – 0,378 dan tingkat kemiskinannya 8,5-8 persen. Ini artinya kehidupan kita di tahun 2022 masih dalam keadaan harap-harap cemas. Belum lagi konon katanya tahun ini menjadi titik awal hadirnya pertarungan politik menuju 2024.
ADVERTISEMENT
Dengan kondisi yang demikian, bukan tidak ingin berharap banyak dengan kebijakan-kebijakan baru di jalur kekuasaan. Namun, sepertinya memang perlu 'jalan baru' yang harus dihadirkan dalam menghadapi berbagai tantangan besar itu.
Jalan baru yang membantu, membantu bukan hanya untuk mencari ketenaran. Jalan baru yang berbagi, berbagi bukan hanya untuk meningkatkan popularitas diri. Jalan baru yang mensejahterakan, mensejahterakan masyarakat yang membutuhkan. Jalan baru yang menghadirkan keadilan, bukan melahirkan berbagai jenis kesenjangan.
Pertanyaan selanjutnya, siapakah yang harus membuat jalan-jalan baru ini? Tentu, kita semua harus turun tangan dengan terus berkolaborasi untuk saling membantu. Walaupun kekuatan kolaborasi dalam memberikan bantuan ini tidak serta-merta memperbaharui angka-angka seperti yang dipaparkan di atas tadi. Paling tidak dengan menghadirkan rasa kepedulian, bibit hadirnya gejolak-gejolak sosial itu bisa dipadamkan.
ADVERTISEMENT
Tantangan di tahun 2022 memang berat. Tapi jika kita hadapi dengan semangat kebersamaan, InsyaAllah semuanya akan terasa ringan. Jika kita hadapi dengan semangat berbagi, InsyaAllah semuanya akan mudah dilalui.
InsyaAllah, sambil terus berikhtiar untuk selalu menebar kebaikan di tahun ini. Kita juga harus terus memanjatkan doa kepadaNya. Berdoa agar 2022 menjadi tahun yang memberikan jejak-jejak kebaikan terbaik buat kita dan bangsa ini. Jika dilalui dengan saling memberikan manfaat, InsyaAllah kita menjadi negeri dengan rakyat dan pemimpinnya yang selalu bermartabat di dunia dan akhirat.
Bukankah manusia terbaik itu adalah manusia yang selalu memberikan nilai kemanfaatan bagi orang lain? Saatnya kita optimalkan kepedulian di tahun ini. Bismillah…
*Suhito, Direktur Eksekutif Rumah Sosial Kutub & Pelopor Gerakan Sedekah Minyak Jelantah
ADVERTISEMENT