Teh Botol untuk Anak Terduga Teroris Bekasi

Soezono Saragih
Ketika sebuah karya selesai ditulis, maka penulis tak mati. Ia baru saja memperpanjang umurnya lagi
Konten dari Pengguna
8 November 2017 23:38 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Soezono Saragih tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Antara
Senin (6/11) lalu masayarakat Indonesia ramai membicarakan penggrebekan Densus 88 terhadap Rizky (25) di gang Yamin RT 01/06, Kelurahan Cimunging, Kecamatan Mustika Jaya, Bekasi. Rizky diduga terlibat dalam jaringan teroris ISIS. Dia juga diduga membuat rencana penyerangan di acara pernikahan putri Presiden Jokowi di Solo, Jawa Tengah.
ADVERTISEMENT
Untuk menelusuri keberadaan informasi ini, saya dan Nesia yang tergabung dalam tim yang bertugas untuk meliput perkembangan di tempat kejadian perkara (TKP). Rabu (8/11) tepat pada pukul 09.00 WIB saya bergegas dari stasiun Palmerah menuju ke lokasi. Saya harus transit di stasiun Tanah Abang dan Manggarai lalu naik KRL jurusan Cikarang kemudian turun di stasiun Tambun.
Dari stasiun Tambun kami bergerak ke lokasi. Untuk mendapatkan alamat yang lebih valid,kami berhenti di Kantor Kelurahan Cimuning untuk menanyakan alamat dan posisi lokasi penangkapan Rizky. Namun petugas di kantor kelurahan tidak tahu alamat yang kami tuju bahkan kejadian penangkapan terduga teroris itupun petugas wanita tersebut tidak tahu.
Sebagai reporter baru di kumparan.com, lokasi liputan ini cukup menantang,tapi saya dan Nesia tidak putus asa untuk mencari alamat,demi slogan Kumparan Adalah Jawaban. "Ya jawaban untuk memberi informasi bagi masyarakat Indonesia," pikirku.
ADVERTISEMENT
Sekitar pukul 12.45 wib kami belum menemukan lokasi kejadian. Berulang kali salah alamat dan banyaknya nama Gang Yamin di kelurahan yang sama membuat kami berdua bolak balik bertanya alamat yang kami tuju. Setelah berjalan sekitar 1,5 km akhirnya kami menemukan lokasi kejadian yang kami tuju.
Gang Yamin RT 01/08. Rasanya bahagia sekali ketika menemukan plakat nama gang ini. Bahkan Nesia sudah hampir menyerah karena kakinya sudah terasa sakit karena berjalan cukup lama. Tidak mau berlama-lama kami langsung bertanya pada warga sekitar gang. Kami semakin penasaran, karena mayoritas warga yang tidak tahu lokasi kejadian itu, apalagi rumah yang kami maksud. Hingga akhirnya kami bertemu Pak Kumis yang tahu lokasi rumah tersebut dan mau mengantar ke lokasi kejadian.
ADVERTISEMENT
5 Petak kontrakan berwarna oranye berukuran 4×6, tanpa garis polisi. Ada suara anak-anak menangis di kontrakan nomor 2, dan dua sepeda terparkir. Benar ini adalah lokasi yang kami maksud.
Saya dan Nesia terdiam. "Kita ngeliput kasus Teroris atau ngeliput KDRT sih Nes?" tanyaku.
"Ia ya Ben, kenapa kayak enggak ada apa-apa ya," timpal Nesia.
Di samping kontrakan kami berdua duduk sambil melihat-lihat sekeliling dan sesekali menarik napas . Jujur untuk liputan seserius ini aku merasa belum layak, tapi aku merasa sanggup aja. Sesekali aku dan Nesia tarik napas, rasa cemas dan enggak tahu mau buat berita apa karena kondisi di lapangan itu seperti mencekam sekali ditambah kondisi lokasi masih seperti pedesaan yang banyak ditumbuhi pohon rambutan.
ADVERTISEMENT
Setelah duduk beberapa saat, seorang ibu paruh baya datang mengendarai sepeda motornya dan masuk ke arena kontrakan. Ternyata dia adalah Ibu Lusi, pemilik kontrakan. Kami langsung meminta keterangan terkait kabar penangkapan Rizky.
"Iya benar ini tempat kejadiannya. Namanya Rizky dan kontrakannya persis di sebelah saya itu tuh, nomor dua itu," tutur Lusi sambil menunjuk posisi rumah kontrakan Rizky.
Lusi menuturkan, Rizky baru 9 hari masuk di rumah kontraknya. Namun kesan yang timbul selama 9 hari, Rizky dan keluarganya cukup baik.
"Selama 9 hari dia orangnya ramah ,bersama istrinya tidak ada yang mencurigakan,justru yang mencurigakan itu yang disamping kontrakan Rizky, soalnya enggak pernah keluar dan orangnya kumuh. Pokoknya enggak nyangka lah," tuturnya.
ADVERTISEMENT
Saat berbincang dengan Lusi, seorang ibu dari rumah kontrakan nomor 2 tampak keluar bersama dua anaknya. "Jelas pasti ini dia istrinya Rizky," pikirku dalam hati.
Ibu tersebut terlihat memakai cadar dan kami menyapanya dan dia juga merespon dengan baik. Lalu ia menitipkan kedua anaknya kepada Bu Lusi. Ia hendak pergi untuk membeli keperluan.
Sesaaat ibu tersebut pergi kami mengajak kedua anaknya bercanda dan membelikan 1 teh botol untuk Syahid, anak bungsu Rizky. Syahid langsung akrab dengan kami. Lalu Nesia menggendongnya, sesekali memberikan sedotan berisikan teh botol untuk dia minum.
Saat Nesia mengendong Syahid, istri Rizky datang dan langsung masuk ke dalam kontrakannya. Saya dan Nesia terdiam sejenak. Selang beberapa saat, Nesia saya suruh untuk membawa anak tersebut dan pura-pura menyerahkan ke mamanya karena rewel. Trik ini berhasil membuat Nesia masuk ke dalam rumah tersebut.
ADVERTISEMENT
Saya masih duduk di luar bersama Bu Lusi. "Kalau cowok dia enggak kasih mas masuk,kemarin aja polisi susah wawancarai," kata Bu Lusi.
Saya tidak ciut. Justru apapun caranya saya harus masuk dan wawancara dengannya. Saya lihat di atas meja tas Nesia ketinggalan. Lalu saya dapat ide untuk pura-pura membawa tas Nesia ke dalam rumah tersebut.
Setelah tiba di pintu masuk, "Nes tas kamu ketinggalan nih," ucapku.
"Oh iya sini masuk aja. Ini temanku Bu, bisa masuk kan?" tutur Nesia.
"Oh boleh silakan," tutur istri Rizky tersebut.
Memulai percakapan, kami merasa masih merasa kaku. Saya sambil memperhatikan sekeliling. Di rumah tersebut hanya ada meja kecil, kompor gas, dan kipas angin. Bahkan tidak ada alas duduk untuk kami. Lantai keramik putih tempat kami duduk pun sangat kotor dan banyak sisa bekas makanan dan minuman. Serasa tidak ada penghuninya.
ADVERTISEMENT
Sekitar 35 menit kami berbicara tentang kasus suaminya dan keseharian mereka. "Rizky adalah lelaki yang baik. Saya baru 1 bulan lebih nikah siri dengan dia. Kenalnya di Bogor, jadi anak ini adalah anak dari suamiku yang sebelumnya. Mereka manja dengan Mas Rizky," tutur istri Rizky yang ternyata bernama Rina tersebut.
Rina masih tidak percaya suaminya dijerat dengan kasus yang sebesar ini. Sebab menurutnya, ilmu agama Rizky masih sangat terbatas.
"Salat pun belum rajin Mas, sering tidur di ruang tamu aja kalau enggak ada kerjaan. Kalau teroris yang begitu-begituan mana mungkin imannya tipis. Itu (mereka) kan udah rela mati," imbuh Rina.
Rina juga tertawa lepas mendengar informasi suaminya ingin menyerang acara pernikahan putri Jokowi. "Hahaha aduhh aduh sampai segitunya nya Mas. Di mana sih lihat beritanya itu? Makan aja syukur Mas. Kemarin aja karena pak polisi ngasi uang sama saya Rp 350 ribu. Itu uang terakhir yang saya pegang," katanya.
ADVERTISEMENT
"Angsuran motor ini udah mau dekat, belanja untuk dua anak ini lagi emang cukup? Heran juga sih dikasih uang begitu sama Pak Polisi. Katanya dari suami saya. Saya tahu dia enggak punya uang kok bisa pikirku, yaudah karena saya enggak ada uang saya terima aja," imbuh Rina.
Rina sangat berharap bisa bertemu dengan suaminya secepatnya. "Anak anak sudah rindu. Saya juga tidak tahu di mana Abi sekarang, saya senang banyak yang mewancarai saya, saya terbuka dan apa adanya," tuturnya.
Sebagai reporter baru dan situasi baru, ini adalah pengalaman yang tak terlupakan. Berbaur cepat dengan narasumber, pikir cepat cara untuk nyari informasi. Pantang mundur untuk memberi informasi terbaik bagi masyarakat luas, walaupun tugasnya berat tapi harus bisa menaklukkan tantangan untuk yang namanya Kumparan Adalah Jawaban.
ADVERTISEMENT