Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.91.0
Konten dari Pengguna
Apresiasi Sastra pada Novel “Sengsara Membawa Nikmat” karya Toelis Soetan Sati
24 Oktober 2022 8:25 WIB
Tulisan dari Sofiana Mita tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Apresiasi Satra Novel Sengsara Membawa Nikmat yang ditulis oleh Toelis Sutan Sati yang pertama kali dirilis pada tahun 1929. Buku itu dirilis oleh Balai Pustaka karena dianggap sesuai dengan standar mereka. Pada tahun 1972, buku ini dirilis untuk cetakan kedua. Penerbit cetakan ketiga terjadi pada tahun 1991, sedangkan Penerbit cetakan keempat terjadi pada tahun 1993. Sengsara Membawa Nikmat kembali sebagai cetakan kesepuluh dan termasuk dalam Seri Sastra Klasik, yang dirilis oleh Balai Pustaka pada tahun 2008.
ADVERTISEMENT
Bab-bab dalam buku ini adalah sebagai berikut: (1) Bermain Sepak Rraga; (2) Senjata Hidup; (3) Dimusuhi; (4) Membalas dendam; (5) Berkelahi; (6) Pasar Malam; (7) Di Pacuan Kuda; (8) Menjalani hukuman; (9) Pertolongan dan Kalung Berlian; (10) Lepas Hukuman; (11) Meninggalkan Tanah Air; (12) Tertipu; (13) Memperebutkan Pusaka; (14) bahagia; dan (15) Rapat.
Tokoh utama buku ini, Midun, yang sejak mudanya sudah berselisih dengan Kacak, anak orang kaya, sejak kecil. Midun kini mahir silat hasil belajarnya dengan Haji Abas. Akibat penipuan Kacok, Midun ditahan di Padang. Karena berurusan dengan penjahat sehingga membuat Midun menderita di penjara. Midun adalah pemain silat yang ahli dan bisa menang dalam konflik apapun. Midun menemukan kalung berlian saat melakukan pembersihan jalan. Ternyata Halimah, yang rumahnya tidak terlalu jauh, adalah pemilik sah kalung itu. Midun pun berkenalan dan menjadi akrab dengan Halimah.
ADVERTISEMENT
Halimah meminta bantuan Midun ketika Midun dibebaskan dari penjara untuk membantunya sampai ke Jawa karena ayah tirinya telah membuatnya menikah dengan seseorang. Halimah akhirnya dibawa Midun ke Jawa lalu Bogor. Ayah Halimah menyambut mereka di Bogor.
Di Batavia, Midun mulai berjualan pakaian. Setelah ditipu, Midun dibawa ke kantor polisi. Karena Midun bisa mengetik, Midun mendapat perlakuan yang baik di kantor polisi. Dia bekerja sebagai pegawai di Hoofdcammussads. Karena jerih payahnya, Midun diangkat menjadi menteri kepolisian Tanjung Priok. Selain itu, Midun menerima kompensasi atas pekerjaannya yang tidak merata sebesar beberapa ribu rupiah.
Halimah menikah dengan Midun. Belakangan, Midun bekerja sebagai pembantu demang di Sumatera. Midun berangkat ke Bukittinggi. Midun bertemu dengan ibu dan adik-adiknya. Midun diangkat sebagai penghulu, didirikan oleh ibunya, dengan gelar Datuk Paduka Raja, selain menjabat sebagai asisten demang.
ADVERTISEMENT
Saingannya, Kacak, ditahan di Bukittinggi karena ikut serta dalam pencurian uang belasting. Pesan dari buku ini adalah bahwa kita pada akhirnya akan mengalami kesenangan jika kita dapat menanggung kesulitan dan melakukannya dengan ketekunan. Buku ini, bersama dengan Siti Nurbaya, diadaptasi menjadi sebuah sinetron pada tahun 1980-an dan mendapat ulasan yang baik dari khalayak umum.
Menurut Teeuw (1980) dalam Sastra Baru Indonesia, buku Sengsara Membawa Kenikmatan karya Soetan Sati merupakan karya-karyanya yang paling menarik karena bahasa ceritanya membenamkan pembaca dalam suasana pedesaan Minangkabau dengan segala kejadian sehari-hari dan segala reaksi manusiawinya. Tema pokoknya bukan Minangkabau yang menjadi fokus utama.