Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Tantangan Pemerataan Akses Pendidikan di Pangandaran
1 Mei 2025 14:55 WIB
·
waktu baca 8 menitTulisan dari SOFIE MEILINDA tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sejak dulu, banyak orang bilang bahwa bangsa kita, bangsa Indonesia adalah bangsa yang kaya. Kaya akan sumber daya alam, kaya akan keberagaman suku, budaya, bahkan agama. Kita punya kekayaan bumi dan laut yang melimpah. Namun sayangnya, kita belum cukup memiliki sumber daya manusia yang berkualitas. Padahal untuk memaksimalkan kekayaan yang ada, harus juga dibarengi dengan potensi dan kesiapan dari sumber daya manusia itu sendiri.
ADVERTISEMENT
Mereka yang akan mengelola dan menentukan bagaimana semua kekayaan yang ada dapat dijadikan sebagai kekuatan yang dimiliki bangsa. Salah satu kunci dari melahirkan sumber daya manusia yang berkualitas adalah melalui pendidikan. Pendidikan bukan sekedar belajar untuk mendapatkan ilmu, tapi juga tentang bagaimana karakter seseorang dibangun dan dibentuk.
79 tahun Indonesia telah merdeka. Setelah melalui masa kelamnya, bangsa ini terus tumbuh dan tetap harus selalu berbenah. Masalah yang dihadapi, terutama di bidang pendidikan tidak dapat terbantahkan meskipun upaya-upaya untuk pencapaian pendidikan yang berkualitas tetap gencar dilakukan (Toni Toharudin, 2021). Pemerataan akses pendidikan dan peningkatan mutu pendidikan yang cukup memprihatinkan bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah tetapi juga kita semua.
Pemerataan akses terhadap pendidikan salah satunya juga dilakukan oleh Kabupaten Pangandaran yang merupakan salah satu Kabupaten di Jawa Barat yang terkenal dengan keindahan pantai dan berbagai wisata lainnya. Pangandaran adalah surga Jawa Barat. Kekayaan alamnya yang melimpah, dapat menjanjikan bagi Kabupaten ini jika dikelola dengan baik. Pangandaran sebagai daerah wisata, bukan berarti hanya berfokus pada program wisata, tetapi juga pada program lain sebagai penunjang sektor wisata yaitu melalui program pendidikan untuk menciptakan masyarakat yang unggul.
ADVERTISEMENT
Pemerintahan daerah melakukan berbagai langkah untuk mengatasi ketidakmerataan akses pendidikan di Pangandaran. Salah satu yang dilakukan oleh pemerintah setempat yang masih bertahan hingga saat ini adalah program Pangandaran Hebat. Program Pangandaran Hebat merupakan program yang dirancang oleh pemerintah Kabupaten Pangandaran, yakni Bapak H. Jeje Wiradinata dan Bapak H. Adang ketika menjabat sebagai Bupati dan Wakil Bulan Pangandaran pada tahun 2016-2024.
Program Pangandaran Hebat merupakan langkah yang diambil oleh pemerintah untuk mewujudkan kualitas SDM yang memadai, salah satunya melalui program sekolah gratis bagi masyarakat Pangandaran hingga ke jenjang SMA/SMK Sederajat. Program ini merupakan sebuah inovasi dimana pemerintah membiayai kegiatan belajar mengajar yang tidak mendapatkan biaya dari dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah).
ADVERTISEMENT
Program ini memiliki tujuan untuk meningkatkan pendidikan sesuai dengan peraturan kewajiban belajar 12 tahun, meningkatkan cakupan pelayanan pendidikan bermutu yang sesuai dengan standar nasional, serta meringankan beban biaya pendidikan sehingga mempermudah seluruh lapisan masyarakat dalam mengakses pendidikan ((Pemkab, 2020).
Keberadaan program tersebut sudah selayaknya untuk diapresiasi. Dengan program tersebut, mungkin tidak akan ada alasan lagi bagi masyarakat untuk tidak melanjutkan pendidikan setidaknya hingga tingkat SMA/SMK sederajat. Kenyataan, berdasarkan data dari databoks.katadata.co.id (Fadhlurrahman, 2025), menunjukkan bahwa angka pendidikan di Pangandaran terbilang rendah dari total penduduk Pangandaran sebanyak 447,27 ribu jiwa. Berikut ini data tingkat pendidikan masyarakat Pangandaran per Desember 2024 :
Jika dirincikan, data tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
Tidak/Belum Sekolah : 27,59% (123,4 ribu jiwa)
ADVERTISEMENT
Belum tamat SD : 5,83% (26,09 ribu jiwa)
Tamat SD : 35,91% (160,63 ribu jiwa)
SMP : 15,54% (69,49 ribu jiwa)
SMA : 11,3% (50,52 ribu jiwa)
D1 dan D2 : 0,35% (1.563 jiwa)
D3 : 0,62% (2.785 jiwa)
S1 : 2,69% (12,05 ribu jiwa)
S2 : 0,16% (719 jiwa)
S3 : 0,008% (35 jiwa)
Dari rincian data di atas, dapat disimpulkan bahwa sebetulnya tingkat pendidikan masyarakat di Pangandaran belum merata dengan sempurna. Penerapan program Pangandaran Hebat belum dapat dikatakan maksimal. Dalam kasus ini, faktor penyebabnya bukan berasal dari programnya, tetapi justru dari masyarakatnya. Mereka belum bisa sepenuhnya menerima dan memaksimalkan kehadiran program tersebut. Artinya, kesadaran tentang pentingnya pendidikan dan motivasi untuk belajar pada diri masyarakat perlu juga diperhatikan.
ADVERTISEMENT
Dalam merencanakan dan membuat sebuah program, kita tidak selalu harus melihat dan berfokus pada inti dari programnya. Hal lain yang tidak kalah penting adalah bagaimana kita melihat, menyesuaikan serta melakukan pendekatan terhadap program yang akan diluncurkan sesuai dengan nilai dan norma serta kebudayaan yang dianut oleh masyarakat, yang salah satunya tergambar dari pola pikir masyarakat.
Pola pikir menurut Yoga (2008:98) dalam (Suriyanti, 2020) mengatakan bahwa pola pikir atau mindset merupakan sekumpulan cara berpikir atau kepercayaan yang kemudian mempengaruhi sikap serta perilaku seseorang sehingga pada akhirnya akan menentukan tingkat keberhasilan hidupnya.
Pola pikir yang dimiliki setiap individu berbeda. Pola pikir yang dimiliki oleh masyarakat akan menentukan bagaimana mereka melihat pendidikan dan seberapa penting pendidikan bagi mereka. Salah satu pemikiran yang sering kali dimiliki oleh masyarakat tentang pendidikan, misalnya “perempuan tidak perlu sekolah tinggi-tinggi, nanti juga ujung-ujungnya di dapur” atau “sekolah itu tidak penting, yang penting cari uang”, menggambarkan bagaimana pendidikan tidak dianggap sebagai salah satu hal penting.
ADVERTISEMENT
Pola pikir tersebut lah yang akhirnya menyebabkan tidak maksimalnya program yang telah dirancang pemerintah. Kemudahan akses dan biaya yang rendah atau mungkin gratis yang diberikan oleh pemerintah Pangandaran, akhirnya menjadi tidak berarti jika kesadaran masyarakat untuk bersekolah atau menyekolahkan anaknya masih rendah (Iriyanto, 2018).
Pada kenyataan, program Pangandaran Hebat memang tidak membuat masyarakat Pangandaran untuk tidak melanjutkan pendidikan, minimal hingga tingkat SMA/SMK sederajat. Namun yang justru menjadi permasalahan adalah tentang bagaimana para siswa menjalani kehidupannya sebagai seorang siswa. Mungkin dapat dikatakan sebagian dari mereka memiliki motivasi yang rendah. Mereka sekolah hanya sekedar untuk menjalankan kewajiban mereka sebagai warga negara dalam mematuhi peraturan yang ada, yaitu peraturan untuk wajib belajar minimal 12 tahun, bukan karena mereka mau memperluas wawasan dan melatih keterampilan.
ADVERTISEMENT
Rendahnya motivasi yang mungkin awalnya hanya berasal dari beberapa siswa, akan berdampak pada motivasi belajar siswa lain. Sebagaimana yang kita tahu bahwa lingkungan turut berkontribusi dalam membentuk perilaku individu.
Ketika seorang siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi berada di lingkungan mereka yang memiliki motivasi belajar rendah, mungkin akan menyebabkan rendahnya tingkat kompetisi. Sehingga siswa lain akan merasa santai karena merasa tidak perlu bersaing dengan siapapun.
Dengan demikian, penting bagi pemerintah Pangandaran untuk juga meningkatkan motivasi atau kesadaran terhadap pendidikan di kalangan masyarakat. Pemerintah harus memikirkan dan merancang langkah untuk dapat meningkatkan motivasi para siswa dalam proses belajar.
Pemerintah juga dapat melibatkan peran para tenaga pendidik dalam hal ini. Sehingga setiap hak dan kewajiban para tenaga pendidik juga harus menjadi perhatian yang besar. Mereka harus dipastikan kesejahteraan hidupnya karena mereka merupakan kunci untuk melahirkan generasi yang berdaya saing.
ADVERTISEMENT
Salah satu upaya yang harus dilakukan oleh tenaga pendidik adalah bagaimana mereka tidak hanya sekedar harus bisa menyampaikan ilmu, gagasan, atau konten pembelajaran kepada para siswa, tetapi juga penting bagi mereka untuk merancang bagaimana strategi komunikasi dan pembelajaran yang efektif sehingga motivasi siswa meningkat dan proses pembelajaran berlangsung sesuai dengan tujuan pendidikan. Terdapat beberapa strategi komunikasi yang efektif dalam melakukan proses belajar-mengajar (Ferdiansyah et al., 2023):
Membangun Etos Guru
Dalam membangun etos guru, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhinya, yaitu: persiapan, kesungguhan, ketulusan, kepercayaan, ketenangan, keramahan, kesederhanaan.
Memilih Materi atau Isi Pesan yang Sesuai
Materi yang disampaikan tentunya harusnya sesuai dengan latar belakang dan pengetahuan siswa. Tingkat pengetahuan dan penerimaan siswa di tingkat SD tentunya akan berbeda dengan siswa di tingkat SMP bahkan SMA. Begitupun cara atau metode penyampaian.
ADVERTISEMENT
Menggunakan Bahasa yang Tepat
Bahasa merupakan alat yang digunakan untuk menyampaikan atau mengungkapkan perasaan atau gagasan seorang. Bahasa juga dapat digunakan untuk mempengaruhi dan merubah pola pikir siswa tentang pendidikan untuk meningkatkan motivasi belajar misalnya melalui cerita-cerita inspiratif. Dalam membangun motivasi, tenaga pendidik harus bisa melakukan pendekatan secara emosional dengan para siswa dan salah satunya melalui cerita.
Membangun Iklim Komunikasi dengan Siswa
Dalam menciptakan dan membangun iklim komunikasi yang positif dapat dilakukan dengan menanamkan sikap respect, empati, audible, clarity, dan humble.
Selain itu, John Dewey yang merupakan filsuf kenamaan Amerika menegaskan bahwasanya keseriusan para pelaku atau tenaga pendidik dalam memahami tujuan pendidikan mempengaruhi kualitas sebuah pendidikan.
Upaya untuk melakukan perubahan terhadap mutu pendidikan di Indonesia melalui dua skema kelembagaan penjaminan mutu pendidikan, yakni SPMI (Sistem Penjaminan Mutu Internal) yang dilakukan oleh satuan pendidikan dan SPME (Sistem Penjaminan Mutu Eksternal) yang merupakan model asesmen yang dilakukan oleh pemerintah dan lembaga non pemerintahan seperti Badan Akreditasi Nasional. Kedua skema tersebut memiliki peran penting dalam mendorong mutu pendidikan di Indonesia (Toharudin, 2022).
ADVERTISEMENT
Dengan melakukan evaluasi dan pembenahan terus-menerus, diharapkan berbagai program pendidikan yang dirancang untuk meratakan akses pendidikan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui pendidikan dapat disambut dengan baik oleh masyarakat sehingga mencapai tujuan yang efektif.
DAFTAR PUSTAKA
Fadhlurrahman, I. (2025, February 24). 17,15 Ribu Penduduk Kab. Pangandaran Berpendidikan Tinggi pada Akhir 2024 . Databoks.
Ferdiansyah, H., N, Z., & Aisa, S. (2023). Komunikasi Pendidikan. Perkumpulan Rumah Cemerlang Indonesia.
Iriyanto, H. (2018, May 2). Pendidikan yang Adil. Tandamatabdg, 22.
Pemkab. (2020, April 23). Program Pangnadaran Hebat, Juara 2 Inovasi Pemda Se-Jawa Barat. Potal.Pangandaran.Go.Id.
Suriyanti, E. (2020). Analisis Pola Pikir (Mindset), Penilaian Kerja, dan Kepemimpinan terhadap Kinerja Pegawai Kantor Kecamatan Batumandi Kabupaten Balangan Kalimantan Selatan. Jurnal Kindai, 16(1), 102–124.
ADVERTISEMENT
Toharudin, T. (2022, June 10). Penjamin Mutu Pendidikan Sekolah. Tandamatabdg, 11.
Toni Toharudin. (2021, November 16). Pemerataan Akses Pendidikan. Tandamatabdg, 11.