Konten dari Pengguna

Indonesia dan Israel: Kacau Diplomatis, Sohib dalam Bisnis

Abd Malik Efendi, SH
Paralegal di law office yang juga sebagai pegiat citizen journalism
31 Maret 2023 13:44 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Abd Malik Efendi, SH tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi bendera Indonesia dan Israel. (Foto: iStockphoto/Oleksii Liskonih)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi bendera Indonesia dan Israel. (Foto: iStockphoto/Oleksii Liskonih)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ramai persoalan tentang kondisi hubungan Indonesia dengan Israel. Sejumlah tokoh politik dan pejabat publik tak luput dari cibiran para netizen pasca pihak FIFA membatalkan rencana negara Indonesia menjadi tuan rumah dalam kontestasi sepak bola Piala Dunia U-20.
ADVERTISEMENT
Jika diteliti dari rangkaian sejarah, Indonesia memang belum memiliki hubungan diplomatik formal dengan Israel sejak Indonesia secara resmi mengakui Palestina pada tahun 1947.
Saat itu, Indonesia adalah negara muslim terbesar di dunia dan memandang dukungan terhadap Palestina sebagai kewajiban moral dan politik. Pada tahun 1950, Israel sempat mengirimkan utusannya ke Indonesia untuk membuka hubungan diplomatik, namun pemerintah Indonesia menolak permintaan tersebut.
Pada tahun 1967, selama Perang Enam Hari, Israel menduduki wilayah Palestina dan beberapa daerah tetangga lainnya, termasuk Dataran Tinggi Golan Suriah. Setelah peristiwa tersebut, Indonesia semakin mengukuhkan posisinya sebagai pendukung Palestina.
Pada tahun 1973, Indonesia menjadi anggota Gerakan Non-Blok dan mengambil sikap yang sangat kritis terhadap Israel. Dua tahun berjalan setelah itu, pada 1975 Indonesia mendukung resolusi PBB yang menyatakan Zionisme sebagai bentuk rasisme dan diskriminasi.
ADVERTISEMENT
Pada tahun 1993, Israel dan Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) menandatangani Kesepakatan Oslo, yang menetapkan perbatasan wilayah Palestina. Namun, Indonesia tetap menolak menjalin hubungan diplomatik dengan Israel.
Hingga pada tahun 2018, Indonesia melarang warganya bepergian ke Israel dan mengeluarkan visa untuk warga negara Israel. Meskipun demikian, telah terjadi beberapa kali pertemuan dan interaksi tingkat tinggi antara pejabat pemerintah Indonesia dan Israel, khususnya di bidang pertahanan dan keamanan.
Meskipun Indonesia masih belum memiliki hubungan diplomatik formal dengan Israel, namun publik membaca jika telah dilakukan beberapa upaya untuk meningkatkan hubungan kedua negara ini, terutama di bidang ekonomi dan teknologi.
Dan perlu dicatat bahwa isu Palestina tetap menjadi isu sensitif bagi Indonesia yang menghambat penguatan hubungan bilateral antara Indonesia dan Israel.
Duta Besar Palestina untuk Indonesia, Zuhair Al Shun. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Dalam dunia olahraga ternyata juga demikian. Sejarah mencatat bahwa Indonesia di masa kepresidenan pertama yakni Ir. Soekarno pernah membatalkan sebuah pertandingan antara Timnas Indonesia dan Timnas Israel. Seperti yang diketahui bahwa pada tahun 1950-an dan 1960-an, hubungan antara Indonesia dan Israel bisa dikatakan kurang begitu baik.
ADVERTISEMENT
Indonesia, negara mayoritas muslim dan anggota Gerakan Non-Blok, menganggap Israel sebagai negara tidak sah dan tidak mengakui kemerdekaan Palestina. Saat itu, Indonesia berpartisipasi aktif dalam perjuangan kemerdekaan Palestina dan mendukung negara-negara Arab melawan Israel.
Ketika Indonesia lolos ke kualifikasi Piala Dunia 1974, Israel adalah salah satu pesaing reguler. Soekarno yang saat itu masih menjadi presiden Indonesia, memutuskan untuk membatalkan pertandingan melawan Israel. Alasannya, Indonesia tidak akan berurusan dengan negara yang tidak mengakui kemerdekaan Palestina.
Keputusan Soekarno didukung oleh banyak negara muslim sebagai bagian dari kebijakan luar negeri Indonesia terhadap Palestina. Meski Indonesia belum pernah bertanding melawan Israel dalam pertandingan sepak bola resmi, keputusan tersebut memperkuat posisi Indonesia dalam perjuangan kemerdekaan Palestina dan memperkokoh persatuan di antara negara-negara muslim.
ADVERTISEMENT
Meski begitu adanya, beragam catatan sejarah Indonesia dan Israel adalah sebuah hubungan perselisihan masa lalu hanya dari sudut pandang politik.
Namun, ada fakta-fakta lain yang sebenarnya tidak begitu digembor-gemborkan pada publik, terkait bahwa sebenarnya hubungan Indonesia dan Israel ini layaknya seperti sohib. Urusan formalitas menjadi nomor sekian. Hal itu ditunjukkan dengan kondisi perdagangan antara kedua belah negara ini justru menguat dimulai pada tahun 1970-an.
Meski Indonesia pernah ikut bergabung dengan negara-negara Arab lainnya dalam memboikot Israel dan telah memutuskan hubungan ekonomi, politik dan diplomatik dengan negara tersebut.
Namun, beberapa laporan menjelaskan bahwa perdagangan antara Indonesia dan Israel telah melibatkan pihak ketiga seperti Singapura dan Thailand. Produk yang diperdagangkan antara kedua negara tersebut pada umumnya adalah elektronik, bahan kimia, dan mesin.
ADVERTISEMENT
Bahkan, baru-baru ini muncul kembali pertanda bahwa hubungan perdagangan antara Indonesia dan Israel terus menguat, meskipun kedua negara ini tidak memiliki hubungan diplomatik formal.
Menurut laporan, pada tahun 2018, Israel mengimpor sekitar $2 juta produk pertanian dari Indonesia. Dan, banyak perusahaan Indonesia berniat untuk memasok produk pertanian ke Israel. Hal tersebut, juga diketahui bahwa catatan ekonomi dalam ekspor dari Indonesia ke Israel pernah mengalami kenaikan hingga 16,17 persen di tahun 2017.
Dengan begitu, mengartikan bahwa meski Indonesia dan Israel terlihat kacau diluar, belum tentu kacau dari sudut pandang yang lain. Buktinya hubungan perdagangan mereka terlihat begitu signifikan dari tahun ke tahun, meski banyak masyarakat di Indonesia yang masih mempertanyakan loyalitas Indonesia terhadap Palestina dan menentang perdagangan dengan Israel.
ADVERTISEMENT
Dan di sisi lain, juga ada yang meyakini bahwa perdagangan dengan Israel dapat membawa keuntungan ekonomi bagi Indonesia.