Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Dampak Buta Aksara Fungsional terhadap Indonesia Emas 2045
21 Desember 2024 0:02 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Bahtera Muhammad Persada tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
21 tahun menuju 1 abad NKRI bukanlah waktu yang singkat. Polemik Indonesia Emas 2045 bukan sebatas tentang Bonus Demografi atau mayoritas akan penduduk usia produktif, melainkan Sumber Daya Manusia yang memumpuni, pengelolaan Sumber Daya Alam yang relevan, kebijakan sosial-politik yang setara dan adil, ekonomi inklusif dengan memperkaya yang miskin tanpa memiskinkan yang kaya, hukum yang bukan tumpul ke atas tajam ke bawah, dan lain sebagainya.
ADVERTISEMENT
Terkait Sumber Daya Manusia yang memumpuni, kita mulai tentang Tingkat Kemampuan Baca masyarakat Indonesia. Modal awal membangun Bangsa Indonesia dalam memanfaatkan momentum Bonus Demografi. Literasi yang merupakan dasar utama dalam membangun sumber daya manusia yang berkualitas. Kemampuan membaca, memahami, dan mengaplikasikan informasi secara kritis dan analitis menjadi prasyarat bagi individu untuk dapat berpartisipasi secara optimal dalam masyarakat modern dan dinamis.
Di wilayah Asia Tenggara, tingkat literasi masyarakat Indonesia masih tertinggal dibandingkan dengan beberapa negara tetangga. Berdasarkan hasil Studi Programme for International Student Assessment (PISA) tahun 2022 yang diselenggarakan oleh Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (The Organisation for Economic Co-operation and Development) OECD, Indonesia berada pada peringkat keenam dalam hal kemampuan membaca siswa usia 15 tahun di kawasan tersebut.
ADVERTISEMENT
Skor rata-rata kemampuan membaca siswa Indonesia pada studi PISA 2022 adalah 359 poin, lebih rendah dibandingkan negara-negara seperti Singapura yang mencapai skor tertinggi di ASEAN dengan 543 poin, Vietnam dengan 462 poin, Brunei Darussalam dengan 379 poin, serta Malaysia yang meraih skor 388 poin. Sementara itu, Thailand sedikit mengungguli Indonesia dengan perolehan skor 379 poin. Di sisi lain, Indonesia masih berada di atas Filipina dan Kamboja yang masing-masing memperoleh skor 347 poin dan 329 poin dalam penilaian kemampuan membaca siswa pada studi PISA 2022. Studi ini dilakukan secara acak di 81 negara di dunia dengan mengukur kemampuan literasi membaca, matematika, dan sains pada murid berusia 15 tahun sebagai indikator kualitas sistem pendidikan suatu negara.
ADVERTISEMENT
Ketimpangan kualitas pendidikan di Indonesia terlihat jelas dari persebaran skor Asesmen Kompetensi Siswa Indonesia (AKSI) tahun 2019. Di wilayah Jawa, skor AKSI rata-rata lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah lain di Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas pendidikan di Jawa masih lebih baik dibandingkan dengan wilayah lain.
Salah satu langkah awal adalah memperbaiki ketersediaan buku bacaan yang sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa. Terkadang, bahan bacaan yang ada dibuat dari perspektif orang dewasa dan tidak menarik bagi anak-anak. Kebijakan baru ini akan memastikan ketersediaan buku yang menarik dan sesuai untuk anak-anak, baik dari segi tema, struktur bahasa, kosakata, maupun ilustrasi. Survei mengenai jenis, karakter, dan penyajian bacaan yang disukai anak-anak serta penjenjangan tingkat kesulitan bahan bacaan akan menjadi acuan dalam penyediaan bahan bacaan ini. Diharapkan, kebiasaan membaca akan meningkat dan kecakapan literasi pun akan berkembang secara bertahap.
ADVERTISEMENT
Mutu pengetahuan sejatinya diimbangi dengan buku bacaan bermutu. Dengan kemampuan membaca yang baik, lima literasi dasar berikutnya (numerasi, sains, digital, finansial, serta budaya dan kewargaan) dapat ditumbuhkembangkan. Dibutuhkan buku bacaan yang memiliki relevansi dengan budaya, nilai, dan realitas masyarakat Indonesia. Dengan penceritaan yang sederhana, tetapi mampu mengangkat tema lokal, tradisional, dan masalah-masalah sosial yang sesuai dengan perjenjangan, akan menawarkan keberagaman tema untuk memenuhi berbagai minat dan kebutuhan pembaca. Mulai dari cerita petualangan, fantasi, sejarah, hingga cerita yang memperkenalkan nilai-nilai moral atau pengetahuan tentang lingkungan dan ilmu pengetahuan. Dengan begitu, Buta Aksara Fungsional dapat diminimalisir.
Demikian, diharapkan program tersebut dapat berperan optimal hingga mencapai tujuan peningkatan kecakapan literasi siswa. Dengan gotong-royong, Indonesia Emas 2045 bukan hanya impian, tetapi bisa menjadi kenyataan.
ADVERTISEMENT