Konten dari Pengguna

Ketika Cyberbullying Berawal dari Candaan, Berakhir dengan Tragedi

Sola Margaretha
Saya Sola Gratia M samosir Universitas Katolik Santo Thomas Medan Jurusan Ekonomi Prodi manajemen Hobby saya Badminton dan Bernyanyi
17 Maret 2025 18:19 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sola Margaretha tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ilustrasi Cyberbullyingsumber https://pixabay.com/id/)
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi Cyberbullyingsumber https://pixabay.com/id/)
ADVERTISEMENT
Di era digital yang serba cepat ini, interaksi di dunia maya telah menjadi bagian penting dalam kehidupan sehari-hari. Media sosial, forum diskusi, hingga platform game online memungkinkan orang-orang untuk berkomunikasi tanpa batasan ruang dan waktu. Sayangnya, kebebasan ini juga menghadirkan sisi gelap yang sering kali tidak disadari, yaitu cyberbullying.
ADVERTISEMENT
Banyak kasus perundungan di internet berawal dari sesuatu yang tampak sepele—sekadar candaan atau lelucon di kolom komentar, chat pribadi, atau unggahan media sosial. Namun, tidak semua orang memiliki pemahaman yang sama tentang batasan bercanda. Ketika sebuah candaan berubah menjadi ejekan berulang, disertai hinaan dan serangan pribadi, dampaknya bisa sangat serius. Dalam beberapa kasus, cyberbullying bahkan menyebabkan korban mengalami gangguan mental, kehilangan kepercayaan diri, menarik diri dari lingkungan sosial, dan yang paling tragis, berujung pada tindakan bunuh diri.
Laporan dari UNICEF (2020) mengungkapkan bahwa 45% anak muda di Indonesia berusia 14-24 tahun pernah mengalami perundungan daring. Data dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) tahun 2022 juga mencatat bahwa lebih dari 30% kasus kekerasan terhadap anak yang dilaporkan terjadi di ruang digital. Angka ini mencerminkan bahwa cyberbullying bukan sekadar fenomena kecil, tetapi masalah serius yang perlu ditangani dengan kesadaran kolektif
ADVERTISEMENT
Cyberbullying, atau perundungan siber, dapat menimbulkan berbagai dampak negatif yang mempengaruhi korban secara mendalam. Meskipun sering dianggap sebagai candaan, efek yang ditimbulkan jauh lebih serius.
Korban cyberbullying sering mengalami gangguan kesehatan mental, seperti depresi, kecemasan, dan stres. Perasaan tidak berdaya dan rendah diri juga umum terjadi, yang dapat mengarah pada isolasi sosial dan penurunan kualitas hidup secara keseluruhan. Dalam kasus yang lebih parah, korban mungkin merasa putus asa dan mempertimbangkan untuk menyakiti diri sendiri atau bahkan bunuh diri.
Selain dampak psikologis, cyberbullying juga dapat mempengaruhi kesehatan fisik korban. Gejala fisik seperti sakit kepala, gangguan tidur, dan masalah pencernaan sering dilaporkan. Stres yang ditimbulkan dapat memicu berbagai keluhan fisik, yang semakin memperburuk kondisi kesehatan korban.
ADVERTISEMENT
Dari segi sosial, korban cyberbullying mungkin menarik diri dari interaksi sosial, merasa terisolasi, dan kehilangan kepercayaan diri. Hal ini dapat menghambat kemampuan mereka untuk berfungsi dalam lingkungan sosial dan meningkatkan perasaan kesepian.
Dalam dunia pendidikan, cyberbullying dapat menyebabkan penurunan prestasi akademik, absensi yang tinggi, dan perilaku bermasalah di sekolah. Korban mungkin kesulitan berkonsentrasi dan kehilangan motivasi untuk belajar, yang berdampak negatif pada perkembangan akademik mereka. unicef.org
Penting untuk dicatat bahwa cyberbullying tidak hanya berdampak pada korban, tetapi juga dapat mempengaruhi pelaku. Pelaku mungkin mengembangkan perilaku agresif dan kurangnya empati, yang dapat mempengaruhi hubungan interpersonal mereka dan perkembangan sosial secara keseluruhan.
Untuk mencegah dan mengatasi dampak negatif ini, diperlukan upaya kolaboratif antara individu, keluarga, sekolah, dan masyarakat. Pendidikan tentang etika digital, peningkatan kesadaran akan konsekuensi cyberbullying, dan penyediaan dukungan bagi korban adalah langkah-langkah penting dalam menciptakan lingkungan online yang aman dan mendukung bagi semua.
ADVERTISEMENT
Mengatasi cyberbullying memerlukan pendekatan yang holistik, melibatkan individu, keluarga, sekolah, dan masyarakat. Penting bagi individu untuk menjaga privasi online dengan menggunakan pengaturan privasi yang ketat dan berhati-hati dalam membagikan informasi pribadi. Berpikir sebelum memposting dan menghindari berbagi informasi sensitif dapat mencegah penyalahgunaan data oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. unicef.org+2liputan6.com+2unbat.ac.id+2
Bagi korban, segera hentikan interaksi dengan pelaku dan blokir akun mereka di semua platform digital yang digunakan. Menyimpan bukti-bukti tindakan cyberbullying, seperti tangkapan layar pesan atau postingan, sangat penting untuk keperluan pelaporan. Laporkan kejadian tersebut ke platform media sosial yang bersangkutan dan, jika perlu, kepada pihak berwajib. Berbicara dengan orang tua, guru, atau konselor dapat memberikan dukungan emosional dan membantu mengatasi dampak psikologis. unbat.ac.idunbat.ac.id+2liputan6.com+2jurnal.staiba.ac.id+2
ADVERTISEMENT
Pelaku cyberbullying perlu menyadari dampak negatif dari tindakan mereka dan berusaha untuk berubah. Mengambil tanggung jawab atas perilaku, meminta maaf kepada korban, dan berkomitmen untuk tidak mengulanginya adalah langkah penting. Dalam kasus yang melibatkan ancaman serius atau tindakan ilegal, melibatkan pihak berwajib adalah langkah yang tepat untuk mencegah kerugian lebih lanjut. jurnal.staiba.ac.id+1it.proxsisgroup.com+1
Keluarga dan sekolah memiliki peran vital dalam pencegahan cyberbullying. Edukasi tentang etika berinternet dan pengawasan terhadap aktivitas online anak-anak dapat mencegah terjadinya perundungan siber. Mendorong budaya online yang positif, di mana setiap individu saling menghormati dan mendukung, dapat menciptakan lingkungan digital yang aman bagi semua. it.proxsisgroup.comai-care.id
Dengan kolaborasi antara individu, keluarga, sekolah, dan masyarakat, diharapkan kita dapat menciptakan lingkungan online yang bebas dari cyberbullying dan mendukung kesejahteraan digital bagi semua.
ADVERTISEMENT
Cyberbullying merupakan bentuk perundungan yang terjadi melalui platform digital, dan dampaknya tidak dapat dianggap remeh. Data menunjukkan bahwa sekitar 45% anak dan remaja
Sola Gratia M samosir Mahasiswa Universitas Katolik Santo Thomas Medan Fakultas Ekonomi Prodi Manajemen Aktif Dalam Organisasi GMNI