news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Di Noja Bali, Kebun Hidroponik Ini Mengandalkan Tenaga Surya

SolarKita
SolarKita is a Smart Energy company.
Konten dari Pengguna
24 September 2019 16:49 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari SolarKita tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Di Noja Bali, Kebun Hidroponik Ini Mengandalkan Tenaga Surya
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Berkebun dengan cara hidroponik atau mengandalkan media tanam air, saat ini menjadi alternatif budidaya tanaman yang banyak dilakukan oleh masyarakat perkotaan. Pasalnya, meningkatnya populasi masyarakat semakin mempersempit lahan pertanian. Oleh sebab itu, budidaya dengan media tanam air menjadi salah satu alternatif yang baik. Salah satu daerah di Indonesia yang telah menerapkan sistem budidaya hidroponik adalah Noja, Bali.
ADVERTISEMENT
Tak hanya budidaya dengan media tanam air saja, daerah Noja, Bali juga menggunakan tenaga surya untuk mendorong desentralisasi sumber energi. Tenaga surya yang dikumpulkan dalam panel surya digunakan sebagai sumber daya listrik yang menggerakkan pompa untuk irigasi hidroponik. Irigasi menjadi salah satu kunci penting dalam budidaya hidroponik. Oleh sebab itu, penghitungan listrik untuk distribusi air harus sangat dihitung. Dengan menggunakan tenaga surya, biaya listrik untuk hidroponik dapat ditekan.
Dirintis oleh pasangan suami istri
Adalah pasangan suami istri Ida Bagus Made Purwanasara dan Ida Ayu Alit Maharatni yang merintis budidaya tanaman dengan metode hidroponik dan tenaga surya. Lokasi budidaya hidroponik mereka adalah di Jalan Noja 11, Denpasar, Bali. Dalam pengelolaan tanaman, pasangan suami istri ini menggunakan tagline “Food Water Energy”. Tagline ini sekaligus menunjukkan bagaimana pengelolaan tanaman di kebun mereka benar-benar menggunakan media tanam air.
ADVERTISEMENT
Pasangan suami istri ini memulai budidaya hidroponik dari nol. Mereka mengikuti kursus mengenai segala hal yang berkaitan dengan hidroponik mulai dari apa itu hidroponik, cara menanam, dan merawat tanaman. Saat sudah memulai kebun hidroponiknya sendiri, Purwanasara dan Maharatni mengecek kandungan air setiap hari untuk memastikan nutrisinya terus stabil.
Saat ini, pasangan suami istri ini membuat sejumlah petak-petak sayur aneka jenis dengan model tanam yang berbeda. Ada Nutrient Film Technique (NFT), Dutch Bucket System (DBS), Water Culture System (WCS), sistem tetes, dan Deep Water Culture (DWC). Beragam model jenis tanam yang berbeda ini digunakan sebagai pembelajaran karena ada kelas pengenalan dan praktik bersama.
Tenaga surya dikumpulkan dalam instalasi bunga matahari
ADVERTISEMENT
Dalam sistem tanam hidroponik, pengairan menjadi hal penting yang menentukan perkembangan dan pertumbuhan tanaman. Air menjadi media tanam yang memberikan nutrisi pada tanaman. Oleh karena itu, irigasi media hidroponik menjadi sangat penting. Air dan nutrisi yang ada di dalam sumber, dialirkan ke tanaman-tanaman hidroponik dengan menggunakan pompa pendistribusian. Untuk menggerakkan pompa pendistribusian dibutuhkan tenaga listrik yang cukup besar. Hal ini cukup menguras biaya tanam.
Untuk mengurangi pengeluaran biaya listrik, pasangan suami istri ini akhirnya berinisiatif untuk menggunakan tenaga surya. Di salah satu sudut area budidaya tanaman hidroponik, terdapat instalasi bunga matahari yang terbuat dari kerangka besi berwarna kuning cerah. Instalasi matahari ini dipasangi panel-panel surya, cahaya matahari akan dikumpulkan di instalasi bunga matahari raksasa dan diubah menjadi energi listrik penggerak alat pendistribusian air dan nutrisi.
ADVERTISEMENT
Panel surya atau solar cell yang terdapat dalam instalasi bunga matahari ini mampu mengubah energi cahaya menjadi voltase/tegangan. Saat cuaca cerah, satu panel berukuran satu meter bisa menghasilkan daya 100 watt per jam. Jika dalam satu hari panel surya efektif bekerja menangkap cahaya optimal selama 4-5 jam, sudah bisa dihitung sendiri berapa banyak energi sinar matahari yang dikonversi menjadi listrik. Kebutuhan pengairan sudah cukup dipenuhi dengan tenaga surya ini.
Hemat biaya dan ramah lingkungan
Jumlah tenaga surya yang mampu diubah menjadi tenaga listrik oleh panel-panel surya ini diakui Purwanasara dan Maharatni sangat menghemat biaya. Tidak butuh modal yang cukup besar untuk membuat instalasinya. Sedangkan, dengan memanfaatkan tenaga surya, pasangan suami istri ini sangat menghemat pengeluaran untuk biaya listrik.
ADVERTISEMENT
Tenaga surya yang dikonversi menjadi listrik, jumlahnya cukup banyak dan mampu memenuhi kebutuhan listrik harian. Maka dari itu, pasangan asal Bali ini memutuskan untuk menggunakan tenaga surya untuk operasional budidaya hidroponiknya.
Tak hanya itu saja, di samping alasan biaya, ada faktor ekologis yang dipertimbangkan oleh Purwanasara dan Maharani. Penggunaan tenaga surya ini tentu lebih aman jika dibandingkan dengan energi pembangkit listrik lainnya. Bisa dikatakan bahwa tenaga surya minim risiko ekologis. Maharatni juga mengatakan bahwa ketika menggunakan energi listrik, faktor ekologis saat sumber daya ini diproduksi dan digunakan perlu dipertimbangkan. Jangan sampai, untuk memenuhi kebutuhan listrik yang besar, lingkungan sekitar menjadi terancam.
Berhasil panen beberapa kali
Budidaya hidroponik yang dilakukan oleh pasangan suami istri ini sudah menghasilkan bukti. Dari berbagai tanaman yang ditanam di banyak petak area tanam, sudah ada hasil panen yang didapat. Mereka bisa menghasilkan aneka sayuran hidroponik seperti kangkung, pokcoy, dan selada. Semula hanya bertujuan memenuhi kebutuhan sayuran sehat untuk konsumsi harian pribadi, Purwanasara dan Maharatni kini bisa menghasilkan rupiah dari hasil menjual sayur hidroponik. Ini semua berkat panen mereka yang melimpah hingga terlalu banyak jika hanya dikonsumsi sendiri.
ADVERTISEMENT
Budidaya hidroponik di Noja, Bali ini bahkan sudah dikenal masyarakat. Banyak pelanggan yang datang untuk membeli sayuran sehat hasil budidaya. Bahkan, tak jarang para pelanggan mendapat kesempatan untuk memanen atau memetik sendiri sayuran yang mereka inginkan. Contohnya saja panen daun kelor yang bisa dilakukan sendiri oleh para pelanggan.
Tenaga surya juga digunakan untuk rumah dan kantor
Melihat bagaimana tenaga surya sangat bermanfaat untuk hasil budidaya tanaman hidroponiknya, Purwanasara dan Maharatni pun memutuskan untuk menggunakannya di rumah dan kantor. Keduanya kini hidup dengan memanen tenaga surya untuk kemudian dikonversi menjadi energi listrik terbarukan. Hasilnya, mereka kini tak lagi bergantung pada listrik konvensional yang memiliki dampak risiko ekologis dan biaya yang cukup mahal.
ADVERTISEMENT
Upaya yang dilakukan oleh Purwanasara dan Maharatni ini menjadi langkah kecil yang bisa Anda ikuti untuk lingkungan yang lebih sehat dan aman. Saat ini, untuk menghasilkan listrik, banyak risiko buruk yang terjadi pada lingkungan. Saat batubara digunakan untuk sumber pembangkit listrik, lingkungan menjadi salah satu hal yang terdampak. Oleh sebab itu, tenaga surya sebagai sumber listrik menjadi salah satu alternatif yang baik.
Jika Anda berminat untuk mulai menggunakan tenaga surya untuk kebutuhan listrik di rumah, hubungi SolarKita. SolarKita akan memberikan layanan lengkap mulai dari konsultasi, survei, instalasi, pemantauan, hingga perawatan.
Penulis SolarKita: Rizka Rachmania Putri
Photo Credit: Pexels