Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Ekonomi Hijau di Indonesia, Bagaimana Maksudnya?
15 Oktober 2021 12:50 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari SolarKita tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Ekonomi hijau menjadi sebuah paradigma yang digaungkan elemen masyarakat internasional sejak beberapa tahun belakangan ini. Konsepnya adalah bagaimana menjalankan perekonomian berskala makro, namun tetap memperhatikan kelestarian alam dan lingkungan sekitar, terutama hutan yang dikenal sebagai paru-paru bumi.
ADVERTISEMENT
Dalam penerapan paradigma ekonomi berbasis lingkungan, sebetulnya telah ditetapkan tujuan jangka panjang. Namun, tujuan tersebut justru meninggalkan tujuan jangka pendek yang dinilai dalam beberapa tahun belakangan ini justru menimbulkan masalah baru bagi lingkungan.
Mengapa Program Ini Penting di Indonesia?
Indonesia sendiri bukan tanpa alasan perlahan mulai bergerak menerapkan ekonomi hijau. Sebagai negara tropis dengan hutan yang cukup luas, sektor kehutanan maupun lahan gambut menyumbang emisi cukup tinggi dari gas rumah kaca, yakni 61% dari total emisi yang ada di tanah air.
Oleh karena itu, sektor ini juga dapat menjadi titik mula untuk dilakukan sebuah mitigasi yang tepat dengan biaya efisien. Langkah inilah yang diharapkan mampu memberi kontribusi dalam hal sosial dan ekonomi masyarakat guna mewujudkan cita-cita Indonesia menjadi negara dengan kategori penghasilan tinggi pada 2030 mendatang.
ADVERTISEMENT
Tujuan Program Ekonomi Hijau
Adapun tujuan dari program ekonomi hijau telah tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2015-2019. Salah satunya diwujudkan melalui program ketahanan pangan maupun energi hingga pengelolaan sumber daya alam berkelanjutan.
Apabila dijalankan dengan baik, studi Penilaian Ekosistem Hutan yang dilakukan CIFOR pada 2020 menyebutkan bahwa hutan mampu memenuhi tujuan ekonomi hijau bagi masyarakat. Studi ini mencatat jika ekonomi hijau berjalan baik, maka akan ada lapangan kerja untuk 247.945 orang di sektor kehutanan pada 2030. Lalu, untuk sektor bisnis menghasilkan 193.774 orang bidang kehutanan.
Di samping itu, emisi karbon perlahan menjadi berkurang. Dengan begitu, masyarakat bisa merasakan dampak positif dari ekonomi berkelanjutan. Misalnya, untuk jangka panjang, selain ekonomi dan sosial juga berpengaruh terhadap peningkatan mutu kesehatan masyarakat. Salah satunya dengan tersedianya udara bersih dan penggunaan energi ramah lingkungan.
ADVERTISEMENT
Langkah yang Harus Dilakukan
Program ekonomi hijau di Indonesia tidak bisa berjalan dengan baik tanpa dukungan stakeholder, pihak swasta, maupun masyarakat sendiri. Selain itu juga diperlukan upaya-upaya maupun langkah konkret guna terwujudnya perekonomian yang ramah terhadap lingkungan dan bersifat berkelanjutan. Beberapa program yang dapat dilakukan tersebut di antaranya sebagai berikut:
1. Transisi Bahan Bakar Fosil
Bahan bakar fosil menjadi sumber energi industri di Indonesia hingga saat ini, termasuk penggunaannya dalam kebutuhan rumah tangga. Namun, baik langsung maupun tidak langsung, penggunaan bahan bakar fosil turut menyumbang emisi karbon yang tidak sedikit.
Mengingat transisi bahan bakar fosil ke energi baru terbarukan tidaklah mudah, perlu adanya sosialisasi dan penyuluhan yang massif. Tidak hanya ke masyarakat, tapi juga kepada pemilik industri hingga pemangku kepentingan. Secara sederhana, misalnya dengan secara bertahap meminimalisir penggunaan bahan bakar fosil untuk sumber energi listrik dan beralih ke sumber energi listrik yang menggunakan tenaga surya.
ADVERTISEMENT
2. Optimalisasi Efisiensi Energi
Setelah melakukan proses transisi bahan bakar fosil secara berkala dan berkelanjutan, langkah berikutnya adalah optimalisasi terhadap efisiensi energi. Maksudnya adalah mengoptimalisasi energi yang tepat guna memenuhi kebutuhan masyarakat luas. Mulai dari rumah tangga, industri, perkantoran dan gedung komersial, hingga ruang publik.
Sebagai contoh dalam hal ini dari hal yang terkecil bisa dimulai dengan mematikan perangkat elektronik yang tidak digunakan. Khususnya mesin pendingin udara maupun AC yang mana menyerap energi listrik berbahan dasar fosil dalam jumlah besar.
3. Mitigasi terhadap Perubahan Iklim
Mitigasi secara umum dapat diartikan sebagai upaya pencegahan dan penyesuaian program ramah lingkungan dalam mengatasi perubahan iklim. Adapun yang menjadi rancangan dalam mitigasi ini meliputi beberapa aspek, salah satunya dengan membuat program advokasi terhadap kebijakan publik yang menguntungkan bagi masyarakat maupun lingkungan.
ADVERTISEMENT
Selain itu, perlu juga dilakukan upaya aktif seperti melakukan penelitian maupun kampanye publik tentang kelestarian alam. Kemudian melakukan promosi dan menyediakan akses energi kepada masyarakat dengan berazaskan prinsip keadilan, inklusif, maupun berkelanjutan di tanah air. Dengan begitu, program dapat berjalan dengan baik guna mendukung upaya penggunaan energi baru terbarukan.
Itulah ulasan singkat mengenai ekonomi hijau yang sedang digalakkan di Indonesia. Tak hanya untuk industri, Anda pun bisa memulainya dari rumah untuk masa depan yang lebih baik. Salah satunya adalah dengan menggunakan panel surya dari SolarKita untuk kebutuhan energi listrik di rumah. Selain menghemat biaya, Anda pun juga turut menjaga kelestarian alam demi anak cucu kelak. Semoga bermanfaat!
Live Update
Mantan Menteri Perdagangan RI Tom Lembong menjalani sidang putusan praperadilan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Selasa (26/11). Gugatan praperadilan ini merupakan bentuk perlawanan Tom Lembong usai ditetapkan sebagai tersangka oleh Kejagung.
Updated 26 November 2024, 12:00 WIB
Aktifkan Notifikasi Breaking News Ini