Mobil Listrik VS Mobil Bensin: Mana yang Lebih Pas untuk Anda?

SolarKita
SolarKita is a Smart Energy company.
Konten dari Pengguna
28 Agustus 2019 12:45 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari SolarKita tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sejak beberapa minggu terakhir ini, Indonesia cukup diramaikan oleh kondisi polusi udara di Jakarta yang dikatakan memburuk. Bahkan kondisi udaranya sudah mencapai taraf tidak sehat untuk dihirup. Tentu ada banyak faktor yang menjadi penyebab. Namun, menurut Direktur Eksekutif Komite Penghapusan Bensin Bertimbel (KPBB), Ahmad Saifudin, besarnya tingkat penggunaan kendaraan bermotor menjadi sumber utama pencemaran udara, bahkan kisarannya sampai 47% sampai 90%.
ADVERTISEMENT
Apabila tidak diambil langkah konkret, bukan tidak mungkin polusi udara yang buruk juga terjadi di kota-kota lain. Sebagai salah satu solusi, terutama yang terkait pengurangan kendaraan bermotor, pengembangan mobil listrik pun dilakukan.
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) sudah merancang roadmap untuk pengembangan kendaraan listrik di Indonesia. Ditargetkan pada 2020 nanti, setidaknya ada 10% dari 1,5 juta mobil yang diproduksi di dalam negeri merupakan Low Carbon Emission Vehicle (LCEV). Namun, adaptasi hal-hal baru sudah sewajarnya menimbulkan pertanyaan. Beberapa dari Anda mungkin bertanya-tanya, apakah nantinya Anda juga harus berpindah menggunakan mobil listrik atau tetap mobil bensin? Cek ulasannya di bawah ini!
Cara kerja mobil listrik vs mobil bensin
Sesuai namanya, mobil bensin menggunakan bahan bakar minyak (BBM) atau bensin sebagai penggerak utama mobil. BBM dipasok ke dalam mesin untuk melalui proses pembakaran. Dari proses pembakaran ini, akan dihasilkan energi untuk menggerakkan piston. Piston melakukan gerakan linear yang ditransfer menjadi gerakan putar dengan menerapkan mekanisme slider crank. Baru setelah itu terdapat transmisi untuk mentransfer gerakan putar ke roda penggerak.
ADVERTISEMENT
Cara kerja mobil bensin tersebut tentunya berbeda dengan mobil listrik. Namun, sebelum membahas cara kerja mobil listrik, perlu diketahui bahwa mobil listrik berbeda dengan mobil hybrid. Bisa dikatakan bahwa mobil hybrid merupakan “jembatan” antara mobil bensin atau konvensional dengan mobill listrik.
Jadi, mobil hybrid memadukan mesin mobil bensin dan energi listrik yang didapatkan dari baterai. Saat mobil melaju dan mengerem, energi kinetik diubah menjadi listrik yang disimpan di baterai. Ketika berjalan normal, mobil hybrid menggunakan tenaga bensin. Lalu saat diam, awal melaju, atau sudah melaju pelan, barulah mobil menggunakan tenaga listrik. Sedangkan saat melaju pada kecepatan agak tinggi, mobil menggunakan perpaduan tenaga bensin dan tenaga dari motor listrik.
Sementara itu, sumber energi mobil listrik berasal dari baterai. Pada mobil listrik, terdapat teknologi inverter yang bertugas mengubah daya baterai DC menjadi tiga fase AC. Nah, ketiga fase AC inilah yang akan mengubah motor induksi sehingga bisa mengaktifkan roda penggerak.
ADVERTISEMENT
Efisiensi daya
Lalu, dengan cara kerja yang seperti itu, bagaimana daya yang dihasilkan oleh mobil bensin dan mobil listrik? Terkait efisiensi daya, bisa dibilang mobil listrik yang menjadi juaranya. Ini karena mobil listrik tidak membutuhkan transmisi yang kompleks. Kecepatannya pun bisa langsung dikontrol dari motor. Tidak hanya itu, mobil listrik juga menghasilkan torsi yang besar walaupun baru dihidupkan mengingat responnya yang cukup cepat.
Namun, tidak begitu halnya dengan mobil bensin yang mesin pembakaran dalamnya tidak bisa dioperasikan jika melebihi tingkat kecepatan tertentu. Jadi, untuk mengontrol kecepatannya, mobil bensin membutuhkan mekanisme transisi yang cukup kompleks. Adanya mesin pembakaran dalam juga akan menimbulkan kesulitan pada rotasi per menit (RPM) yang rendah. Saat mesin mobil dihidupkan, motor DC diperlukan untuk membawa mesin ke RPM yang optimal.
ADVERTISEMENT
Pengeluaran biaya
Beberapa dari Anda mungkin berpikir bahwa penggunaan mobil listrik membutuhkan biaya yang lebih mahal dari mobil bensin. Padahal, kenyataannya tidak begitu. Hal ini bahkan sudah dibuktikan sendiri oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian ESDM. Hasilnya menunjukkan bahwa mobil listrik cenderung lebih efisien jika dibandingkan dengan mobil bensin. Anda bahkan bisa menghemat hingga 50%.
Katakanlah mobil bensin menghabiskan 1 liter bensin setiap 10 km. Apabila menggunakan BBM non subsidi seharga kurang lebih Rp8.500 per liter, maka untuk jarak tempuh 100 km membutuhkan biaya energi sebesar Rp85.000. Sedangkan, mobil listrik idealnya mampu menempuh jarak 100 km hanya dengan daya sebesar 20 kWh. Apabila tarif listrik non subsidi sekitar Rp1.600 per kWh, maka mobil listrik hanya membutuhkan biaya energi sekitar Rp32.000 untuk jarak tempuh 100 km.
ADVERTISEMENT
Dampak terhadap lingkungan
Saat melakukan pertimbangan antara mobil bensin atau listrik, penting juga untuk memikirkan dampak pemakaiannya terhadap lingkungan. Untuk hal ini, bisa dibilang mobil listrik lebih unggul. Emisi gas buang mobil bensin mengandung hidrokarbon (HC) dan karbon monoksida (CO) yang dampaknya cukup buruk terhadap udara. Kabar baiknya, dengan beralih menggunakan motor listrik, Anda bisa membantu mengurangi emisi karbon di bumi melalui sektor transportasi.
Tidak hanya membantu mengurangi polusi udara, mobil listrik juga bisa membantu menurunkan polusi suara. Jika dibandingkan dengan mobil bensin yang ketika dijalankan biasanya mengeluarkan suara mesin, umumnya mobil listrik tidak mengeluarkan suara saat dijalankan.
Perawatan mobil
Salah satu hal yang dikhawatirkan banyak orang terkait penggunaan mobil listrik adalah pengisian daya. Apalagi jika harus melakukan perjalanan cukup jauh, bagaimana apabila di tengah jalan Anda kehabisan baterai? Belum lagi perawatan yang terkesan rumit karena mesin mengandalkan daya baterai.
ADVERTISEMENT
Terkait perawatan, sebetulnya mobil listrik justru cenderung lebih mudah dirawat daripada mobil konvensional. Servis secara berkala tetap sangat dianjurkan. Namun, Anda tidak perlu repot-repot melakukan penggantian oli atau busi. Anda hanya perlu memperhatikan baterai sebagai sumber energi utama mobil listrik. Sayangnya, tidak dapat dipungkiri bahwa saat ini memang produsen energi untuk mobil listrik belum banyak tersedia di Indonesia. Kalau pun ada, biasanya hanya di kota-kota besar.
Namun, Anda tidak perlu khawatir akan hal ini, begitu juga terkait pengisian daya listrik di tengah perjalanan. Mengingat bahwa pemerintah Indonesia memberi perhatian kepada pengembangan mobil listrik, ditargetkan pada 2035 nanti, ada 30% LCEV dari total empat juta mobil yang diproduksi dalam negeri. Seiring dengan hal tersebut, pemerintah juga berencana untuk membangun power station di seluruh penjuru Indonesia. Dengan begitu, Anda dan seluruh masyarakat Indonesia lain pun bisa beralih menggunakan mobil listrik dengan kenyamanan maksimal.
ADVERTISEMENT
Jadi, mana yang lebih pas untuk Anda, mobil bensin konvensional atau mobil listrik? Saat ini memang pengembangan mobil listrik di Indonesia belum maksimal, sehingga power station untuk mengisi daya baterai pada mobil listrik juga belum banyak tersedia. Wajar apabila banyak dari Anda yang masih cenderung memilih mobil bensin untuk mobilitas sehari-hari.
Namun, pikirkan juga dampak jangka panjangnya. Penggunaan mobil bensin menghasilkan emisi karbon yang bisa memperparah kondisi udara. Jika terus dibiarkan, bukan tidak mungkin anak cucu kita nanti lah yang akan menjadi korbannya. Oleh sebab itu, beralih ke mobil listrik bisa menjadi salah satu cara untuk meminimalisir dampak tersebut. Dengan dukungan pemerintah, bersama kita pasti bisa memperbaiki lingkungan!
Penulis SolarKita: Biru Cahya Imanda
ADVERTISEMENT