Konten dari Pengguna

Bias Masyarakat Pada Kaum Pengampu Pendidikan Tinggi

Resna Sollehudin
Mahasiswa Dirasat Islamiyah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, memiliki hobi membaca, olahraga, dan berbicara :). Pegiat komunitas sosial kemasyarakatan berbasis literasi (TBM kolong fly over Ciputat).
16 Februari 2025 8:58 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Resna Sollehudin tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Manusia sebagai makhluk yang berakal, dilahirkan dengan berbagai macam karunia serta berbagai macam kelebihan jika dibandingkan dengan makhluk lainnya, seperti, hewan, tumbuh-tumbuhan, benda mati, dsb. Manusia dilahirkan dengan dikaruniai akal sehat serta kemampuan berpikir untuk menentukan mana yang baik dan yang buruk dalam kehidupannya. Namun, dalam perjalanannya dalam menentukan hal tersebut, manusia tidak serta merta tahu dengan sendirinya terkait hal-hal yang benar dan yang salah tadi(sebagaimana telah disebutkan di atas). Dalam perjalanannya dalam mengetahui mana yang benar dan mana yang salah, mana yang baik dan mana yang buruk, manusia perlu menjalani semacam proses terkait hal tersebut. Proses ini dinamakan dengan proses pendidikan atau proses pembelajaran manusia akan suatu hal dalam kehidupannya. Kemudian proses pendidikan atau proses pembelajaran ini tidak luput dari yang namanya pengaruh kehidupan sosial. Dikarenakan manusia sebagai makhluk sosial, maka proses pendidikan atau pembelajaran ini mengikutsertakan pihak atau manusia lain dalam prosesnya. Seperti contoh, bayi yang baru lahir ke dunia tidak mungkin serta merta langsung dapat berjalan dengan sendirinya. Dia membutuhkan proses serta pembelajaran dalam melangkahkan kedua kakinya sehingga ia dapat berjalan dengan sempurna. Lagi-lagi proses pembelajaran yang dilakukan si bayi ini, pastinya dipengaruhi juga dengan kehidupan sosial yang ada. Si bayi bisa melangkahkan kedua kakinya dengan sempurna, dikarenakan ia melihat lingkungan sosialnya melakukan hal yang demikian. Sehingga si bayi tadi secara berproses melihat, belajar, lalu mencontoh apa yang dia lihat, maupun apa yang dia tangkap dari lingkungan sosialnya dan kemudian bayi itupun dapat berjalan dengan sempurna.
Ilustrasi proses pengajaran dan pendidikan. Foto: File Dokumentasi Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi proses pengajaran dan pendidikan. Foto: File Dokumentasi Pribadi
Begitulah kurang lebih proses pendidikan secara implisit berlangsung pada diri manusia. Manusia memerlukan proses dalam menangkap serta memahami hal-hal yang ada dalam kehidupannya. Dengan demikian bisa disimpulkan bahwa, pendidikan merupakan proses bagi manusia dalam mempelajari berbagai macam hal yang ada dalam kehidupannya. Hal ini sebagaimana juga disebutkan dalam KBBI terkait pengertian pendidikan. Disebutkan dalam KBBI bahwasanya pendidikan adalah, proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam upaya mendewasakan manusia melalui pengajaran dan pelatihan. Sehingga dari sini betullah apa yang dikatakan oleh para ahli serta para pakar terkait pendidikan ini, bahwasanya pendidikan berlangsung selama seumur hidup (long life education) Hal tersebut karena usaha pendidikan sejatinya telah dimulai sejak manusia lahir dari kandungan ibu sampai ia meninggal. Konsep pendidikan yang berlangsung sepanjang hayat ini seolah memberikan pengertian bahwa pendidikan tidak identik dengan lingkungan sekolah saja, tetapi juga dalam lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat.
ADVERTISEMENT
Namun, dari seluruh yang tadi telah dijelaskan terkait pendidikan dan pengajaran ini, masih saja banyak terjadi bias(prasangka-prasangka) yang dilontarkan oleh para masyarakat terutama masyarakat awam terhadap para pengampu pendidikan(terutama pendidikan tinggi atau Universitas). Yang mana banyak berkeliaran spekulasi-spekulasi(anggapan) yang mengatakan bahwa "Semakin tinggi sekolahnya, akan semakin besar penghasilan yang harus didapatkan!" dan bahwasanya apabila gaji atau pengahasilan yang didapatkannya itu rendah, maka pendidikan yang dienyamnya dianggap sia-sia.
Dari sini kita ketahui, bahwasannya masih banyak di luaran sana masyarakat(terutama awam) yang masih memandang pemenuhan pendidikan dan pengajaran hanya dilihat dari segi material semata, atau hanya dari segi seberapa banyak penghasilan yang dapat dia hasilkan dari pendidikan tinggi yang dia enyam. Masih banyak masyarakat umum yang berpandangan bahwa mengenyam pendidikan setinggi-tingginya hanya untuk sekedar memenuhi kebutuhan material semata, tanpa memandang pada kebutuhan manusia akan ilmu itu sendiri. Mengapa masih saja jadi standar:
ADVERTISEMENT
Padahal sebagaimana telah kita jelaskan pada paragraf-paragraf sebelumnya bahwasanya, tujuan utama dari pendidikan bukan hanya sekedar dari segi pemenuhan material semata(sebatas besaran gaji), akan tetapi lebih dari itu. Pendidikan berperan sebagai tonggak awal terciptanya keadilan bagi seluruh masyarakat. Dikarenakan sebagaimana telah disebutkan di awal, dengan pendidikan manusia menjadi tahu kebenaran akan sesuatu. Oleh karena itu benarlah apa yang dikatakan oleh Tan Malaka terkait pendidikan ini, bahwasanya:
Oleh karena itu, harapan kedepannya terkait pendidikan dan pengajaran ini, tidak ada lagi masyarakat yang beranggapan bahwa pendidikan hanya sebagai alat pemenuh kepuasan material semata. Akan tetapi harapannya masyarakat lebih aware dan peduli terhadap pendidikan dan pengajaran yang ada, agar kedepannya pendidikan ini sebagaimana telah dikatakan Tan Malaka tadi yakni benar-benar dapat dimaksimalkan untuk mempertajam kecerdasan, memperkukuh kemauan, dan memperhalus perasaan. Dengan begitu akan terciptalah masyarakat yang berbudi luhur serta memiliki kualitas sumber daya yang mumpuni dan bertanggung jawab atas peranannya dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
ADVERTISEMENT