Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Kaum Terpelajar Di Era Disrupsi Media Sosial
8 Februari 2024 8:09 WIB
Tulisan dari Resna Sollehudin tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Apa jadi-nya jika para pemuda dan para kaum terpelajar malah menjadi terbawa oleh arus perkembangan zaman, kemudian tidak dapat berpikir secara rasional dan lebih mengedepankan perasaan dan hal-hal yang sifat-nya sangkaan?
ADVERTISEMENT
Hal yang paling mengkhawatirkan kedepan-nya adalah, tidak akan ada lagi munculnya para cendekiawan-cendekiawan yang mengkhawatirkan dan peduli akan fenomena-fenomena perubahan yang sifat-nya negatif serta merusak (Destruktif). Yang mana hal ini kian hari kian banyak bermunculan di tengah-tengah masyarakat, Baik masyarakat perkotaan, pedesaan, orang pinggiran, kuli bangunan, pegawai kantoran, sektor pemerintahan, orang tidak berpendidikan, bahkan muncul hingga pada para kalangan cendekiawan sekalipun.
Apakah masih akan ada orang-orang yang peduli serta mau benar-benar memikirkan hal-hal di atas tersebut? Apakah masih akan ada orang-orang yang mau secara sadar dan secara keterpanggilan jiwa-nya bersedia memantik akan fenomena-fenomena perubahan yang sifat-nya destruktif tersebut seperti di atas? Saya khawatir akan semakin sedikit orang-orang yang berpandangan murni demikian.
ADVERTISEMENT
Dikarenakan semakin berkembang-nya zaman serta semakin gencar dan masif-nya pengaruh media sosial dalam kehidupan kekinian, hal tersebut juga akan berdampak pada penurunan minat serta ketertarikan para generasi muda dan kaum terpelajar untuk membahas, mengkaji, serta meneliti akan hal-hal di atas tersebut.
Dampak dari pengaruh media sosial ini menjadikan mayoritas para kaula muda serta kaum terpelajar berpikiran hanya pada sebatas aspek popularitas serta nilai jual diri mereka di hadapan masyarakat umum.
Hal tersebut akan berpengaruh pada penurunan kinerja berpikir serta daya kritis para kaula muda dan kaum terpelajar dalam menguraikan masalah-masalah atau problem yang ada dan tersebar di masyarakat secara umum.
Hal ini makin dibuktikan dengan banyak-nya kaula muda yang memosting di media sosial baik terkait isu kekinian maupun masalah-masalah sosial yang sedang viral dengan tujuan hanya sekedar ikut-ikutan. Lalu pertanyaan-nya atas dasar apa mereka melakukan hal-hal tersebut? Apakah murni dari hati nurani? atau-kah hanya agar kelihatan eksis di panggung duniawi?
ADVERTISEMENT
Memang kita tidak dapat menyalahkan. Dilain sisi jika tidak ada yang menyerukan, hal tersebut akan berdampak pada tertimbun-nya pemberitaan. Namun bukankah jika hanya sebatas seruan yang sifat-nya ikut-ikutan apalagi tujuan-nya hanya untuk mencari panggung duniawi tanpa didasari aksi nyata untuk melakukan perubahan ke arah kebaikan, hal tersebut sama dengan kebohongan?
sebagaimana perkataan seorang penulis asal Inggris, George Bernard Shaw;
Oleh karena itu, di era yang semakin gencar-gencarnya penggunaan media sosial ini. Para kaula muda dan kaum pelajar dituntut bagaimana cara-nya supaya mereka dapat peka serta prihatin terhadap permasalahan-permasalahan yang muncul di tengah masyarakat saat ini.
Harapan-nya para kaula muda terkhusus-nya para kaum terpelajar tidak hanya sekedar ikut-ikutan menyerukan tanpa ada-nya aksi nyata untuk melakukan perbaikan, apalagi hanya sekedar untuk mencari atensi supaya dikatakan seorang penyeru keadilan!
ADVERTISEMENT
Namun kaula muda terkhusus-nya kaum terpelajar harus benar-benar intens ikut terlibat, bukan hanya sekedar seruan tapi benar-benar menjadi pionir terdepan dalam melakukan aksi nyata untuk memberantas segala macam polemik-polemik yang tersebar di lingkungan masyarakat secara keseluruhan.