Konten dari Pengguna

Demokrasi ala Timnas Argentina, Messi Juru Selamat dan Sumber Kiamat

Irawan Aji
Cuma Seorang Pemahat Teks dari Lembah Kelud
23 Juni 2018 3:04 WIB
clock
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:19 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Irawan Aji tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Messi pada laga bersama Argentina. (Foto: Maxim Shemetov/Reuters)
zoom-in-whitePerbesar
Messi pada laga bersama Argentina. (Foto: Maxim Shemetov/Reuters)
ADVERTISEMENT
Jika ada pepatah bilang, apapun yang dimakan, minumnya tetap.... air putih (hmmehehehehh), maka menyangkut timnas Argentina bisa dipepatahkan begini: apapun hasilnya, sosok Lionel Messi tetap jadi fokus sorot kameranya.
ADVERTISEMENT
Sayangnya, secara taktik di atas lapangan, hubungan timnas Argentina dan Messi lumayan runyam. Susah mendapatkan hasil yang diharapkan. Cuma emas olimpiade 2008, dan 3 kali runner-up di kompetisi mayor (Copa Amerika dan World Cup)
Beda nasib dengan si klub Catalan Barcelona, yang punya chemistry bak hubungan otak dan kecerdasan. Sampai-sampai Guardiola, sewaktu sudah menangani City, masih penasaran dengan isi otak Messi.
"Messi adalah salah satu atlet paling berbakat dan istimewa sepanjang masa. Seluruh dunia mengharapkan agar dia mencetak dan mengkreasikan masing-masing tiga gol. Pemain lain menyadari ketergantungan terhadap Messi. Saya ingin memasuki otaknya dan mencari tahu bagaimana dirinya mengatasi tekanan, baik di Barcelona, maupun timnas Argentina" kata Pep dikutip dari Football-Espana (09/06/2017)
ADVERTISEMENT
Relasi Guardiola dan Messi, bisa jadi role model bagaimana membangun permainan tim dengan sosok La Pulga di dalam sistem permainannya. 211 gol serta 96 assist, ikhlas dipersembahkan Messi untuk Guardiola sewaktu di Barca. Jadi pertanyaan mendasar: Guardiola yang pintar, atau Messi yang hebat? Bijak jika jawabannya adalah, Guardiola memang pintar menempatkan kehebatan Messi.
Kecermelangan Messi di Barcelona, Adalah Pisau Bermata Dua buat Timnas Argentina
Mesin gol Barcelona, Lionel Messi. (Foto: Reuters/Miguel Vidal)
zoom-in-whitePerbesar
Mesin gol Barcelona, Lionel Messi. (Foto: Reuters/Miguel Vidal)
Kesimpulan di atas mungkin saja mampu menjawab pertanyaan yang membuat pusing setiap pelatih, yang ditunjuk menukangi timnas Argentina. Tak terkecuali Jorge Sampaoli. Cobalah dengar komentarnya setelah dilumat Kroasia 0-3 ini, di mana Sampaoli mengakui ketidak-pintarannya sendiri.
"Dengan realita skuat Argentina, hal itu menutupi kecemerlangan Messi. Dia (Messi) terbatasi karena tim tidak padu dengan dia secara ideal, seperti yang seharusnya. Sebagai pelatih, kami memang perlu menghadapi hal ini."
ADVERTISEMENT
"Saya selalu mencari posisi terbaik untuk para pemain saya di atas lapangan. Kami tidak mampu menemukan penghubung yang akan menguntungkan Argentina dan Leo," komentar minor Sampaoli. Dikutip dari Fourfourtwo (22/06)
Komentar lumayan miris bukan? Dengan bahasa lain, Messi itu bisa bernilai lebih besar dari timnas Argentina. Kehebatannya harus diakomodir, pemain lain harus menyesuaikan. Pantas saja dari saat kualifikasi zona CONMEBOL, Argentina tercatat sudah memanggil nama 51 pemain dan 3 pelatih, untuk dibongkar pasang di fase itu. Angka tertinggi dari negara peserta yang lain.
Kesimpulan sederhananya, sinar Messi di Barcelona memang menyilaukan. Pelatih Albiceleste era Messi dibuat kurang fokus mengkreasi timnas Argentina secara tim, dan cenderung sibuk mengakomodir kehebatan 'sang juru selamat' bernama Messi.
ADVERTISEMENT
Maka, konsekuensinya, Messi adalah sumber kiamat jika deretan pelatih Argentina gagal pintar layaknya otak Guardiola. Messi-Dependence, atau ketergantungan berlebihan pada Messi, tidak berujung pada sistem permainan yang bisa diandalkan.
Jorge Sampaoli di latihan Argentina. (Foto: REUTERS/Albert Gea)
zoom-in-whitePerbesar
Jorge Sampaoli di latihan Argentina. (Foto: REUTERS/Albert Gea)
Jika Argentina hebat, pujilah Messi sang juru selamat. Jika kolaps, siapa lagi yang lebih dahulu dihujat kalau bukan Messi sang sumber kiamat. Walhasil, Timnas Argentina sudah macam konsep demokrasi Abraham Lincoln saja. Dari Messi, oleh Messi, untuk Messi.
Yang lain hanya deretan patung kayu, termasuk barisan pelatih era Messi, seperti Jorge Sampaoli dan para pendahulunya. Kapan berakhirnya? Ketika sepak bola Argentina sudah tak merasa hutang Piala Dunia lagi kepada seorang Lionel Messi.
Terakhir, jangan lupa partai hidup mati antara Argentina vs Nigeria di penyisihan grup D Rusia 2018. Di laga itu, akan diputuskan sebuah peran besar untuk Messi di timnas Argentina sekali lagi. Jadi juru selamat atau sumber kiamat.
ADVERTISEMENT
Referensi:
football-espana.net, fourfourtwo.com, transfermarkt.com