Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Rumini, Ketika Kematiannya Tak Sesederhana Namanya
13 Desember 2021 16:23 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Irawan Aji tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Rumini, dia anak perempuan 28 tahun dari desa Curah Kobokan, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang. Rumini sembari memeluk ibunya, Salamah, mereka berdua meregang nyawa saat gunung Semeru memuntahkan material vulkanik beberapa waktu yang lalu, Sabtu, 4 Desember 2021.
ADVERTISEMENT
Meski skala viralitasnya berangsur meredup, entah nama Rumini masih menancap misterius di sela-sela rongga keruwetan pikiran saya.
Rumini, mungkin nama yang terdengar sederhana di telinga kita. Namun cerita kematiannya terdengar seperti lonceng berbunyi nyaring, mengusik nilai dasar kemanusiaan kita. Yang mungkin saja kita lupa.
Bersama Salamah, ibundanya yang saat itu terbaring sakit. Akhirnya mereka berdua ditemukan tim penyelamat dalam kondisi meninggal. Tertimbun material rumah dan erupsi, dengan posisi berpelukan.
Pantauan di ranah maya beberapa saat ketika itu, siapa yang tak teriris hatinya melihat kematian Rumini lalu menyampaikan banyak hal mengenai bela sungkawa disertai doa-doa?
Salah satu gambar ilustrasi yang viral di postingan media sosial, menggambarkan kepiluan Rumini-Salamah lewat adegan heroik dengan caption, "Rumini, Dia yang dirindukan Syurga"
Caption pada ilustrasi Rumini-Salamah yang viral itu susah dikatakan hanya datang dari emosi spontan sang ilustrator. Dengan kematian yang tidak sesederhana namanya (Rumini), kita seakan-akan diajak berada ke tempat dimana Rumini dan ibunya meregang nyawa.
ADVERTISEMENT
Saat suara menggelegar dari Semeru disertai abu vulkanik dan awan panas menerjang. Kepanikan luar biasa orang-orang di sekitar karena waktu yang sangat singkat untuk lari menyelamatkan diri.
Pada kondisi inilah pilihan hidup dan mati ditentukan. Dan tepat pada saat inilah, ego manusia dipertaruhkan.
Rumini mungkin saja punya kesempatan untuk sesegera mungkin menyelamatkan diri. Ibunya pun kemungkinan besar tak mau sang anak turut menjadi korban dan menyuruh Rumini lari menjauh.
Atau ada kemungkinan lain di benak paling dalam hati seorang Rumini? Apakah dia berfikir dengan mendekap ibunya yang terbaring sakit, akan mampu menyelamatkan nyawa mereka berdua?
Albert Einstein pernah mengatakan jika Intuisi adalah hasil dari pengalaman dan pengetahuan yang dirasakan sebelumnya. Hal tersebut otomatis akan direkam dalam memori kesadaran, dan akan terakumulasi membentuk pikiran bawah sadar.
ADVERTISEMENT
Pikiran bawah sadar akan seringkali mengambil peran ketika keadaan terdesak, apalagi ketika menyangkut keselamatan. Menyangkut keselamatan sendiri, ataupun keselamatan seseorang yang punya hubungan bernilai dengan dirinya.
Intuisi yang telah lama terpendam ini akhirnya akan dimunculkan secara otomatisbdalam tindakan nyata. Tentu, dalam keadaan yang tidak pernah diduga semua manusia.
Itulah Rumini, gadis desa dengan nama sederhana, yang meregang nyawa dengan proses luar biasa. Intiusinya terhadap orang yang dicintai, telah mengendap lama.
Tak perlu logika rumit untuk mengambil keputusan. Sehingga di sebuah petang yang tak diinginkan semua orang, yang dia tahu hanya kalimat, "cinta pada ibunda".
Pertanyaannya, intuisi macam apa yang akan dimunculkan jika seorang Rumini itu adalah saya atau anda?