Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.1
Konten dari Pengguna
Politisasi Agama dan Hoax Pemerintah Memusuhi Umat Islam
2 Januari 2018 16:47 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:12 WIB
Tulisan dari Songko Wiryosudarmo tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Meski telah difatwakan "Haram" oleh Majelis Ulama Islam (MUI), politisasi agama tampaknya belum akan surut pada tahun politik mendatang.
ADVERTISEMENT
Penggunaan agama untuk kepentingan politik diduga akan tetap digunakan sebagai strategi utama oleh pihak-pihak yang tak bertanggung jawab dalam menghajar lawan-lawan politiknya dalam Pilkada serentak 2018 dan Pilpres 2019.
Sinyal itu terlihat dari beredarnya tulisan-tulisan provokatif yang menggunakan sentimen agama untuk menyudutkan partai-partai pendukung pemerintahan, terutama PDIP. Seperti artikel yang ditulis oleh Faizal Assegaf dan tersebar di media sosial akhir-akhir ini.
Dalam artikel yang berjudul "Ketua Progress 98: Gelombang Besar Tablik Akbar Garut Memicu Kepanikan PDIP", Ketua Progress 98 itu menyatakan bahwa melalui tabligh akbar di Garut, umat Islam telah terkonsolidasi untuk melawan PDIP.
Hal tersebut karena partai berlambang moncong banteng itu dinilai oleh Faizal Assegaf telah banyak melukai hati umat Islam, juga terlihat secara getol memusuhi para ulama. Misalnya, dengan mengusung calon gubernur 'penista agama' di DKI Jakarta.
ADVERTISEMENT
Kemudian, menurutnya, dilanjutkan dengan pengesahan UU Ormas, serta melakukan kriminalisasi para ulama pendukung aksi 212.
Walhasil, PDIP ditempatkan sebagai barang haram dan menjadi musuh bersama mayoritas umat Islam. Bila gerakan tersebut membesar, maka PDIP dipastikan akan 'rontok' pada Pilkada serentak dan Pilpres tahun depan.
Tulisan seperti itu banyak disebarkan oleh portal berita abal-abal, seperti tribunislam.com, republikin.com, atau blog-blog yang tak kredibel. Umumnya, portal berita tersebut tak mengikuti kaidah jurnalisme profesional. Dan dibuat hanya sebagai corong propaganda dan fitnah untuk menyudutkan lawan politiknya, seperti Presiden Jokowi atau PDIP.
Bila diperiksa dengan seksama, informasi yang disajikan oleh Faizal Assegaf dalam tulisan di atas dapat dipastikan banyak yang tidak sesuai dengan kenyataanya. Atau, sering disebut sebagai informasi Hoax.
ADVERTISEMENT
Misalnya, terkait tuduhannya bahwa PDIP memusuhi umat Islam atau pemerintahan Presiden Jokowi membenci ulama. Itu semua hanyalah fitnah, sekaligus informasi hoax untuk membangun opini negatif pada pemerintahan yang sah saat ini.
Faizal Assegaf sendiri memang kerap mengangkat isu-isu kontroversial untuk menyudutkan pemerintah tanpa dasar yang jelas. Biasanya tanpa bukti yang valid dan obyektif. Hanya sekadar pandangan subyektif saja.
Padahal caranya berpropaganda dengan mengangkat isu SARA dan sentimen agama untuk kepentingan politik itu bisa mengancam persatuan dan kesatuan bangsa. Karena dapat mengadu domba masyarakat atas pilihan politiknya.
Seharusnya momen tahun politik itu diisi dengan kontestasi politik yang sehat, melalui kompetisi program kerja dan kampanye yang positif. Bukan justru saling menjatuhkan dengan sentimen agama.
ADVERTISEMENT
Pihak-pihak yang berkampanye dengan isu agama menunjukkan imajinasi dan visi politik yang dangkal, sekaligus mengkhianati cita-cita pendiri bangsa, dengan disadari atau tidak oleh mereka.
Kita sebagai warga negara yang bertanggung jawab seyogyanya tak perlu terpengaruh dengan kampanye politik denga sentimen agama tersebut. Mari kita tinggalkan politisasi agama hanya untuk kepentingan politik sesaat.