Pascasarjana, dan Teman-teman Hebat di Universitas Paramadina

Soni Insan Bagus L
Eat. Pray. Football.
Konten dari Pengguna
29 November 2020 17:22 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Soni Insan Bagus L tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Logo Universitas Paramadina. Foto: dok. Universitas Paramadina
zoom-in-whitePerbesar
Logo Universitas Paramadina. Foto: dok. Universitas Paramadina
ADVERTISEMENT
Jurnal...jurnal... dan jurnal.
Beberapa bulan terakhir kepala ini hanya diisi oleh rancangan penelitian. Gak pernah terpikir sebelumnya kalau kehidupan pascasarjana bakal dipenuhi setumpuk tugas-tugas yang berbentuk jurnal.
ADVERTISEMENT
Well, coba melupakan dunia 'si kulit bundar' sejenak, di Minggu (29/11) sore yang sejuk ini, rasanya pas kalau meluangkan waktu untuk berbagi kisah tentang (hampir) satu semester menjadi mahasiswa pascasarjana di Universitas Paramadina.
Apa lagi, menjalani aktivitas di tengah pandemi corona itu unik. Banyak hal yang bisa dipelajari dari adanya wabah krisis kesehatan seperti sekarang.
---
Teman-teman hebat. Foto: dok. Nikky Sirait.
Melanjutkan studi ke jenjang S2 adalah salah satu keputusan terbesar dalam hidup ini. Terlebih, saya juga baru merampungkan studi S1 pada bulan Februari 2020.
Singkat cerita, usai melakukan pertimbangan panjang, dan proses 'bersemedi' yang cukup lama, saya bulatkan tekad untuk 'banting setir' dengan lanjut S2 Komunikasi di tahun yang sama. Padahal, sebelumnya saya merupakan sarjana Finance.
ADVERTISEMENT
Sebagai 'bocah' 23 tahun, yang juga baru meniti karier di dunia kerja, belajar bersama kakak-kakak senior di kelas bukanlah perkara mudah. Bercengkrama, berdiskusi, hingga mengimbangi pola pikir dengan mereka adalah sebuah tantangan tersendiri.
Kendati begitu, banyak hal yang bisa dipelajari selama kurang lebih satu semester belajar di kelas yang sama dengan teman-teman hebat ini.
Misalkan, gigihnya rekan sekelompok saya, Alvian, ketika bekerja. Beliau bisa pulang pukul 1 pagi dari kantor karena menyempatkan berdiskusi dengan saya untuk menyelesaikan tugas-tugas.
Lalu, ada Bro Kresna, Mas Febri, dan Mbak Dwi yang kerap memberi motivasi untuk segera menyelesaikan tugas-tugas. Ada juga Bro Adi yang sering memaparkan pandangan-pandangan berbeda tentang kehidupan.
Selain nama-nama di atas, ada Mas Nikky dan Mbak Niken yang sudah berkecimpung lama di dunia media. Mereka juga gak pelit, nih, bercerita tentang dunia media dari perspektif dan pengalaman pribadi.
ADVERTISEMENT
Di kelas ini juga ada Mbak Renata, Mbak Lydia, dan Mbak Cherly. Ketiganya kalau berdiskusi kritis banget. Buat saya, sih, opini-opini mereka adalah ilmu 'gratis' yang bisa dicuri.
Selanjutnya, ada teman-teman lain yang semangatnya juga patut diacungi jempol. Mereka adalah; Bro Idham, Mas Rifky, Mbak Puti, Mas Alam, dan Mas Amri.
Bro Alfian, Mbak Niken, Mas Nikky. Foto: dok. Prisca Niken
Menyoal kehidupan perkuliahan, jenjang S2 jelas berbeda jauh dengan tingkat S1. Menurut pandangan saya, selain dihadapkan dengan tugas-tugas berbentuk penelitian, sesi perkuliahan di S2 adalah wadah untuk berdiskusi dan bertukar pikiran.
Hal ini jelas berbeda dari jenjang S1, di mana saat itu kita hanya mengerjakan tugas, mengejar nilai, dan lulus tepat waktu. Yes, S2 menuntut kita untuk berpikir kritis alih-alih hanya mengejar angka dalam kalkulasi IPK.
ADVERTISEMENT
Beruntungnya, kelas ini dihuni teman-teman hebat seperti yang disebutkan di atas. Mereka-mereka inilah yang mungkin tanpa mereka sadari, ikut berperan dalam membentuk pola pikir saya menjadi lebih dewasa.
Anyway, jelang berakhirnya semester pertama ini, saya cuma bisa berterima kasih kepada rekan-rekan semua. Kalian hebat, semoga kita bisa lulus tepat waktu nanti bersama-sama.
Oh, iya. Besok sudah hari Senin (lagi), ya. Jangan lupa, penelitian kalian sudah sampai mana, nih?
---