Konten dari Pengguna

Ujian Kehidupan Bernama Sidang Skripsi

Soni Insan Bagus L
Eat. Pray. Football.
13 Februari 2021 13:17 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Soni Insan Bagus L tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Usai sidang. Foto: dok. pribadi.
zoom-in-whitePerbesar
Usai sidang. Foto: dok. pribadi.
ADVERTISEMENT
Dua belas bulan ke belakang memang agaknya terasa begitu cepat. Entah perasaan gua doang, atau memang si virus sialan ini membikin detik demi detik semakin mudah dilewati.
ADVERTISEMENT
---
Beberapa hari ini ingatan gua memaksa memutar ulang memori satu tahun lalu. Yang kala itu, gua dihadapkan dengan fase akhir sebagai seorang mahasiswa: sidang akhir skripsi.
Gua ingat betul--dan akan selalu diingat--, hari itu, Jumat 14 Februari 2020, persisnya. Sidang skripsi gua dijadwalkan di hari itu, usai Salat Jumat.
Setelah di malam harinya gua memilih untuk santuy, dengan gak memikirkan persoalan skripsi sama sekali--karena sudah disiapkan jauh-jauh hari--, pagi hari gua terbangun lebih awal, sebab tidur yang tak nyenyak.
Ternyata, perasaan gua saat itu memang gak bisa dibohongi: panik, cemas, sekaligus excited.
Akhirnya, gua memulai hari dengan perasaan yang amat 'aneh'. Ya, aneh. Perasaan yang gua ingat betul sampai detik ini. Gak bisa gua deskripsikan secara detail, yang jelas, pagi itu rasanya begitu aneh.
ADVERTISEMENT
Setelah memastikan semuanya sempurna, pukul 8 pagi gua bergegas pergi ke tempat gua disidang. Supaya pikiran lebih tenang, gua putuskan mampir sebentar ke Masjid, untuk Salat Dhuha.
Bukannya sok alim, tapi, ya, itu tadi: ''pagi itu terasa begitu aneh''.
Sepanjang perjalanan ke kampus, adrenalin gua semakin terpacu. Pikiran campur aduk, pengin gua skip rasanya hari itu.
Setelah menempuh sekitar 1,5 jam perjalanan, akhirnya sampai juga ke tempat di mana gua bakal diadili, Binus University Alam Sutera. Di situ, gua langsung bergabung 2 rekan gua yang juga bakal diadili hari itu. Jordy dan Rudy, namanya.
Gua, Angelica, Rudy, dan Jordy. Foto: dok. pribadi
Kami bertiga punya waktu luang yang cukup sebab kami datang amat pagi. Ternyata, perasaan 'aneh' bukan cuma menghantui gua, mereka pun serupa.
ADVERTISEMENT
Candaan kami tak seperti biasanya, tertawa juga terkesan dipaksakan. Sesantuy-santuynya kami soal kuliah, gak bisa dipungkiri kami bertiga amat cemas hari itu. Culun? Memang.
Berjam-jam kami bercengkrama, topiknya, ya, seputar nasib kami beberapa waktu ke depan. Tak terasa, matahari sudah di atas kepala, hari semakin siang, waktu diadili semakin dekat.
Akhirnya kami beberes, berdoa bersama. Sebagai Muslim, gua tunaikan kewajiban Salat Jumat dahulu, sementara mereka, juga berdoa dengan ajaran mereka masing-masing--indahnya perbedaan.
Lima belas menit jelang disidang, Rudy membuka laptopnya tuk pastikan file presentasi sudah sempurna. Sempat diwarnai masalah kecil, akhirnya beres dan kami bergegas naik ke Gedung C.
Di sana, kami sempat di-briefing sejenak menyoal tata cara berjalannya sidang. Rudy disidang pertama, gua kedua, dan Jordy ketiga.
ADVERTISEMENT
Buat gua, sih, skema ini amat menguntungkan.
Akhirnya, masuklah si Rudy ini dengan gayanya yang sok santuy. Padahal, gua tahu betul dia sedang panik.
Dua puluh menit, setengah jam, gua dan Jordy di luar cuma bisa berdoa. Entah apa yang Rudy alami di dalam, kami berdua sudah pasrah.
Sekitar satu jam, Rudy akhirnya ke luar dengan senyum sumringah. Bener-bener positif auranya. Belakangan gua tahu, ia ternyata berbohong.
Sampailah pada giliran gua. Gua masuk, beri salam dan segera menyiapkan segalanya. Ada 3 hal yang jadi bekal gua saat itu: file presentasi, robekan kertas berisi poin-poin yang akan dipresentasikan, dan lembar skripsi itu sendiri.
Setelah semua beres, gua mulai mempresentasikan apa yang sudah gua kerjakan satu semester ke belakang.
ADVERTISEMENT
Ndilalah, saking paniknya, robekan kertas itu malah gua tinggalkan di sebuah meja. Namun ternyata, itu gak berdampak banyak. Intinya, selama kita kuasai materi yang kita kerjakan, niscaya, justru lebih mudah kita presentasikan tanpa embel-embel 'bantuan'.
Presentasi berjalan apik, sesuai rencana. Sampailah pada sesi tanya-jawab. Tim dosen mulai mencorat-coret beberapa bagian, serangan-serangan mulai mereka lancarkan.
Beruntungnya, gua pakai strategi offside trap. Dua centre back bersamaan dengan dua wing-back di sisi kanan dan kiri, gua naikkan saat tim dosen lakukan umpan penetrasi.
Hehe, bercanda dikit.
Intinya, sih, saat itu gua merasa terpojokkan. Tim dosen berhasil menyudutkan gua dengan beberapa pertanyaan-pertanyaan pamungkas. Akhirnya, gua ke luar dengan wajah tertunduk lesu.
Nah, di sinilah gua dan Rudy mulai berbagi cerita. Sementara, Jordy, masuk ke ruang investigasi.
Maap burem.. gak nemu foto aslinya. Foto: dok. pribadi.
Setelah mendengar cerita Rudy, ternyata ia juga mengalami hal serupa. Dia bohong dengan berpura-pura senang setelah ke luar ruangan supaya gua dan Jordy bisa santuy. Tumben.
ADVERTISEMENT
Saat itu, sembari menunggu Jordy, gua dan Rudy sudah pasrah. Entah apa yang bakal jadi takdirnya nanti, kami sudah berserah diri. Bahkan, kami sudah menghitung-hitung budget andai harus sidang ulang atau yang terburuk: mengulang skripsi tahun depan.
Satu jam berlalu, Jordy akhirnya membuka pintu dengan wajah lesu. Kami semakin yakin bahwa 'ada yang gak beres'. Setelah itu, tim dosen memanggil kami bertiga. Lagi-lagi, mereka masih mengkritik skripsi kami. Pasrah.
Satu persatu dari kami dibacakan hasil akhirnya. Alhamdullilah, kami bertiga berhasil lulus dengan nilai yang memuaskan. Terbayar sudah upaya mati-matian 6 bulan ke belakang.
Well, gua bisa ambil kesimpulan, serangan demi serangan yang dilancarkan di kala sidang, hanyalah psywar belaka. Hal itu memang harus ada sebagai bumbu renyah yang jadi bekal kita menuju kehidupan sesungguhnya.
ADVERTISEMENT
Jikalau kita yakin dengan apa yang kita susun, dan sesuai dengan arahan-arahan yang diberikan, Insya Allah semua akan berjalan sebagaimana mestinya.
Akhirnya, gua berhasil menutup hari itu dengan apik. Setelah merayakan bersama teman-teman, sesampainya di rumah, gua cuma bisa bersyukur tentang apa yang sudah terjadi hari itu.
Thank God, satu (lagi) ujian kehidupan berhasil gua lewati.
---
Honorable Mention:
Angelica Christiana W - Binusian 2020 yang jadi aktor penting di balik keberhasilan ini.