Konten dari Pengguna

Employer Branding dan Work-Life Balance: Mengurangi Turnover Gen Z di Medan

Sonia Yulita Putri Purba
Mahasiswa Universitas Katolik Santo Thomas Medan
15 Desember 2024 1:11 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sonia Yulita Putri Purba tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
           Ilustrasi Work-Life Balance (https://pixabay.com)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Work-Life Balance (https://pixabay.com)
ADVERTISEMENT
Di era digital ini yang semakin mengutamakan keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi, serta pencarian makna dalam pekerjaan, Generasi Z menjadi kelompok yang sangat selektif dalam memilih tempat kerja. Mereka tidak hanya mencari gaji yang kompetitif, melainkan sebuah perusahaan yang dapat memenuhi harapan mereka dalam hal kesejahteraan, nilai-nilai, dan budaya kerja. Bagi mereka, nilai perusahaan, kesempatan untuk berkembang, serta keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi menjadi faktor penentu apakah mereka akan bertahan atau memilih untuk pindah ke tempat kerja lain. . Di kota medan, yang merupakan salah satu kota besar dengan sektor ekonomi yang terus berkembang, penting bagi perusahaan untuk memahami bahwa employer branding dan work-life balance bisa menjadi kunci untuk mengurang turnover intention ( keinginan untuk keluar dari perusahaan ) di kalangan Generasi Z. Dua elemen ini, apabila dijalankan dengan baik, akan meningkatkan job satisfaction yang pada gilirannya akan menurunkan tingkat turnover intention.
ADVERTISEMENT
Generasi Z akan menjadi seorang karyawan pada sebuah perusahaan. Generasi Z akan melatih dirinya menjadi karyawan yang memiliki motivasi yang tinggi, komitmen, dan antusias karena karyawan akan terlibat dalam kesuksesan dan daya saing perusahaan. Peran karyawan dalam sebuah perusahaan sangat penting, maka dibutuhkan karyawan yang memiliki pengetahuan luas dan tekad untuk memajukan perusahaan. Oleh karena itu, peningkatan standar kualitas pada perusahaan sangat penting. Karyawan juga terlibat dalam pengelolaan keterkaitan sumber daya manusia dan juga aktivitas lainnya.
Pengelolaan sumber daya manusia mungkin dengan mudah dikembangkan dengan adanya pelatihan pengembangan pengetahuan karyawan. Dengan adanya employee engagement, maka karyawan akan lebih produktivitas dalam mengerjakan pekerjaan mereka, jika produktivitas karyawan semakin tinggi maka profitabilitas Perusahaan pun nantinya akan meningkat juga (Sihotang, H,et al., 2024).
ADVERTISEMENT
Employer Branding: Citra Positif yang Menarik Generasi Z
Employer branding atau citra Perusahaan sebagai tempat kerja adalah faktor utama yang memengaruhi Keputusan Generasi Z dalam memilih pekerjaan. Menurut Citta, A. B., Brasit, N., Hamid, N., & Yusuf, R. M. (2020) menyatakan bahwa employer branding adalah sebuah konsep yang bisa diterapkan di dalam sebuah perusahaan untuk membuat para pekerja atau karyawan nyaman dan merasa perusahaan tesebut adalah tempat yang baik untuk bekerja. Mereka tidak hanya mencari pekerjaan sesuai keterampilan dan pendidikan mereka, melainkan karena ingin bekerja di Perusahaan yang memiliki nilai-nilai yang mereka anut. Dalam hal ini, generasi muda lebih sensitif terhadap isu-isu sosial, seperti keberagaman, keberlanjutan, dan tanggung jawab sosial perusahaan.
ADVERTISEMENT
Citra positif dalam employer branding menjadi daya tarik utama bagi generasi Z. Perusahaan yang ingin menarik mereka harus menonjolkan komitmen terhadap inovasi, keberlanjutan, inklusivitas, dan tanggung jawab sosial. Generasi Z cenderung memilih perusahaan-perusahaan yang memiliki visi yang sejalan dengan nilai pribadi mereka. Mereka ingin bekerja di organisasi yang tidak hanya berorientasi pada profit, tetapi juga memberikan dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan. Generasi Z menghargai lingkungan kerja yang memungkinkan mereka menyeimbangkan kehidupan pribadi dan profesional, serta memberikan ruang untuk berkembang. Fasilitas seperti pengaturan kerja fleksibel, program pengembangan karier, dan budaya kerja yang inklusif akan membuat Perusahaan lebih menarik di mata mereka.
ADVERTISEMENT
Citra positif dalam employer branding bukan hanya startegi untuk menarik generasi Z, tetapi juga investasi jangka panjang dalam menciptakan tenaga kerja yang loyal dan produktif. Perusahaan yang mampu memahami kebutuhan generasi ini dan menciptakan lingkungan kerja yang sesuai dengan ekspektasi mereka tidak hanya akan mendapatakan talenta terbaik, tetapi juga memperkuat reputasi di pasar tenaga kerja.
Employer Branding: Membangun citra positif Perusahaan
Employer branding pada dasarnya adalah sebuah konsep yang bisa diterapkan di dalam sebuah perusahaan untuk membuat para pekerja atau karyawan nyaman dan merasa Perusahaan tersebut adalah tempat yang baik untuk bekerja. Generasi Z memilki nilai yang lebih kuat terhadap transparansi, keberagaman, dan keberlanjutan. Oleh karena itu, Perusahaan yang memilliki employer branding yang konsisten dengan nilai-nilai tersebut cenderung lebih mudah mendapatkana loyalitas dari generasi muda. Sebaliknya, Perusahaan yang gagal membangun citra positif dapat berisiko kehilangan talenta-talenta muda yang cerdas, yang sangat berpotensi untuk mencari peluang yang lebih sesuai dengan harapan mereka.
ADVERTISEMENT
Generasi Z sekarang lebih tertarik untuk melamar pekerjaan di Perusahaan yang memiliki reputasi yang baik dalam hal kebijakan kerja, kesempatan pengembangan, dan kesejahteraan karyawan. Dengan kata lain, employer branding yang baik dapat mengurangi turnover intention, karena karyawan merasa lebih dihargai dan diterima di tempat kerjanya.
Work-Life Balance: Keseimbangan yang Meningkatkan Kepuasan Kerja
Menurut Sihotang, H,et al., (2024) selain employer branding, faktor lain yang tidak kalah penting dalm mengurangi turnover intention adalah work-life balance. Generasi Z dikenal memiliki prioritas yang lebih tinggi terhadap kehidupan pribadi dibandingkan dengan generasi sebelumnya. Mereka tidak hanya mencari pekerjaan yang menguntungkan, tetapi juga pekerjaan yang memungkinkan mereka untuk memiliki kehidupan yang seimbang di luar pekerjaan.
ADVERTISEMENT
Di kota medan, banyak Perusahaan yang mulai menyadari pentingnya memberikan fleksibilitas dalam jam kerja dan kebijakan cuti yang memungkinkan karyawan untuk menjalani kehidupan pribadi mereka tanpa merasa tertekan oleh tuntutan pekerjaan. Perusahaan yang menyediakan program fleksibilitas seperti remote working, cuti melahirkan, dan kebijakan wellness yang mendukung, berpotensi besar untuk menjaga keseimbangan hidup karyawan mereka. Karyawan yang memiliki work-life balance yang baik cenderung lebih puas dengan pekerjaan mereka, lebih termotivasi, dan lebih kecil kemungkinannya untuk berpindah Perusahaan. Oleh karena itu, Perusahaan yang mengutamakan kesejahteraan karyawan dengan memberikan kesempatan untuk bekerja dengan cara yang fleksibel akan lebih mudah mempertahankan talenta mereka.
Job satisfaction: Jembatan antara employer branding dan turnover intention
ADVERTISEMENT
Semua upaya dalam employer branding dan work-life balance tidak akan berarti banyak tanpa mempertimbangkan job satisfaction atau kepuasan kerja. Job satisfaction adalah faktor penentu utama yang mempengaruhi apakah seorang karyawan akan bertahan atau memilih untuk pindah kerja. Bagi generasi Z di medan, yang sangat menghargai feedback dan pengakuan, Perusahaan perlu menciptakan lingkungan kerja yang memungkinkan mereka untuk merasa terlibat dalam proses pengambilan Keputusan dan memiliki kesempatan untuk berkembang. Kepuasan kerja yang tinggi dapat muncul jika Perusahaan tidak hanya memberikan kompensasi yang layak, tetapi juga mendukung karyawan dalam pencapaian tujuan pribadi dan profesional mereka.
Ketika employer branding dan work-life balance diterapkan secara efektif, maka dapat memperkuat job satisfaction (Sihotang, H,et al., 2024). Karyawan yang merasa dihargai melalui kebijakan yang mendukung keseimbangan hidup dan mendapatkan pengakuan melalui employer branding yang kuat, cenderung merasa lebih puas dengan pekerjaan mereka. Kepuasan kerja ini pada gilirannya akan menurunkan niat untuk pindah kerja atau turnover intention. Sebaliknya, jika karyawan merasa tidak puas dengan pekerjaan mereka, baik itu karena ketidaksesuaian dengan nilai Perusahaan, atau ketidakseimbangan antara kehidupan pribadi dan pekerjaan-mereka lebih cenderung mencari peluang di luar Perusahaan.
ADVERTISEMENT
Perusahaan di medan harus mulai menyadari bahwa menjadi talenta muda bukan hanya tentang memberi gaji yang tinggi, tetapi juga tentang membangun citra Perusahaan yang kuat dan menciptakan lingkuangan kerja yang seimbang dan menyenangkan. Hanya dengan demikian, Perusahaan dapat memastikan bahwa karyawan mereka, terutama Generasi Z, mereka puas dan memilih untuk bertahan lebih lama, sehingga mengurangi turnover intention dan menciptakan tim yang lebih solid dan produktif.