Konten dari Pengguna

Dari Buku ke Diskusi: Pilar Utama dalam Membangun Pemikiran Kritis Mahasiswa

Muhammad Sopiyan
Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Jakarta
8 Oktober 2024 15:50 WIB
·
waktu baca 3 menit
clock
Diperbarui 28 Oktober 2024 12:09 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Sopiyan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Dalam dunia akademis, kemampuan berpikir kritis merupakan salah satu kompetensi yang paling penting bagi mahasiswa. Pemikiran kritis tidak hanya mempengaruhi kualitas akademis saja, tetapi juga berperan penting dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah di kehidupan sehari-hari nantinya. Dua aktivitas yang sangat mendukung pengembangan pemikiran kritis adalah membaca dan berdiskusi. Kedua pilar ini saling melengkapi dan memberikan dasar yang kokoh bagi mahasiswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir secara analitis dan kreatif.
Sekelompok mahasiswa sedang mendiskusikan buku yang telah mereka baca, foto: milik pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Sekelompok mahasiswa sedang mendiskusikan buku yang telah mereka baca, foto: milik pribadi
Membaca adalah jendelanya ilmu pengetahuan. Melalui buku, artikel, dan berbagai sumber literatur lainnya, mahasiswa dapat mengakses informasi dan ide-ide baru yang memperluas wawasan mereka. Membaca bukan hanya sekadar aktivitas mengumpulkan fakta, namun lebih daripada itu, membaca yang kritis mengajarkan mahasiswa untuk menganalisis argumen, memahami konteks, dan menilai kredibilitas sumber informasi yang argumen orang lain.
ADVERTISEMENT
Ketika mahasiswa terlibat dalam membaca, mereka tidak hanya menyerap informasi, tetapi juga diajak untuk berpikir secara kritis. Mereka belajar bagaimana menyusun argumen, mempertanyakan asumsi, dan membangun pendapat yang didasarkan pada bukti. Proses ini mempersiapkan mereka untuk berpartisipasi dalam diskusi yang lebih mendalam dan berarti. Setelah membaca, langkah selanjutnya yakni berdiskusi.
Integrasi antara membaca dan berdiskusi menciptakan lingkungan belajar yang dinamis. Di dalamnya, mahasiswa dapat saling belajar, berbagi pengetahuan, dan mengembangkan ide-ide baru. Dengan cara ini, mereka tidak hanya menjadi konsumen informasi, tetapi juga produsen ide yang mampu berpikir kritis dan kreatif. Selain didalam lingkup yang formal, diskusi juga bisa dilakukan didalam lingkup yang nonformal, seperti di tongkrongan, warung kopi, angkringan dan lain sebagainya.
ADVERTISEMENT
Dari tulisan yang telah penulis paparkan diatas,penulis mengajak dan menghimbau kepada mahasiswa dan anak-anak muda bangsa agar senantiasa mau untuk membaca, mengingat dewasa ini negara kita Indonesia sangat minim literasi. Membaca dan berdiskusi juga merupakan dua pilar utama yang tidak dapat dipisahkan dalam membangun pemikiran kritis mahasiswa. Keduanya berkontribusi pada pengembangan keterampilan yang diperlukan untuk menghadapi tantangan di dunia akademis dan professional serta dalam upaya untuk mewujudkan Indonesia yang maju nantinya, jika hari ini anak muda bangsa malas membaca dan berdiskusi, jika hari ini anak muda bangsa hanya senang diam rebahan sambil bermain gadget, mau jadi apa Indonesia lima sampai sepuluh tahun kedepan.
Dengan membudayakan membaca dan diskusi di kalangan mahasiswa, kita tidak hanya menciptakan individu yang cerdas, tetapi juga pemikir kritis dan penegak-penegak keadilan muda yang siap menghadapi masa depan dengan percaya diri, akan terlahir Tan Malaka muda nantinya, akan lahir Sok Hoe Gie muda nantinya, dan akan lahir para pemimpin yang mampu dan berdaya saing didunia. Oleh karena itu, institusi pendidikan perlu mendorong kegiatan membaca dan diskusi sebagai bagian integral dari kurikulum mereka, sehingga mahasiswa dapat memaksimalkan potensi mereka dan berkontribusi secara positif di masyarakat. Mari bersama-sama kita nyalakan semangat membaca dan berdiskusi yang masif dan kita tularkan semangat ini kepada anak muda bangsa diseluruh Indonesia, kita bumikan gagasan dan kita bangun peradaban.
ADVERTISEMENT