Konten dari Pengguna

1001 Jalan Merintis Kewirausahaan Sosial

17 November 2017 20:18 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:14 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Soprema UGM tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
1001 Jalan Merintis Kewirausahaan Sosial
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Finalis SOPREMA 2016 setelah mengikuti field trip di Kedai Ice Cream OSIRIS karya penyandang disabilitas di Desa Sidomulyo, Bantul pada September tahun lalu.
ADVERTISEMENT
Yogyakarta – Banyak orang bercita-cita menjadi seorang wirausaha dengan berbagaimacam alasan, seperti memiliki waktu kerja yang fleksibel, tidak perlu berseragam ketika bekerja, dan dapat menciptakan lapangan pekerjaan bagi orang lain. Bagaimana dengan menjadi seorang wirausahawan sosial? Adakah orang yang mau melakukan bisnis dengan tujuan sosial sebagai misi utamanya?
Akhir-akhir ini di Indonesia banyak bermunculan pelaku usaha yang mengklaim dirinya sebagai wirausahawan sosial. Namun apakah benar bisnis yang mereka lakukan merupakan praktik kewirausahaan sosial?
Terdapat berbagai variasi praktik kewirausahaan sosial, seperti menjalankan usaha bisnis dengan mempekerjakan orang miskin, mengalokasikan beberapa persen dari keuntungan untuk kegiatan sosial (charity) atau menerapkan prinsip fair trade terhadap pemasok bahan mentah dan konsumennya.
Tidak ada yang salah dalam praktik-praktik kewirausahaan sosial tersebut. Hanya saja, adanya kegiatan pemberdayaan masyarakat perlu menjadi perhatian bagi para pelaku kewirausahaan sosial. Mardikanto (2012) menyebut bahwa proses pemberdayaan masyarakat merupakan upaya yang disengaja dilakukan untuk memfasilitasi masyarakat lokal dalam merencanakan, memutuskan dan mengelola sumberdaya lokal yang dimiliki melalui collective action dan networking sehingga pada akhirnya mereka memiliki kemampuan dan kemandirian secara ekonomi, ekologi dan sosial.
ADVERTISEMENT
Belajar dari cerita para peserta kompetisi Sociopreneur Muda Indonesia (SOPREMA) 2017, dapat diambil garis besar bagaimana cara menjadi seorang wirausahawan sosial.
Pertama, kenali persoalan sosial di sekitar mu. Siapa saja orang yang membutuhkan uluran tangan dan dapat diberdayakan. Ingat, menolong orang bukan memberikan apa yang mereka inginkan, tetapi apa yang mereka butuhkan.
Kedua, identifikasi potensi lokal yang ada di sekitar mu. Esensi dari pembangunan masyarakat adalah mengatasi persoalan yang ada dengan memberdayakan potensi yang ada.
Ketiga, rumuskan rencana bisnis sesuai dengan persoalan sosial, sasaran yang akan diberdayakan dan potensi lokal. Tentu saja dengan memperhatikan modal, kemampuan dan minat.
Keempat, rumuskan misi sosial yang akan diusung dan jadikan sebagai tag line. Misal, mengusung fair trade, pemberdayaan perempuan dsb.
ADVERTISEMENT
Kelima, mengkaji bisnis sosial serupa yang sudah ada. Lakukan replikasi atau inovasi (mengenali, menirukan, kemudian menambahkan).
Keenam, menjalin kerja sama dengan para pemilik modal dengan cara bekerjasama dengan crowdfunding, meminjam uang di bank atau mengikuti kompetisi kewirausahaan yang banyak diselenggarakan oleh pemerintah, sektor swasta maupun akademisi.
Ketujuh, jika mengalami kesulitan dalam pemasaran dapat menjalin kerja sama dengan usaha kewirausahaan sosial yang dapat memfasilitasi pemasaran produk. Misal, di dunia kewirausahaan sosial bidang pertanian dan ketahanan pangan dikenal JAVARA.
Harapannya kewirausahaan sosial yang dilakukan berkelanjutan. Misi sosial tercapai, perekonomian dan kapasitas sasaran yang diberdayakan meningkat, dan usaha bisnis semakin berkembang.
Ajang Kompetisi dan Expo SOPREMA yang setiap tahun diselenggarakan oleh Fisipol UGM, dapat dijadikan sebagai sarana untuk merintis kewirausahaan sosial. Tahun ini kompetisi SOPREMA memberikan kesempatan bagi 90 tim pelaku kewirausahaan sosial, kategori kick off dan start up, untuk berkompetisi memperebutkan dana pembinaan ratusan juta rupiah. Selain itu juga diberikan kesempatan bagi yang ingin belajar tentang kewirausahaan sosial dengan mengikuti seminar bertajuk “Aksi Pemuda untuk Indonesia” pada 12 Oktober 2017 dan expo produk-produk kewirausahaan sosial pada 10-12 Oktober 2017 di Grha Sabha Pramana, UGM.
ADVERTISEMENT
Penulis : Eka Zuni Lusi A, M.A Editor : Gilang Desti Parahita, M.A