Konten dari Pengguna

Soprema 2018 Hadirkan Program Inkubasi untuk Sociopreneur Muda Indonesia

29 September 2018 14:51 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Soprema UGM tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Soprema 2018 Hadirkan Program Inkubasi untuk Sociopreneur Muda Indonesia
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Dr. Imam Gunawan, MAP (Asisten Deputi Kewirausahaan Pemuda Kementerian Pemuda dan Olahraga RI), Dr. Erwan Agus Purwanto (Dekan FISIPOL UGM), Dr. M. Najib Azca (Direktur YouSure), dan Dr. Hempri Suyatna (Komite Pengarah Soprema 2018) berfoto bersama setelah membuka acara Inkubasi Tahap 1 di FISIPOL UGM, Selasa (25/9).
ADVERTISEMENT
Yogyakarta – Soprema kembali berinovasi untuk mengakselerasi pertumbuhan bisnis kewirausahaan sosial di seluruh penjuru Indonesia. Melalui program Inkubasi, Soprema berkomitmen untuk turut membantu pengembangan kewirausahaan sosial serta pendampingan bagi para sociopreneur muda Indonesia. Pelaksanaan Inkubasi terdiri dari 2 tahap, yaitu tahap pertama yang telah dilaksanakan pada 25-26 September 2018 kemarin dan tahap kedua yang akan dilaksanakan pada 13-14 November 2018 mendatang. Peserta terdiri dari finalis Soprema tahun 2016 & 2017, serta finalis kompetisi sociopreneur lain di tahun 2016 & 2017.
Kegiatan Inkubasi tahap 1 dibuka pada Selasa (25/9) kemarin di kampus FISIPOL UGM, dan resmi membuka gelaran Soprema tahun ini. Pembukaan Inkubasi tahap 1 dihadiri oleh Dr. Imam Gunawan, MAP (Asisten Deputi Kewirausahaan Pemuda Kementerian Pemuda dan Olahraga RI), Dr. Erwan Agus Purwanto (Dekan FISIPOL UGM), Dr. M. Najib Azca (Direktur YouSure), serta Dr. Hempri Suyatna (Komite Pengarah Soprema 2018).
ADVERTISEMENT
Melalui kesempatan ini, Erwan Agus Purwanto menyampaikan apresiasinya kepada Kemenpora atas dukungan ide serta pendanaan kegiatan Soprema. “Semoga pemerintah dapat tetap mendukung kemajuan sumber daya manusia Indonesia dengan program-program serupa,” ungkapnya.
Dr. Imam Gunawan, MAP kemudian menyampaikan bahwa Kemenpora selalu mendukung kegiatan-kegiatan sociopreneur anak bangsa. “Dalam sudut pandang pemerintah, keberadaan prakarsa bisnis menjadi sesuatu yang sangat dibutuhkan,” ungkap Imam. Lebih lanjut, ia menekankan bahwa para peserta inkubasi merupakan elemen yang mendukung kemajuan Indonesia agar lebih maju. “Peserta inkubasi dapat menjadi akar kesuksesan sociopreneurship Indonesia,” pungkas Imam.
Inkubasi hari pertama menghadirkan Rika Fatimah, tenaga ahli Dinas Koperasi UMKM DIY, sebagai mentor dalam sesi Social Mentoring. Hadir pula Andhika Mahardika, CEO Agradaya, untuk berbagi dalam Sharing Session. Kedua sesi tersebut diadakan di Ruang Sidang Dekanat FISIPOL UGM.
ADVERTISEMENT
Pada sesi Social Mentoring, Rika memberi contoh Semaul Undong di Korea Selatan dalam penjelasannya. Prinsip semangat gotong-royong dan berangkat dari komunitas kecil di sekitar, menginspirasi Rika untuk mencanangkan konsep G2R Tetrapeneur. G2R sendiri merupakan akronim dari Global Gotong Royong; di mana gotong royong dipadukan dengan paradigma global village. Tetrapeneur sendiri, sebagaimana dilansir dari laman Humas UGM, merupakan gerakan inovasi desa berbasis empat (tetra) pilar.
Selanjutnya pada sesi Sharing Session, Andhika membagi pengalamannya dalam mengelola Agradaya. Andhika bercerita bagaimana Agradaya hadir di tengah keprihatinannya terhadap budi daya sawit yang monokultur ternyata merusak ekosistem. Didukung data dari BPS mengenai jumlah luas pertanian dan ketertarikan generasi muda yang minim terhadap bidang pertanian, Agradaya akhirnya mengambil ceruk bisnis tersebut.
ADVERTISEMENT
Setelah sesi Social Mentoring danj Sharing Session, Inkubasi hari pertama ditutup dengan kegiatan Inspiring Session dan Malam Keakraban bagi para peserta, bertempat di University Club UGM. Inspiring Session diisi oleh Egar Putra Bahtera selaku CEO Chavelier, yang turut menjadi pelatih pada sesi Workshop Optimalisasi.
Kegiatan dilanjutkan pada Rabu (26/9) di Ruang Sidang Dekanat FISIPOL UGM. Sesi pertama diisi oleh Egar Putra Bahtera, CEO Chevalier. Egar, begitu ia biasa dipanggil, membuka sesi dengan menjelaskan perbedaan antara mentor dan fasilitator. Menurut Egar, peran mentor adalah menjawab pertanyaan, sementara fasilitator mengarahkan agar pertanyaan dapat terjawab sendiri oleh sang penanya.
Setelah menceritakan latar belakangnya, Egar menjelaskan bahwa mendirikan bisnis adalah bagian dari menjawab masalah. Dan masalah yang dimaksud, tidak melulu besar; seringkali ia remeh dan ada di sekitar kita. Bagi Egar, kecenderungan melompat dan mencari besar masalah menjadikan bisnis selalu terasa kurang berdampak.
ADVERTISEMENT
Egar memaparkan bahwa tidak selamanya sociopreneur dikaitkan dengan orang-orang desa dan pemberdayaan agro-mina. Sociopreneur secara prinsip, menurut Egar adalah bagaimana sebuah bisnis dapat memberikan manfaat di lingkungan sekitar; dan tidak terjebak pada keuntungan saja. Kuncinya, bagi Egar adalah edukasi dan transparansi.
“Ada lima aspek yang perlu diperhatikan pada sociopreneur”, papar Egar. Pertama, adalah aspek ekonomi: kehadiran sociopreneur haruslah menguntungkan semua pihak. “Dengan kedatangan gue, keuntungan para pengrajin bertambah,” ujar Egar. Kedua, adalah aspek edukasi. Menjadi sociopreneur haruslah mempunyai semangat daya saing dengan saling belajar. Ketiga, merupakan aspek teknologi; teknologi haruslah selalu mengikuti perkembangan zaman dan disesuaikan dengan kebutuhan produk. Keempat, tidak lain merupakan aspek sosial. Terakhir dan tidak kalah penting, adalah aspek lingkungan; bagaimana akhirnya proses produksi tetap mampu ramah lingkungan.
ADVERTISEMENT
Rangkaian kegiatan Inkubasi tahap 1 ditutup dengan perumusan Rencana Tindak Lanjut (RTL) yang diarahkan oleh Dr. Hempri Suyatna selaku Komite Pengarah Soprema 2018. RTL sendiri merupakan rumusan perkembangan rencana para peserta atas bisnis masing-masing setelah mendapat pelatihan dari Inkubasi Soprema 2018. Peserta kemudian mempresentasikan RTL bisnis mereka masing-masing.
RTL ini direncanakan akan kembali dibahas pada Inkubasi tahap 2 mendatang. “Nanti akan kita lihat perkembangan teman-teman semua di bulan November saat Inkubasi tahap 2,” ujar Hempri.
Ia melanjutkan bahwa jika diukur dari segi keuntungan, selang dua bulan bukanlah parameter yang kuat. “Tapi yang diutamakan adalah dimensi sosialnya lebih dikuatkan, jadi ada peningkatan terhadap target masyarakat yang diberdayakan,” ungkap Hempri.
Salah satu agenda Inkubasi tahap dua salah satunya adalah Pitching Investor. Diharapkan dengan perkembangan yang dimiliki oleh para peserta Soprema 2018 pasca Inkubasi tahap 1, mereka dapat lebih siap dan dapat menyasar pendanaan dari beragam perusahaan penyedia CSR sebagai bentuk kolaborasi.
ADVERTISEMENT
Penulis: Isvi Mega Kurnia