Konten dari Pengguna

Suksesnya Klien Bapas Purwokerto dengan Usaha Produksi Tahu

Bapas Kelas II Purwokerto
akun ini dikelola tim Humas Bapas Purwokerto Kementerian Imigrasi dan Pemasyarakatan RI
20 Desember 2024 9:03 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Bapas Kelas II Purwokerto tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Purbalingga_Info_Pas. Masa lalu yang begitu kelam bukanlah menjadi suatu hambatan bagi seorang mantan Narapidana kasus pembunuhan yang pernah mendekam di beberapa Lapas Nusakambangan. Sebut saja 'AZ' seorang pria yang berstatus duda dan beranak satu orang puteri. Siapa sangka pria yang berumur 36 tahun ini pernah dijatuhi hukuman 17 tahun penjara karena kasus Pembunuhan yang dilakukan seorang diri. Berkat kesabaran dan penyesalan yang dalam akibat perbuatannya ini, akhirnya pihak Lapas Nusakambangan mengusulkan Hak Bersyarat setelah dinilai memenuhi syarat untuk memperoleh Re-Integerasi Pembebasan Bersyarat.
Suksesnya Klien Bapas Purwokerto dengan Usaha Produksi Tahu
zoom-in-whitePerbesar
Usai mendapatkan Hak Bersyarat berupa Pembebasan Bersyarat, dirinya mengaku sangat bingung, minder dan malu untuk keluar rumah. Namun seiring perjalanan waktu karena harus mengikuti bimbingan di Bapas Purwokerto hingga Agustus 2025 semenjak November 2019, membuat harus bangkit dan berusaha menjalani kehidupan. Apalagi dirinya mempunyai kewajiban untuk membesarkan anak perempuan semata wayang. Akhirnya dengan kondisi yang seperti inilah membuatnya mencoba berbagai usaha. Dan usaha yang paling bisa menjadi sandaran hidup adalah usaha produksi tahu. Cerita ini tergambar jelas di dapur produksi tahu saat Pembimbing Kemasyarakatan Madya Bapas Purwokerto, Hadi Prasetiyo melakukan pengawasan melalui kunjungan rumah kepada Klien Bapas Purwokerto di Desa Kutawis, Purbalingga.
ADVERTISEMENT
"Dengan usaha produksi tahu ini, saya dapat menyekolahkan anak hingga SLTA. Dan sudah dapat membeli tempat tinggal sendiri" ungkap AZ dengan penuh semangat sembari mengambil beberapa tahu yang sudah dicetak untuk digoreng.
Dirinya juga menjelaskan kalau semakin lama, biaya sekolah anaknya semakin mahal. Sehingga dirinya harus bekerja keras demi masa depan anaknya.
"Kalau pas sedang liburan, saya bisa menghabiskan 120 kg kedelai untuk memproduksi tahu ini dalam satu hari. Tapi kalau hari-hari biasa, paling sekitar 90 kg sehari. Permintaan tahu ini sudah rutin saya kirim ke rumah makan di sekitar Purbalingga, dan selebihnya untuk pedagang pasar" ungkapnya.
Tidak terasa suasana begitu panas karena kunjungan rumah ini tepat dilakukan ditempat usaha produksi tahu yang sedang berjalan.
ADVERTISEMENT
"Terimakasih, Saudara telah melakukan kegiatan yang sangat baik untuk masa depan anak, kalau ada waktu tolong sempatkan untuk tatap muka di Bapas Purwokerto. Dan yang penting tetap jalin komunikasi walaupun secara daring" pungkas Hadi Prasetiyo selaku Pembimbing Kemasyarakatan Madya yang sejak awal menyusun Litmas hingga melakukan pembimbingan saat ini sambil mohon diri untuk melanjutkan ke kantor Pemerintah Desa Kutawis Purbalingga (HPH)