Konten dari Pengguna

Perempuan Dalam Pusaran Femisida

Muhammad Soultan Joefrian
Mahasiswa jurusan Ilmu Politik Universitas Andalas
18 Maret 2025 12:38 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Soultan Joefrian tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Mengutip Global Citizen, istilah femisida sudah muncul pada tahun 1976 yang dipopulerkan pertama kali oleh salah satu aktivis dari Afrika Selatan, Diana Russell. Melalui adanya istilah femisida ini, Russell berharap agar hal ini dapat membantu para aktivis seperti dirinya untuk tetap berjuang melindungi perempuan. Semenjak dari itu, Russell dan juga para aktivis lainnya bersatu dan menunjukkan perlawanannya di seluruh dunia. Tak tanggung-tanggung, ia terus mengenalkan istilah femisida ini ke daerah yang memang seringkali terjadi tindakan kekerasan ini seperti Amerika Latin, Afrika, dan lainnya.
Sumber: Dokumentasi Pribadi.
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: Dokumentasi Pribadi.
Tindak kejahatan Femisida ini termasuk ke dalam puncak dari kekerasan berbasis gender, karena adanya penekanan korban yang berjenis kelamin perempuan dalam tindakannya. Menurut World Health Organization, femisida merupakan pembunuhan yang disengaja kepada perempuan karena ia perempuan. Kejadian ini biasanya terjadi kepada perempuan dewasa atau yang masih anak-anak.
ADVERTISEMENT
Berbeda dari pembunuhan lainnya, femisida lebih sering dilakukan oleh orang terdekat seperti pasangan atau teman dekat. Sebelum terjadinya pembunuhan tersebut, biasanya akan ada tindakan pelecehan atau bahkan ancaman dari pelaku kepada korban. Melihat pengertian ini, tentu sudah seharusnya tindakan femisida ini ditanggapi dengan serius. Terlebih melihat adanya pembunuhan berantai yang terjadi baru-baru ini di Indonesia.
Sumber: Dokumentasi Pribadi.
Bahkan menurut laporan Catahu yang dilakukan oleh Komnas Perempuan, terdapat 290 kasus Femisida dalam rentang waktu Oktober 2023 – Oktober 2024 yang tersebar di berbagai Provinsi di Indonesia. Kasus Femisida tahun 2024 kemaren termasuk tertinggi nomor 2 dalam 5 tahun terakhir, setelah tahun 2022 dengan 307 kasus. Berbagai kasus ini dapat terjadi dengan faktor yang berbeda-beda.
ADVERTISEMENT
Pada tahun 2024, ada setidaknya 5 kasus Femisida yang viral dan membuat heboh masyarakat di Indonesia. Pertama adalah kasus yang terjadi di Sumatera Barat terhadap Nia anak yang bekerja sebagai penjual gorengan untuk membantu keluarganya, dibunuh dan diperkosa. Tepatnya pada Jumat, 6 September 2024, Nia (18 tahun) yang sedang menjajakan gorengan dihadang oleh Indra (26 tahun) lalu disekap dengan mulut ditutup dan tangan terikat hingga tidak sadarkan diri. Tubuh Nia diseret ke atas bukit untuk diperkosa oleh Indra.
Setelahnya, Indra kembali menyeret tubuh Nia sejauh 200 meter dan dikubur pada galian kurang dari 1 meter dengan keadaan tanpa busana.Tubuh Nia yang sudah kaku ditemukan pada Minggu, 8 September 2024 siang setelah dua hari pencarian. Kasus femisida yang memilukan ini terjadi di Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat. Kemudia sang pelaku, Indra berhasil ditangkap di daerah Kayu Tanam, Padang Pariaman pada Kamis, 19 Oktober 2024, setelah 11 hari lamanya kabur dari kejaran polisi.
ADVERTISEMENT
Kedua, kasus Argiyan (20 tahun) membunuh KRA (20 tahun) yang terjadi pada Kamis 18 Januari 2024 di rumah kontrakannya di Depok, Jawa Barat. Argiyan yang awalnya mengajak KRA untuk ngopi, malah memaksa kekasihnya itu untuk berhubungan intim dengannya. Karena menolak, Argiyan pun melakukan kekerasan dengan mencekik KRA.
Argiyan kemudian memerkosa KRA yang sedang dalam keadaan lemas. Setelahnya, Argiyan mengikat korban dan meninggalkannya di rumah. Pria 20 tahun ini lalu mengabarkan kepada ibunya, Vina, lewat pesan singkat bahwa ada seorang perempuan yang ia bunuh di rumahnya. KRA pun ditemukan dalam keadaan meninggal dunia oleh Vina.
Ketiga, Siswi SMP di Palembang yang dibunuh dan diperkosa 4 remaja laki-laki. Cerita berawal dari Perempuan berinisial AA (12 tahun) kehilangan nyawanya di tangan laki-laki yang dikenalnya lewat media sosial Facebook, IS (16 tahun). Pada 1 September 2024, AA dan IS bertemu di sebuah acara kesenian kuda lumping. Saat itu, IS juga mengajak teman-temannya, yaitu MZF (13 tahun), NSA (12 tahun), dan ASA (12 tahun) di sebuah acara kesenian kuda lumping.
ADVERTISEMENT
Keempat remaja laki-laki itu membekap AA hingga kehabisan napas dan kehilangan nyawanya. Mereka pun memerkosa AA secara bergantian, lalu menyeret tubuh korban sekitar 30 menit ke area TPU Talang Kerikil Palembang. Di sana, mereka kembali memerkosa jenazah AA sampai merasa puas lalu kabur. Tubuh korban ditemukan warga dalam keadaan hidung dan mulut berbusa, serta pakaian yang berantakan.
Keempat, Mahasiswi yaitu EJ (20 tahun) yang tengah hamil dua bulan dihabisi oleh kekasihnya sendiri, Maulidi pada Minggu, 1 Desember 2024 di Kabupaten Bangkalan, Pulau Madura, Jawa Timur. EJ kehilangan nyawanya karena dibacok di beberapa bagian tubuh menggunakan celurit. Setelah itu, pelaku menyeret korban ke sebuah bangunan kosong, lalu menyiram tubuh EJ dengan bensin dan membakarnya.
ADVERTISEMENT
Dari hasil penyelidikan polisi, terungkap bahwa motif pelaku menghilangkan nyawa EJ karena ia emosi usai korban mengancam akan melaporkannya ke polisi dan pihak kampus karena ia tak mau bertanggung jawab pada kehamilan EJ.
Terakhir yang kelima, kasus Perempuan yang dibunuh dan dimutilasi oleh pacarnya sendiri. Warga dihebohkan dengan penemuan mayat perempuan tanpa kepala yang mengapung di Muara Baru, Jakarta Utara, pada Selasa, 29 Oktober 2024. Mayat tersebut ternyata bernama Sinta sebagai korban femisida yang kehilangan nyawanya di tangan laki-laki yang sudah menjadi pacarnya sejak tahun 2020 yaitu Fauzan.
Sinta yang merupakan selingkuhan Fauzan mendatangi rumah kekasihnya itu untuk mengambil ikan tuna pada Minggu, 27 Oktober 2024 di Muara Baru, Penjaringan, Jakarta Utara. Tapi mereka terlibat cekcok usai Sinta melontarkan hinaan terhadap istri dan orang tua Fauzan. Pelaku yang tersulut emosi kemudian mencekik korban selama 20 menit hingga wajahnya membiru. Ia lalu mengambil pisau dan memutilasi Sinta. Fauzan kemudian membuang kepala Sinta di Jalan Polairud Pintu Air Muara Baru, sementara bagian tubuhnya dibuang ke pinggir laut Pelabuhan Muara Baru.
ADVERTISEMENT
Tentu saja dengan 5 kasus Femisida yang menjadi sorotan masyarakat Indonesia dan 285 lagi kasus yang tidak terlalu tersorot oleh masyarakat sudah menjadi bukti bahwa kejahatan Femisida ini merupakan ancaman yang serius bagi kaum perempuan. Tentu saja ini bukan hanya membutuhkan perlawanan bagi kaum perempuan itu sendiri, melainkan juga tanggung jawab bagi pemerintah untuk memberikan ruang aman bagi perempuan. Sehingga kasus-kasus Femisida ini dapat ditekan atau bahkan dihilangkan di Indonesia, maka dari itu dengan momentum peringatan International Woman’s Day yang jatuh pada tanggal 8 Maret tahun 2025 inilah kita kobarkan kembali api semangat untuk melakukan perlawanan terhadap kekerasan yang dialami oleh kaum perempuan terutama di Indonesia.
Muhammad Soultan Joefrian, S.IP
ADVERTISEMENT
Alumni Ilmu Politik Universitas Andalas