Konten dari Pengguna

Pentingnya Pra-produksi Rekaman Buat Danilla

Soundfren
What is Soundfren? Aplikasi networking pertama di industri musik Indonesia yang menghubungkan para penggiat musik untuk berkolaborasi, berkomunikasi, berkarya, dan berbagi inspirasi bersama.
24 Desember 2020 10:36 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Soundfren tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Danilla Riyadi di Soundfren Connect
zoom-in-whitePerbesar
Danilla Riyadi di Soundfren Connect
ADVERTISEMENT
Buat Danilla dan Lafa, fase terpenting dalam merekam album justru ada di pra-produksi.
ADVERTISEMENT
Yoi, Fren! Ini yang mereka sampaikan di sesi Soundfren Connect yang berlangsung 30 November 2020 kemarin. Di sesi bertajuk “Pembongkaran Karya Musik & Proses di Balik Album Rekaman” ini, Lafa Pratomo dan Danilla Riyadi berbagi kisah dan cerita di belakang proses perekaman album-album Danilla.
Kalau ada yang belum kenal, Lafa adalah produser dari karya-karya Danilla. Bisa dibilang, dia adalah arsitek musik dari album Danilla selama ini. Selain bertugas di belakang layar, Lafa juga berperan sebagai gitaris dalam setiap penampilan live Danilla.
Kali ini, Lafa banyak bercerita mengenai pengalamannya sebagai produser rekaman Danilla. Satu hal yang dia ceritakan di sesi seru besutan Soundfren ini, adalah bahwa kunci penting pengerjaan album-album Danilla justru bukan di waktu rekamannya, melainkan terletak di pra-produksi.
ADVERTISEMENT
“Yang paling pertama itu workshop sih. Ini tuh semacam momen nyatuin chemistry antara si produser dan teman-teman band,” buka Lafa.
Hal ini juga diakui sama Danilla. Dia mengungkapkan kalau workshop ini adalah fase awal yang sangat penting dalam proses pengerjaan albumnya. Di fase inilah mereka menghabiskan waktu untuk saling bertukar pikiran dan sharing antara musisi dan produser.
“Aku selalu fokus setiap workshop. Fokus untuk bermain-main, fokus bikin dunia sendiri. Bahkan aku sama Lafa kalau sudah waktunya workshop, nggak ada waktu untuk buka hp. Kecuali buat browsing atau dengar lagu paling,” cerita Danilla.
“Pesan makanan enak, ngehabisin waktu buat ngobrol, meski cuma curhat dan nggak ngobrolin musik, menurut aku ini juga bagian dari workshop,” sambung Danilla.
ADVERTISEMENT
“Iya, prosesnya mungkin kayak curhat-curhat, tapi sebenarnya yang kita serap adalah energinya di momen ini,” tambah Lafa.
Workshop ini sesungguhnya adalah fase mendasar, di mana antara musisi dan produser bisa menemukan kondisi nyaman yang bisa menjaga stabilitas titik fokus mereka untuk kemudian merumuskan arah mau ke mana karya itu dibawa.
Nah, setelah fase saling memahami ini dijalankan, selanjutnya kita akan masuk ke tahap yang disebut Lafa sebagai pre-production. Tahapan ini notabene lebih musikal, karena ini adalah fase di mana mereka menentukan bagan lagu, aransemen, sound, dan detail-detail lainnya.
“Semacam bikin demolah. Di sini sebenarnya adalah sesi “berantem” dengan teman band kalian, mau dibikin kayak apa lagunya,” ujar Lafa.
Tidak harus merekam lagu secara proper di studio rekaman, mematangkan aransemen di sini bisa dengan merekam live di studio latihan, rekaman rumahan sederhana, atau segampang merekam dengan handphone saat kita sedang latian di studio, untuk kemudian kita dengarkan kembali dengan seksama.
ADVERTISEMENT
Hasil inilah yang akan kita jadikan pegangan saat nanti masuk studio dan merekam lagu kita. Karena jika semuanya sudah dipersiapkan dengan matang, proses merekam lagu akan berlangsung dengan mudah dan cepat. Artinya tentu biaya yang keluar untuk tahapan produksi juga akan lebih murah.
Gimana, sudah siap rekaman? Kalo iya, jangan lupa fokus di pra produksinya ya, Fren! Selamat berkarya! (Erick)