Konten dari Pengguna

Petani Bukan Profesi yang Menjanjikan

Sovinah Junnajah
Mahasiswa Universitas Pamulang Program Studi Sastra Indonesia
12 Juni 2023 17:53 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sovinah Junnajah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Petani. Sumber: Pexels.com
zoom-in-whitePerbesar
Petani. Sumber: Pexels.com
ADVERTISEMENT
Profesi petani di era modern nampaknya bukan menjadi profesi yang diidamkan oleh anak-anak muda. Petani bukan profesi yang menjanjikan bagi individu yang menginginkan masa depan yang lebih dari cukup.
ADVERTISEMENT
Profesi yang tidak pernah pasti pendapatan per hari, per bulan, ataupun per tahunnya. Namun yang tergambar dari petani hanyalah lelah dan potensi keuntungan yang terpuruk.
Jika melihat dalam perkembangan modern, generasi milenial tidak bisa dilepaskan dari teknologi dan perkembangannya. Didukung latar pendidikan yang semakin maju, dengan mempergunakan teknologi sebagai media, tentunya pemikiran generasi juga terus berkembang.
Dengan memusatkan kepada perkembangan teknologi, tentunya profesi petani sudah tidak lagi eksis di mata generasi milenial ataupun generasi setelahnya. Karena tergambar bahwa profesi petani adalah profesi yang kuno dan terlalu tradisional.
Minimnya minatnya generasi muda terhadap profesi petani membuat regenerasi petani semakin berkurang. Data Badan Pusat Statistik tahun 2022 menunjukkan 65,82 juta penduduk Indonesia berada dalam kelompok pemuda.
Ilustrasi Petani. Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
Namun, hanya 18 persen yang bekerja di sektor pertanian. Bukan hanya eksistensinya yang semakin samar, tapi hasil potensi dari petani selalu menjadi berita duka. Hal ini dikarenakan hasil dari pertanian yang tidak diolah dan didistribusi dengan baik oleh petani karena minimnya relasi dan pengetahuan.
ADVERTISEMENT
Minimnya relasi dan pengetahuan para petani inilah yang dimanfaatkan oleh beberapa pihak yang berlaku sebagai distributor. Pendistribusian hasil tani diambil oleh distributor dengan upah yang minim.
Ketika hasil tani telah dipegang distributor dengan harga rendah, kemudian dijual dengan harga selangit. Sehingga bisa dibilang keuntungan yang diterima oleh petani sangatlah minim. Inilah berita duka yang sering diterima di media masa secara umum.
Saat petani tercekik dengan hasil panen yang di bawah standar, justru distributor dengan permainan bisnisnya mampu meraup keuntungan berkali-kali lipat.
Selain hasil tani yang sering dimanipulasi, modal awal pertanian menjadi salah satu faktor yang menghambat jika tidak terdapatnya koperasi atau pemerintah yang membuat kebijakan tertentu dalam sektor pertanian.
Ilustrasi padi. Foto: Shutter Stock
Setelah modal telah tercukupi, permasalahan yang harus dihadapi yaitu cuaca. Cuaca juga menjadi potensi utama bagi kemerosotan keuntungan petani. Cuaca yang buruk seperti kemarau panjang dan hujan berkepanjangan juga bisa membuat pertanian rusak dan hancur, yang membuat modal hilang dan mengalami kerugian.
ADVERTISEMENT
Secara umum, petani menjadi profesi yang sangat tidak menjanjikan dan sangat tidak menggiurkan, terutama bagi generasi muda. Banyak profesi modern yang memfokuskan kepada media digital dan teknologi yang memikat generasi milenial.
Maka dari itu, perlu adanya perhatian lebih terhadap sektor pertanian, agar profesi petani menjadi harum kembali dan memunculkan regenerasi.