Konten dari Pengguna
Refleksi tentang Perundungan Anak Lewat Film Jumbo
7 Juli 2025 11:14 WIB
·
waktu baca 3 menitKiriman Pengguna
Refleksi tentang Perundungan Anak Lewat Film Jumbo
Karakter Atta dalam Jumbo membuka refleksi tentang perundungan anak—bahwa di balik sikap keras, sering tersembunyi luka yang tak terlihat dan kebutuhan untuk dimengerti.Suwanda Priyadi

Tulisan dari Suwanda Priyadi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Bagaimana jika pelaku perundungan justru adalah korban yang tak terlihat?

Di tengah maraknya film animasi yang menghibur, Jumbo hadir sebagai karya lokal yang tidak hanya memanjakan mata, tetapi juga menyentuh isu sosial yang mendalam: perundungan atau bullying. Salah satu karakter dalam film ini, Atta, menjadi pintu masuk yang kuat untuk memahami bagaimana tekanan hidup dapat membentuk perilaku menyimpang pada anak-anak.
ADVERTISEMENT
Karakter Atta: Ketika Kekerasan Lahir dari Tekanan
Atta digambarkan sebagai anak yang keras dan penuh amarah. Namun, film ini tidak menyederhanakan karakternya sebagai “anak nakal”.
Sebaliknya, penonton diajak menyelami latar belakang hidupnya yang penuh tekanan: tinggal bersama kakak yang bekerja keras, memikul tanggung jawab besar sejak kecil, dan tumbuh dalam lingkungan yang tidak selalu ramah terhadap emosi anak-anak.
Kondisi ini mencerminkan realitas yang sering kita temui di sekitar kita. Banyak anak yang tampak “bermasalah” sebenarnya sedang berjuang dalam senyap.
Mereka tidak jahat—mereka hanya belum menemukan cara yang sehat untuk mengekspresikan rasa sakitnya. Dalam banyak kasus, anak-anak seperti Atta justru membutuhkan perhatian dan dukungan emosional yang lebih besar.
Perundungan di Indonesia: Data yang Mengkhawatirkan
Menurut data Programme for International Student Assessment (PISA) tahun 2018, sekitar 41% siswa berusia 15 tahun di Indonesia pernah mengalami perundungan setidaknya beberapa kali dalam sebulan.
ADVERTISEMENT
Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan rata-rata negara anggota OECD yang berada di angka 23%.
Angka ini bukan sekadar statistik. Ia adalah cermin dari sistem sosial yang belum sepenuhnya mampu melindungi anak-anak dari kekerasan psikologis yang kerap tersembunyi di balik candaan, ejekan, atau bahkan diam.
Perundungan tidak hanya melukai secara fisik, tetapi juga meninggalkan luka emosional yang dalam dan berkepanjangan.
Teori Ketegangan dan Emosi yang Tak Tersalurkan
Dalam sosiologi, general strain theory yang dikembangkan oleh Robert Agnew menjelaskan bahwa tekanan hidup dapat memicu emosi negatif seperti kemarahan dan frustrasi.
Jika emosi ini tidak tersalurkan dengan sehat, maka perilaku menyimpang seperti perundungan bisa muncul sebagai bentuk pelampiasan.
Atta adalah representasi dari teori ini. Ia bukan hanya karakter fiktif, tetapi simbol dari banyak anak yang tumbuh dalam tekanan dan akhirnya melampiaskan rasa sakitnya kepada orang lain.
ADVERTISEMENT
Dalam konteks ini, memahami pelaku perundungan bukan berarti membenarkan tindakannya, tetapi membuka ruang untuk intervensi yang lebih manusiawi dan efektif.
Empati sebagai Solusi
Jumbo mengajak kita untuk melihat perundungan dari sudut pandang yang lebih luas. Bahwa pelaku tidak selalu “jahat”, dan bahwa setiap anak membawa cerita yang perlu dipahami.
Dengan empati, dukungan emosional, dan ruang untuk bertumbuh, anak-anak seperti Atta bisa berubah dan berkembang menjadi pribadi yang lebih baik.
Pendidikan karakter yang efektif tidak hanya mengajarkan anak untuk tidak menyakiti orang lain, tetapi juga membantu mereka mengenali dan mengelola emosi mereka sendiri.
Dalam hal ini, peran guru, orang tua, dan lingkungan sosial sangat penting untuk menciptakan ruang yang aman dan suportif.
Dari Layar ke Kehidupan Nyata
Film ini menjadi pengingat bahwa pendidikan karakter tidak cukup hanya dengan memberi tahu mana yang benar dan salah.
ADVERTISEMENT
Kita perlu menciptakan lingkungan yang aman, suportif, dan penuh kasih—tempat di mana anak-anak bisa belajar memahami diri sendiri dan orang lain.
Mungkin sudah saatnya kita berhenti bertanya, “Mengapa anak itu merundung?” dan mulai bertanya, “Apa yang sedang ia sembunyikan di balik amarahnya?”
Dengan memahami bahwa setiap perilaku memiliki akar, kita bisa membangun pendekatan yang lebih empatik dan solutif dalam menangani perundungan.
Karena pada akhirnya, anak-anak tidak hanya butuh disiplin—mereka juga butuh dimengerti.
Israel meluncurkan serangan ke sekitar Istana Kepresidenan di Suriah, Rabu (16/7). Serangan Israel diluncurkan ke beberapa kawasan di Damaskus. Kantor Kemhan Suriah dilaporkan mengalami kerusakan. AS pun minta Israel menghentikan serangan tersebut.