Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
PSI: 5,8%, Target Pertumbuhan Ekonomi Memang Harus Ambisius
20 Mei 2018 0:59 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:08 WIB
Tulisan dari spc total tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pemerintah memasang target pertumbuhan ekonomi cukup tinggi pada tahun 2019 yakni sebesar 5,4% - 5,8%. Beberapa pihak menilai target tersebut terlalu ambisius sebab perekonomian masih diliputi ketidakpastian global serta dinamika politik domestik menjelang pemilihan umum (Pemilu).
ADVERTISEMENT
Partai Solidaritas Indonesia (PSI) menilai target sebesar itu sudah tepat. “Target memang harus ambisius. Sebab target itu tidak hanya berdasarkan angka-angka realistis. Tapi juga target itu harus over realistic, sebab angkanya harus motivative, projective, agar semua menteri kerja keras. Soal realisasinya, nanti itu urusan belakangan,” ujar Juru Bicara PSI Bidang Ekonomi, Industri, dan Bisnis Rizal Calvary Marimbo dalam keterangannya hari ini.
Rizal mengatakan, yang terpenting dengan target ambisius itu, para pembantu Presiden bekerja lebih kencang untuk mencapai asumsi-asumsi makro 2019. “Kalau kita pasang angka realistis, tidak over, biasanya yang tercapai lebih dibawah lagi. Makanya targetnya harus dipasang ke atas, kalau perlu jauh dari angka realistis,” papar dia.
Yang terpenting menurut PSI, para menteri fokus menggenjot investasi yang sudah mulai kondusif dengan tidak menambah peraturan-peraturan baru yang menyulitkan industri di dalam negeri. Dia mengatakan, pemerintah harus mendorong ekspor bernilai tambah yang tinggi guna mengimbangi impor barang konsumsi yang cukup tinggi.
ADVERTISEMENT
“Produktifitas di dalam negeri harus dijaga sektor-sektor yang memiliki nilai tambah tinggi dan menciptakan kesempatan kerja mesti didorong. Menteri-menteri jangan tambah-tambah regulasi yang aneh-aneh, memberatkan dunia usaha. Janji-janji tax insentive, infrastruktur energi, gas, ke kawasan-kawasan industri segera direalisasikan. Jangan tunggu investornya datang baru disiapkan semua. Itu non sense,” ucap dia.
Selain itu, PSI berharap pemerintah menjaga daya beli masyarakat untuk mempertahankan konsumsi rumah tangga. Sebab, konsumsi rumah tangga berperan lebih dari 4 persen bagi Produk Domestik Bruto (PDB). “Jangan sampai harga listrik, tol, air bersih, sembako dan sebagainya naik,” ucap dia.
Sebagaimana diketahui, Pemerintah melalui Kementerian Keuangan telah memaparkan kerangka ekonomi dan pokok-pokok kebijakan fiskal (KEM PPKF) tahun 2019 kepada dewan perwakilan rakyat (DPR). Pemerintah mengusulkan pertumbuhan ekonomi di kisaran 5,4-5,8%. Sedangkan inflasi, pemerintah menargetkan pada kisaran 2,5 hingga 4,5 persen.
ADVERTISEMENT
Ada Optimisme
Rizal mengatakan, tingginya target tahun 2019, tak lepas dari kian membaiknya kinerja perekonomian nasional. Pada kuartal I-2018, ekonomi tumbuh sebesar 5,06 persen. Angka ini tumbuh lebih tinggi dibanding pertumbuhan ekonomi kuartal I 2017 (year on year) sebesar 5,01 persen. Rizal mengatakan, pertumbuhan kuartal I cukup memberi kejutan sebab merupakan yang tertinggi sejak 2014.
“Tentu ini membuka optimisme dan harapan, bahwa tahun depan akan lebih baik. Bahkan tahun politik ini malah akan menggenjot konsumsi masyarakat,” ucap dia. Perbaikan itu terlihat dari tingginya nilai ekspor kuartal I 2018 sebesar 44,26 miliar dollar AS atau tumbuh 8,78 persen dibanding periode yang sama tahun lalu. “Ini berarti kegiatan industi meningkat dibandingkan sebelumnya,” ucap dia.
Dia mengatakan, meski ekspor mengalami defisit atas impor, namun impor meningkat sebab tingginya impor barang modal dan bahan baku. Impor jenis ini, menurut Rizal, menunjukan dunia usaha mulai meningkatkan kapasitas produksi atau sudah melakukan investasi baru. Selain itu, permintaan impor juga didorong oleh permintaan domestik sebab terdapat peningkatan konsumsi. (***)
ADVERTISEMENT