Robot dan Raksasa Digital: Tantangan Fiskal Indonesia di Masa Depan

Sri Harjanto Adi Pamungkas
Mahasiswa Magister Manajemen dan Kebijakan Publik UGM / Peneliti Kebijakan Publik / Asisten Riset di Departemen Manajemen dan Kebijakan Publik UGM
Konten dari Pengguna
3 Mei 2022 14:10 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sri Harjanto Adi Pamungkas tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sumber: Dokumentasi Penulis
Ada banyak perkembangan yang terjadi dalam dunia ekonomi saat ini. Mulai dari munculnya ekonomi digital (Berdykulova dkk, 2014: Hojeghan dan Esfangareh, 2011; dan Kim, 2006), robotika canggih/advance robotics (Schwab, 2017), hingga cyber-physical system (Haque, Aziz, dan Rahman, 2014). Berbagai perubahan ini memunculkan dampak yang signifikan dalam hampir semua sektor. Mulai dari perpindahan pusat ekonomi dunia dari pusat manufaktur (Detroit, Guangzhou) dan finansial (New York, Singapura) ke pusat industri digital seperti Silicon Valley, Shenzhen, dan Bangalore.
ADVERTISEMENT
Terjadi pula perubahan skema kerja akibat automasi kerja dan teleworking. Sampai perubahan cara produksi, konsumsi, dan distribusi barang serta jasa baik dalam lingkup lokal, regional, nasional, hingga global. Mari kita lihat satu per satu bagaimana perubahan ini membawa dampak signifikan terhadap suatu negara, utamanya dalam pengaruhnya terhadap dinamika fiskal suatu negara.
Kehadiran advance robotic, cyber-physical system, dan ekonomi digital menghadirkan sebuah transformasi signifikan yang pengaruhnya lintas sektor. Pertama, kehadiran advance robotic membuat robot bukan hanya menjadi suatu piranti yang memiliki kemampuan kerja repetitif namun juga kemampuan kerja analitis. Robot dengan teknologi canggih saat ini telah mampu melakukan pengumpulan dan analisis data, merumuskan masukan, melakukan penyelesaian masalah, serta melakukan penyesuaian sistemik berbasis automasi.
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut, advance robotic mulai banyak diadaptasi oleh industri manufaktur di berbagai negara. Adaptasi ini memicu lahirnya skema kerja baru yaitu cyber-physical system (CPS). CPS merupakan sistem yang mengintegrasikan kemampuan komputasi serta komunikasi dengan berbagai dinamika sistem yang bersifat fisik (Rho, Vasikalos, dan Chen, 2015), termasuk interaksi antara piranti cerdas (smart device) dengan berbagai sistem lain yang terkait (Ahmad, Paul, Rathore, dan Chang, 2015), dan interaksi antara teknologi dengan kemampuan kognitif seperti persepsi, pembelajaran, kooperasi, serta reasoning (Tran, Park, Nguyen, Hoang, 2019).
Kemunculan industri berbasis CPS ini berada dalam suatu lingkungan ekonomi digital yang di dalamnya berbagai aktivitas dijalankan di dalam suatu lingkungan internet: e commerce, e-business, e-learning, e-media, and e-government (Berdykulova, 2014).
ADVERTISEMENT
Industri berbasis CPS di Indonesia sedang dalam awal. Namun, ada potensi perkembangan pesat dalam tahun-tahun mendatang. Apalagi, peningkatan produktivtas melalui adaptasi robot di manufaktur sangat menjanjikan. Studi dari Center for Economic and Business Research (2017) dikutip dari IFR (2018) menemukan bahwa peningkatan 1 unit robotic density berasosiasi dengan peningkatan 0,04 produktivitas. Studi yang sama juga menemukan bahwa investasi robotika berkontribusi 10% atas pertumbuhan PDB per kapita di negara-negara OECD.
Lalu dimana permasalahannya? Adaptasi robot berarti juga penggantian tenaga kerja manusia. Mckinsey (2019) memprediksi bahwa jumlah pekerja yang kehilangan pekerjaan dapat mencapai angka 23 juta hingga tahun 2030. Situasi ini ke depannya dapat menghadirkan tantangan yang kompleks bagi Indonesia. Pamungkas (2021) menyatakan bahwa ada potensi peningkatan pengangguran sehingga beban jaminan sosial negara meningkat sekaligus pada sisi lain kapasitas fiskal negara untuk membiayainya ikut menurun.
ADVERTISEMENT
Ekonomi suatu negara terbentuk dari empat unsur yaitu konsumsi rumah tangga (C), investasi swasta (I), belanja pemerintah (G), dan neraca ekspor-impor (N). Dalam upaya mengatasi permasalahan dari potensi peningkatan pengangguran yang memicu peningkatan beban jaminan sosial serta penurunan kapasitas fiskal, Indonesia dapat menggunakan keempat unsur tersebut sebagai solusi.
Unsur C adalah unsur dominan namun tengah tertekan akibat pandemi covid-19 yang berkepanjangan. Unsur I memiliki potensi besar namun bila berkaca dari MP3EI era SBY dan Proyek Strategis Nasional (PSN) era Jokowi, swasta justru lebih memilih ‘wait & see’ sehingga laju pertumbuhan investasi tidak memenuhi target.
Unsur N selama era pandemi ini memang surplus namun surplusnya relatif kecil, selain itu ekspor Indonesia masih didominasi komoditas mentah yang rendah nilai tambah (low-value added).
ADVERTISEMENT
Unsur G adalah satu-satunya yang masih menyisakan potensi untuk dikembangkan. Pajak merupakan sumber pendapatan terbesar di Indonesia yang membiayai G. Oleh karena itu, inovasi kebijakan di bidang perpajakan adalah solusi potensial bagi Indonesia.
Agenda inovasi kebijakan perpajakan di Indonesia perlu untuk berfokus pada pajak digital. Perkembangan kepemilikan smartphone yang luas serta perluasan signifikan ekosistem ekonomi digital menjadi alasan utama. Aktivitas-aktivitas yang melibatkan transaksi ekonomi yang berbasis digital merupakan potensi pendapatan pajak yang perlu dimaksimalkan.
Saat ini telah berkembang transaksi jual beli barang dan jasa pada berbagai platform marketplace. Penggunaan platform dompet digital yang juga menyediakan layanan uang digital (e-money) juga tengah berkembang. Pemerintah perlu untuk secara detail mengidentifikasi celah-celah pendapatan perpajakan yang dapat dihasilkan dari transaksi digital. Misalnya melalui perluasan pajak pertambahan nilai terhadap barang dan jasa berbasis digital.
ADVERTISEMENT
Selain itu, pajak terhadap transaksi berbasis uang digital juga perlu dipertimbangkan. Selain itu, pemberlakuan pajak penghasilan kepada para perusahaan raksasa digital (Digital Giants) yang telah dimulai sejak paruh kedua 2021 juga perlu diperkuat.
Terakhir, pemerintah juga perlu untuk mulai mempertimbangkan rumusan pajak terhadap robot untuk industri yang melakukan automasi skema kerja berbasis CPS. Kombinasi dari langkah-langkah ini diharapkan dapat menghadirkan bauran kebijakan (policy mix) perpajakan berbasis digital yang dapat menjadi solusi bagi Indonesia dalam menghadapi tantangan perpajakan akibat perkembangan teknologi digital.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, A., Paul, A., Rathore, M. M., & Chang, H. (2016). Smart cyber society: Integration of capillary devices with high usability based on Cyber–Physical System. Future Generation Computer Systems, 56, 493-503.
ADVERTISEMENT
Berdykulova, G. M. K., Sailov, A. I. U., Kaliazhdarova, S. Y. K., & Berdykulov, E. B. U. (2014). The emerging digital economy: case of Kazakhstan. Procedia-Social and Behavioral Sciences, 109, 1287-1291.
Haque, S. A., Aziz, S. M., & Rahman, M. (2014). Review of cyber-physical system in healthcare. International journal of distributed sensor networks, 10(4), 217415.
Hojeghan, S. B., & Esfangareh, A. N. (2011). Digital economy and tourism impacts, influences and challenges. Procedia-Social and Behavioral Sciences, 19, 308-316.
International Federation of Robotics. (2018). The Impact of Robots on Productivity, Employment,and Job. Diunduh pada 10 April 2021, dari
https://ifr.org/img/office/IFR_The_Impact_of_Robots_on_Employment.pdf
Kim, J. (2006). Infrastructure of the digital economy: Some empirical findings with the case of Korea. Technological Forecasting and Social Change, 73(4), 377-389.
ADVERTISEMENT
Mckinsey. (2019). Automation and the future of work in Indonesia: Jobs lost, jobs gained, jobs changed. Diunduh pada 20 April 2021, dari
https://www.mckinsey.com/~/media/mckinsey/featured%20insights/asia%20pacific/automation%20and%20the%20future%20of%20work%20in%20indonesia/automation-and-the-future-of-work-in-indonesia-vf.pdf
Pamungkas, S. H. A. Indonesia’s Fiscal Challenge: A Robot Is Highly Productive Yet Does Not Pay Tax. Diunduh pada 16 Maret 2022, dari
https://habibiecenter.or.id/img/publication/995ac9efafd2c65751fc934303fcdd15.pdf
Schwab, K. (2017). The fourth industrial revolution. Genewa: World Economic Forum
Rho, S., Vasilakos, A. V., & Chen, W. (2016). Cyber physical systems technologies and applications. Future Generation Computer Systems, 56, 436-437.
Tran, N. H., Park, H. S., Nguyen, Q. V., & Hoang, T. D. (2019). Development of a smart cyber-physical
manufacturing system in the industry 4.0 context. Applied Sciences, 9(16), 3325.
ADVERTISEMENT