Konten dari Pengguna

Panda Raksasa: Simbol Harmonisasi Dunia, Saksi Persahabatan Indonesia dan China

Sri Remaytin
KBRI Beijing
22 Maret 2021 18:03 WIB
comment
7
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sri Remaytin tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

Panda raksasa adalah satwa langka yang nyaris punah, namun pelan-pelan populasinya mulai kembali tumbuh. Fenomena ini tidak saja menjadi perhatian China sebagai negara asalnya, tetapi juga Indonesia dan dunia karena binatang khas negara tirai bambu ini merupakan bagian dari ekosistem lingkungan global yang harus didukung upaya pelestariannya.

Panda raksasa sedang menyantap bambu, makanan favoritnya. (Sumber foto: Dokumentasi pribadi)
zoom-in-whitePerbesar
Panda raksasa sedang menyantap bambu, makanan favoritnya. (Sumber foto: Dokumentasi pribadi)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Dia lucu dan menggemaskan. Badannya yang gendut memiliki dua warna sederhana, yaitu hitam dan putih. Makanan kesukaannya adalah bambu. Tanpa dijelaskan lebih rinci lagi, informasi-informasi kunci itu sudah membuat anda membayangkan seekor binatang. Ya, benar sekali! Itu adalah ciri khas panda raksasa, sejenis beruang yang habitat aslinya berasal dari China.
ADVERTISEMENT
Saya mengulas topik satwa langka, khususnya panda melalui artikel kali ini karena tiga alasan. 
Pertama, keterikatan batin saya dengan duo panda raksasa "Cai Tao" dan "Hu Chun" yang saat ini menghuni Taman Safari Indonesia, Bogor atau dikenal juga dengan TSI. Saya kebetulan turut menjadi bagian dari proses panjang mulai negosiasi hingga evakuasi mereka sebelum akhirnya tiba di Indonesia.
Kendaraan yang mengangkut Cai Tao dan Hu Chun menuju Bandara Internasional di Chengdu, Provinsi Sichuan. (Sumber foto: Dokumentasi pribadi)
Kedua, pada bulan ini tepatnya 16 Maret lalu diperingati sebagai Hari Panda Nasional di berbagai negara di dunia.
Ketiga, pemberitaan mengenai tingkah nakal oknum pengunjung Taman Safari Indonesia yang memberi makanan berupa sampah plastik kepada seekor kuda nil. Sedihnya!
Populasi Panda Raksasa Sempat Terancam Punah
Panda raksasa merupakan salah satu satwa yang menjadi idola di berbagai penjuru dunia. Selain memang penampakan fisiknya yang membuat kita ingin memeluknya, satwa ini sempat berada di ambang kepunahan. Tak ayal, para pemerhati isu lingkungan dan pecinta satwa terus mengampanyekan gerakan lindungi panda dan pulihkan habitatnya. Sejak 2016, International Union for Conservation of Nature (IUCN) pun menaikkan status populasi panda raksasa dari kategori satwa terancam menjadi rentan.
ADVERTISEMENT
Selain faktor perubahan iklim, kelangkaan satwa panda raksasa juga dipengaruhi oleh rendahnya tingkat reproduksi. Secara biologis, usia produktif panda betina adalah antara empat hingga delapan tahun dengan frekuensi ovulasi hanya satu kali setahun. Seekor panda mulai memasuki masa menopause pada usia 20 tahun. Setiap menghasilkan keturunan, belum pernah ada riwayat seluruh bayi panda selamat dan hidup hingga dewasa. Biasanya hanya satu dari dua ekor yang dilahirkan ibu panda.
Anak panda sedang bermanja-manjaan dengan induknya. (Sumber foto: Dokumentasi pribadi)
Pengembangan Pusat Riset dan Konservasi Panda Raksasa di China
Di negara asalnya, China, konservasi habitat panda raksasa merupakan bagian dari program utama pemerintah di sektor lingkungan hidup dan kehutanan. Sekitar 10 juta dolar Amerika Serikat digelontorkan untuk mendukung upaya ini. Hal ini dilatarbelakangi oleh berkurangnya sekitar 1000 ekor populasi panda pada tahun 1970.
ADVERTISEMENT
Saat ini terdapat 40 unit Pusat Riset dan Konservasi Panda Raksasa yang tersebar di sejumlah wilayah China bagian barat terutama Provinsi Sichuan. Dari beberapa pusat konservasi panda yang pernah saya sambangi di China, saya berfokus pada Wolong National Nature Reserve for the Giant Panda yang merupakan kampung Cai Tao dan Hu Chun.
Suasana salah satu area publik di kawasan pusat konservasi panda raksasa di Wolong National Nature Reserve for the Giant Panda. (Sumber foto: Dokumentasi pribadi)
Pusat konservasi seluas 51 hektar berada di kawasan pegunungan Qingcheng, Dujiangyan, Provinsi Sichuan. Suasananya mirip sekali dengan Taman Nasional Cibodas, Jawa Barat. Cuacanya dingin, hutannya hijau dan asri, serta pemandangan yang sangat indah juga dinikmati di sini.
Suasana kawasan Wolong National Nature Reserve for the Giant Panda. (Sumber foto: Dokumentasi pribadi)
Pusat konservasi panda terdiri dari sejumlah area dengan fungsi berbeda, di antaranya area karantina dan penyelamatan; area riset, pencegahan dan kontrol penyakit; area rehabilitasi dan pelatihan; dan area vegetasi alami. Infrastruktur fisik pendukung kegiatan konservasi juga dilengkapi dengan rumah sakit, laboratorium, dapur, pusat pendidikan dan perumahan pegawai.
ADVERTISEMENT
Jadi, panda-panda yang akan berangkat ke maupun kembali dari luar negeri harus diobservasi terlebih dahulu di area karantina pusat konservasi.
Walaupun berbadan besar, panda sangat lihai memanjat pohon. (Sumber foto: Pixabay)
Dua ekor panda makan dengan tertib. (Sumber foto: Dokumentasi pribadi)
Kerja Sama "Panda Breeding Loan" Indonesia-China
Mulai tahun 2017 hingga 10 tahun berikutnya, Indonesia dipercaya oleh China menjadi "rumah sementara" sepasang panda raksasanya. Capaian ini patut dibanggakan, mengingat hanya belasan negara yang memperoleh kesempatan dimaksud. Harapan terbesar berbagai pihak tentunya adalah keberhasilan program pengembangbiakan panda guna menumbuhkan kembali populasi panda raksasa.
Saya beruntung dapat menjadi saksi awal perjalanan Cai Tao dan Hu Chun ketika meninggalkan habitat aslinya. Bersama Duta Besar Indonesia untuk China saat itu, Bapak Soegeng Rahardjo, dan Direktur Taman Safari Indonesia, Bapak Jansen Manansang, saya berkesempatan menemani keduanya sarapan sebelum diberangkatkan menuju bandara internasional di Chengdu, Ibu Kota Provinsi Sichuan yang berjarak 44 km dari habitat makhluk yang bernama Latin Ailuropoda Melanoleuca ini.
Duta Besar Soegeng Rahardjo bersama Direktur TSI, Bapak Jansen Manansang siap-siap memberikan sarapan kepada Cai Tao dan Hu Chun. (Sumber foto: Dokumentasi pribadi)
Anda perlu tahu bahwa makanan mereka tidak hanya bambu lho, tetapi juga buah-buahan seperti wortel dan apel. Setiap bahan makanan kecuali bambu, semuanya harus ditimbang dahulu agar sesuai dengan standar nutrisi yang dibutuhkan sesuai usia, berat badan dan jenis kelaminnya. Uniknya lagi, Hu Chun yang seekor betina lebih rakus dari pada Cai Tao, sang pejantan. Ha...ha...ha...
Si betina, Hu Chun ketika masih berada di dalam kandangnya dan menunggu menu sarapan tiba. (Sumber foto: Dokumentasi pribadi)
Ini adalah si pejantan, Cai Tao yang kandangnya bersebelahan dengan Hu Chun. (Sumber foto: Dokumentasi pribadi)
Tingkah laku sesama panda ini juga sama saja seperti seorang kakak yang senang bercanda dengan adiknya. Mereka kadang-kadang akur, namun adakalanya juga berebut makanan.
Gaya makan sambil rebahan santai ala panda. (Sumber foto: Dokumentasi pribadi)
Seekor panda raksasa ingin merebut bambu saudaranya. (Sumber foto: Dokumentasi pribadi)
Kelestarian Satwa Langka, Tanggung Jawab Kita Semua
ADVERTISEMENT
Tidak hanya panda raksasa, masih banyak satwa langka lainnya di dunia yang membutuhkan perhatian dan kepedulian seluruh elemen, tidak hanya pemerintah, organisasi non profit tetapi juga masyarakat biasa seperti kita-kita ini.
Saya menyayangkan beberapa waktu lalu ada berita mengenai tingkah iseng dan tidak bertanggung jawab seorang pengunjung TSI yang memberi makan sampah plastik kepada seekor kuda nil. Sungguh keterlaluan!
Untuk itu, saya mengajak seluruh komponen masyarakat khususnya di Indonesia untuk turut berkontribusi mendukung upaya penyelamatan dan pelestarian alam beserta seluruh isinya, termasuk satwa langka.
Berat? Susah? Tentu tidak! Cukup tunjukkan kepedulian Anda semua dengan taat peraturan dan hindari tindakan-tindakan yang berpotensi membahayakan eksistensi para satwa langka seperti yang pernah terjadi di TSI tersebut. Semua ini tentunya didedikasikan bagi masa depan anak cucu kita kelak.
ADVERTISEMENT