Trend Kencan Online Melalui Tinder di Era Budaya Populer

Sri Suci Nurhayati
Mahasiswa Ilmu Komunikasi 2019 Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Konten dari Pengguna
30 Desember 2020 11:21 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sri Suci Nurhayati tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Dewasa ini, sebuah teknologi menjadi alat dimana setiap orang membutuhkannya. Teknologi menjadi sesuatu yang penting dalam hidup dan sulit untuk dilepaskan meski hanya satu hari. Hampir setiap aktivitas yang dilakukan pasti akan bertemu dengan keberadaan teknologi. Dengan adanya teknologi tersebut semua kegiatan akan lebih efektif untuk dikerjakan.
ADVERTISEMENT
Canggihnya, saat ini teknologi bukan hanya dibuat untuk mempermudah pekerjaan rumah atau kantor saja. Seiring berjalannya waktu, kini teknologi juga digunakan sebagai alat yang dapat memenuhi berbagai hasrat, keinginan serta kebutuhan lainnya termasuk dalam mencari pasangan.
Berbagai aplikasi kencan online, kini sudah banyak dan ramai digunakan oleh khalayak khususnya anak muda. Salah satu aplikasi tersebut adalah Tinder yang saat ini menjadi aplikasi kencan nomor satu di Indonesia menurut mesin pencarian Google.
Tinder merupakan sebuah aplikasi kencan online yang dibuat untuk mencari pasangan, teman ataupun orang baru. Tinder ini dibuat pertama kali pada tahun 2012 oleh Sean Rad, Justen Mateen, dan Jonathan Badeen. Di tahun yang sama, Tinder menjadi aplikasi yang ramai digunakan oleh khalayak sejak kemunculan aplikasi tersebut di Iphone yang tak lama dari itu mulai muncul juga di Android. Cara menggunakannya adalah dengan fitur geser atau swipe kanan dan kiri, swipe kiri adalah tanda untuk tidak suka sedangkan swipe kanan digunakan untuk tanda menyukai. Jika ada dua akun yang saling melakukan swipe kanan, maka tandanya mereka saling suka dan secara otomatis bisa berkomunikasi melalui fitur chat yang tersedia setelah keduanya match.
ADVERTISEMENT
Dalam budaya populer, hal ini justru menjadi hal yang menarik untuk dilirik. Istilah budaya populer adalah sebuah budaya orang kebanyakan atau dalam bahasa latin secara harfiah merujuk pada “culture of the people” yang artinya budaya orang-orang atau masyarakat. Menurut Raymiond Williams, budaya populer adalah “cara hidup tertentu” bagi sekelompok orang yang berlaku pada suatu periode tertentu.
Begitupun dengan mencari teman kencan online melalui Tinder, berdasarkan data statistik bussinessofapps.com menunjukan bahwa saat ini Tinder sendiri sudah memiliki 57 juta pengguna akun di seluruh dunia, digunakan oleh 190 negara dengan 40 bahasa yang tersedia di dalamnya. Hal ini membuktikan bahwa Tinder sudah menjadi cara hidup bagi sekelompok orang tertentu dalam mencari teman, orang baru, atau pasangan.
ADVERTISEMENT
Tinder adalah salah satu trend pada budaya populer yang memberikan pengaruh besar terhadap khalayak. Di Indonesia misalnya, perubahan cara perilaku khalayak dalam mencari pasangan jika dibandingkan pada saat sebelum ada Tinder atau aplikasi kencan online lainnya, khalayak cenderung mengencani seseorang mesti dilakukan dengan tatap muka dan melalui proses yang cukup panjang, mulai dari perkenalan sampai membuat keputusan untuk memilihnya menjadi pasangan hidup.
Bahkan jauh sebelum itu, dahulu di Indonesia sendiri terkenal dengan tradisi perjodohan yang dilakukan oleh orang tua kepada anaknya dengan tujuan agar dapat memenuhi suatu kepentingan. Misal agar dapat menyatukan dua keluarga yang sudah berhubungan sejak lama, untuk melunasi hutang, atau sudah tidak sanggup untuk memenuhi biaya sang anak. Saat ini perjodohan seperti itu dianggap sebagai hal yang negatif karena dianggap menguntungkan salah satu pihak saja tanpa memikirkan perasaan dari anak yang akan menjalankannya dan membangun rumah tangga bersama pasangannya kelak.
ADVERTISEMENT
Melihat dari fenomena tersebut, dahulu khalayak dianggap pasif dalam menentukan pilihan pasangan hidupnya sendiri. Orang tua dianggap lebih berkuasa dan anak tak bisa menentang. Jauh berbeda dengan sekarang, saat ini khalayak terbilang cukup aktif dalam menentukan pasangan hidup. Tak harus berkenalan melalui tatap muka atau meminta orang tua untuk mengejar cinta, cukup bermodalkan kuota, mengunggah foto terbaik, dan biodata yang menarik maka dengan sangat mudah berbagai pilihan pasangan yang dicari sesuai kriteria akan muncul pada layar gawai.
Sebetulnya bukan hanya kencan online yang menjadi motif dari para pengguna Tinder, banyak dari mereka yang hanya iseng memainkannya untuk sekeder melihat-lihat dan ingin tahu, ada juga yang ingin menampilkan personal branding untuk mencari relasi, teman atau orang baru, ada pula yang memang berkencan untuk sekedar main main dan tak sedikit pula yang ternyata mendapatkan jodoh dari Tinder itu sendiri.
ADVERTISEMENT
Seperti yang terjadi pada pasangan artis Rey Utami dan Pablo Benua, Rey bercerita bahwa keduanya bertemu di Tinder pada tahun 2016 silam dan tak membutuhkan waktu lama, meskipun kedunya berbeda agama pada saat itu, Pablo bahkan rela untuk ikut agama Rey dan menjadi mualaf. Hal itu lah yang meyakinkan Rey untuk memilih Pablo menjadi pasangan hidupnua. Hanya seminggu setelah perkenalan, akhirnya mereka memutuskan untuk menikah. Dari pernikahan tersebut kini Pablo dan Rey sudah dikaruniai satu anak laki-laki.
Meskipun Tinder kini sudah menjadi trend yang banyak digunakan khalayak pada masa budaya populer, namun tentu saja dalam penggunaannya haruslah berhati-hati dan jangan mudah untuk percaya. Tinder mempertemukan pengguna dengan orang-orang baru yang sebelumnya belum pernah dikenal. Sifat atau
sumber: pinterest.com
ADVERTISEMENT
karakter seseorang tidak bisa dikenali hanya dengan sekejap mata, untuk itu sebagai pengguna harus pintar-pintar dalam menggunakannya. Batasi apa yang menjadi privasi dan yang mana yang pantas untuk dibagi. Jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, segeralah laporkan pelaku tersebut pada pihak Tinder agar akun tersebut segera diproses dan tidak membahayakan akun pengguna lainnya lagi.